Himawan Indarto dan Hanggoro Tri Cahyo A Diskusi Hasil Penelitian 2013 MODEL PONDASI UNTUK RUMAH SEDERHANA DI DAERAH RAWAN LONGSOR DELIKSARI GUNUNGPATI SEMARANG Himawan Indarto dan Hanggoro Tri Cahyo A
Sumber Dana Penelitian Penelitian Teknologi Tepat Guna, Hibah Bersaing Dana DIPA Fakultas Teknik UNDIP Tahun Anggaran 2013/2014.
Profil Peneliti Himawan Indarto, menyelesaikan studi di S1 – Teknik Sipil Universitas Diponegoro, Semarang dan S2 – Teknik Struktur ITB Bandung. Dosen Teknik Sipil Universitas Diponegoro ini selain mengajar dan melakukan penelitian bidang struktur juga bekerja sebagai praktisi. Organisasi Profesi yang diikuti adalah Himpunan Ahli Konstruksi Indonesia (HAKI) . Paper ilmiah yang pernah ditulis pembicara, dapat diunduh di halaman blog www.himawanindarto.wordpress.com. Hanggoro Tri Cahyo A., dosen di Jurusan Teknik Sipil Universitas Negeri Semarang (UNNES) ini menyelesaikan studi S1 Teknik Sipil di Universitas Diponegoro (1999) dan S2 Teknik Sipil Geoteknik di Universitas Gadjah Mada (2003). Organisasi Profesi yang diikuti adalah Himpunan Ahli Teknik Tanah Indonesia (HATTI).
Latar Belakang Masalah Setiap musim penghujan, warga RW 6 Dukuh Deliksari, Kelurahan Sukorejo, Kecamatan Gunungpati Semarang selalu khawatir akan kondisi rumah dan jalan kampung mereka yang selalu bergeser menuruni lereng akibat gerakan massa tanah. Sudut lereng alam pada lokasi studi berada dikisaran 7 hingga 12. Gerakan massa tanah ini terjadi secara berlahan sehingga tidak sampai merobohkan rumah dalam seketika. Struktur bangunan rumah yang umumnya dari kayu hanya mengalami pergeseran yang tidak sama di setiap titik pertemuan sloof, balok ring dan kolomnya.
Latar Belakang Masalah Struktur pondasi rumah yang digunakan oleh warga adalah jenis pondasi yang hanya berdiri pada tanah permukaan.
Latar Belakang Masalah Untuk itu, perlu adanya solusi teknis untuk meringankan beban warga dalam kondisi upaya relokasi warga yang tidak menentu dan warga juga tidak ada pilihan lain untuk tinggal. Keluaran penelitian tahun 2013 adalah solusi teknis yang berupa model pondasi yang sesuai dengan kondisi masalah yang dihadapi warga Deliksari berdasarkan karakteristik kondisi lereng.
Karakteristik Kondisi Lereng Berdasarkan pengujian 7 (tujuh) titik sondir, lereng pada lokasi studi diduga memiliki 2 (dua) kondisi lapisan tanah. Kondisi pertama adalah lapisan tanah keras (qc>250 kg/cm2) ditemukan relatif dangkal di kedalaman 4,00-5,00 meter. Kondisi kedua berupa lapisan tanah dengan nilai qc relatif sama yakni 25 kg/cm2 hingga kedalaman 12 meter. Lapisan tanah berupa tanah residual yang merupakan hasil proses lapukan batuan di bawahnya dan ada yang berupa endapan koluvial yang merupakan endapan hasil longsoran tanah dari lereng di atasnya.
Karakteristik Kondisi Lereng Kondisi pertama Kondisi kedua
Karakteristik Kondisi Lereng Menurut Karnawati (2005), tanah residual dan koluvial umumnya merupakan tanah yang bersifat lepas-lepas dan dapat menyimpan air. Akibatnya kekuatan gesernya relatif lemah, apalagi bila air yang dikandungnya semakin jenuh dan menekan. Peningkatan kejenuhan air dapat terjadi apabila tanah tersebut menumpang di atas lapisan tanah atau batuan yang lebih kompak dan kedap air. Sehingga air yang meresap ke dalam tanah sulit menembus lapisan tanah atau batuan di bawahnya, dan hanya terakumulasi dalam tanah yang relatif gembur. Kontak antara lapisan tanah atau batuan yang lebih kedap dengan massa tanah di atasnya sering merupakan bidang gelincir gerakan tanah. Dwikorita Karnawati (2005), Bencana Alam Gerakan Massa Tanah di Indonesia dan Upaya Penanggulangannya, Jurusan Teknik Geologi UGM.
Karakteristik Kondisi Lereng
Karakteristik Kondisi Lereng Bidang gelincir pada model eksisting lereng (SF = 1,221)
Karakteristik Kondisi Lereng Pergerakan Massa Tanah dan Efek Pada Bangunan
Kriteria Perencanaan Pondasi Pergeseran bangunan rumah selama musim penghujan dapat diminimalkan dengan memanfaatkan kondisi lapisan tanah keras (qc>250 kg/cm2) ditemukan relatif dangkal di kedalaman 4,00-5,00 meter. Model pondasi hanya efektif pada kondisi lapisan tanah kategori pertama. Pelaksaanan pekerjaan model pondasi dapat dilakukan sendiri oleh warga secara bergotong-royong. Menggunakan material beton bertulang dengan tulangan menggunakan tulangan bekas pakai.
Model Pondasi Rumah Sederhana Berdasarkan kriteria perencanaan pondasi, maka dihasilkan model pondasi straus pile dengan pengaku lateral berupa sloof diagonal. Pondasi straus pile yang relatif dalam menembus tanah keras (qc sondir > 250 kg/cm2), berfungsi sebagai ‘paku’ untuk meminimalkan pergeseran titik pondasi. Struktur atas rumah tetap menggunakan struktur kayu untuk mendapatkan respon yang lebih stabil jika di sekelilingnya mengalami gerakan massa tanah, relatif ringan bebannya dan relatif murah biaya perbaikannya.
Model Pondasi Rumah Sederhana Pondasi straus pile dengan pengaku lateral berupa sloof diagonal
Model Pondasi Rumah Sederhana
Pelaksanaan Pondasi Straus Pile
Kondisi yang Diharapkan Pada model lereng eksisting lereng, faktor aman kesetabilan lereng (SF) hanya berkisar 1,20 namun bidang longsor terjadi disepanjang lereng. Pemasangan tiang strauss pile secara teoritis membantu ‘meningkatkan’ stabilitas lereng untuk kondisi tanah keras berada pada kedalaman yang relatif dangkal dari permukaan tanah atau dalam studi ini pada kedalaman - 4,00 meter. Bidang longsor terjadi pada daerah yang tidak terpasang tiang strauss pile.
Kondisi yang Diharapkan Hanya rumah bagian atas menggunakan strauss pile Bidang gelincir pada model lereng strauss pile menembus tanah keras sedalam 1,00 m (SF = 1,226)
Kondisi yang Diharapkan Hanya rumah bagian bawah menggunakan strauss pile Bidang gelincir pada model lereng strauss pile menembus tanah keras sedalam 1,00 m (SF = 1,268)
TERIMAKASIH