MASALAH KESEHATAN YG LAZIM PADA ANAK By: Winda Darpianur, S.Kep,Ns
Anak dengan peningkatan suhu tubuh Anak dengan gangguan cairan dan elektrolit Anak –anak yang menjalani pembedahan
ANAK DENGAN PENINGKATAN SUHU TUBUH Tubuh kita diciptakan oleh Tuhan dengan dilengkapi mekanisme pengaturan yang canggih, termasuk mekanisme pengaturan suhu. Di otak kita terdapat termostat bernama hipotalamus yang mengatur mekanisme ini. Tepatnya terdapat pusat pengaturan suhu disebut juga SET POINT. Pengatur suhu tubuh ini akan memastikan tubuh kita senantiasa pada suhu konstan (sekitar 37C) . Demam adalah kondisi dimana otak (melalui Set Point) memasang suhu diatas setting normal yaitu > 38C. Namun demikian demam yang sesungguhnya adalah bila suhu >38.5C. Akibat kenaikan setting suhu tubuh tsb, maka tubuh akan memproduksi panas melalui tahapan : menggigil hingga mencapai suhu puncaknya suhu demam stabilnya suhu mulai turun.
Bagaimana dan mengapa timbul demam ? Peningkatan suhu tubuh ini disebabkan oleh beredarnya molekul kecil dalam tubuh, yaitu PIROGEN – suatu zat pencetus panas. Apa yang menyebabkan terjadinya peningkatan pirogen ? Penyebabnya antara lain : infeksi, radang, keganasan, alergi. Pada saat terserang infeksi, sistem imun tubuh kita akan membasmi infeksi tsb dengan serangan leukosit (sel darah putih). Agar tugas leukosit tsb efektif dan tepat sasaran, dibutuhkan dukungan banyak pihak termasuk pirogen, yang bertugas : 1. Mengerahkan sel darah putih (leukosit) 2. Menimbulkan demam yang akan membunuh virus. Karena virus tidak dapat hidup di suhu tinggi. Sementara itu virus akan tumbuh subur di suhu rendah.
Point-point utama yang harus diperhatikan selama merawat anak demam adalah : 1. Mencari penyebab demam dan memperhatikan pola perilaku anak. Amati tingkah laku anak. Jika perilaku anak hampir sama seperti biasanya, maka kita tidak perlu khawatir. Karena pada dasarnya demam itu bukan hal yang membahayakan. 2. Cegah dehidrasi. Demam akan meningkatkan penguapan cairan tubuh. Karenanya bayi dan anak beresiko mengalami dehidrasi. Berikan cairan lebih banyak. Bila muntah atau diare, berikan minuman elektrolit : oralit. 3. Ruangan dijaga agar tidak panas, anak memakai baju yang tipis. 4. Kompres air hangat atau berendam di air hangat. 5. Biarkan anak memakan apa yang diinginkan. Jangan dipaksa. Hindarkan makanan berlemak, karena sulit dicerna oleh tubuh. 6. Meskipun anak dianjurkan untuk tidak masuk sekolah, bukan berarti ia harus berada di tempat tidur seharian. 7. Pemberian obat penurun panas mengikuti aturan berikut : <102F (<38.3C) : Tidak perlu obat penurun panas, ekstra cairan (minum banyak) >102F (38.3C), uncomfortable : Beri obat penurun panas, kompres >104 (>40C) : Beri obat penurun panas, hubungi dokter. Ingat: DO NOT TREAT LOW GRADE FEVER (< 38.3C)
KEJANG DEMAM Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak, sensasi atau memori yang bersifat sementara (Hudak and Gallo,1996). kejang demam adalah bangkitan kejang yang terjadi karena peningkatan suhu tubuh yang sering di jumpai pada usia anak dibawah lima tahun.
ETIOLOGI 1) Intrakranial Asfiksia : Ensefolopati hipoksik – iskemik Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoid, subdural, atau intra ventrikular Infeksi : Bakteri, virus, parasit Kelainan bawaan : disgenesis korteks serebri, sindrom zelluarge, Sindrom Smith – Lemli – Opitz. 2) Ekstra kranial Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan elektrolit (Na dan K) Toksik : Intoksikasi anestesi lokal, sindrom putus obat. Kelainan yang diturunkan : gangguan metabolisme asam amino, ketergantungan dan kekurangan produksi kernikterus. 3) Idiopatik Kejang neonatus fanciliel benigna, kejang hari ke-5 (the fifth day fits)
KLASIFIKASI KEJANG a. Kejang Tonik Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi prenatal berat.Bentuk klinis kejang ini yaitu berupa pergerakan tonik satu ekstrimitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai yang menyerupai ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah. b. Kejang Klonik Kejang Klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan permulaan fokal dan multifokal yang berpindah-pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal berlangsung 1 – 3detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan kesadaran dan biasanya tidakdiikuti oleh fase tonik. Bentuk kejang ini dapat disebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup bulan atau oleh ensepalopati metabolik. c. Kejang Mioklonik Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut menyerupai reflekmoro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf pusat yang luas dan hebat.Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi tidak spesifik.
PATOFISIOLOGI Sel dikelilingi oleh membran sel. Yang terdiri dari permukaan dalam yaitu limford dan permukaan luar yaitu tonik. Dalam keadaan normal membran sel neuron dapat dilalui oleh ion NA + dan elektrolit lainnya, kecuali ion clorida. Konsentrasi K+ luar sel neuron tinggi dan konsentrasi NA+ rendah. Sedangkan didalam sel neuron terdapat keadaan sebaliknya,karena itu perbedaan jenis dan konsentrasi ion didalam dan diluar sel. Maka terdapat perbedaan membran yang disebut potensial nmembran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan enzim NA, K, ATP yang terdapat pada permukaan sel.
Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah dengan perubahan konsentrasi ion diruang extra selular, rangsangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, kimiawi atau aliran listrik dari sekitarnya. Perubahan dari patofisiologisnya membran sendiri karena penyakit/keturunan. Pada seorang anak sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibanding dengan orang dewasa 15 %. Dan karena itu pada anak tubuh dapat mengubah keseimbangan dari membran sel neuron dalam singkat terjadi dipusi di ion K+ maupun ion NA+ melalui membran tersebut dengan akibat terjadinya lepasnya muatan listrik. Lepasnya muatan listrik ini sedemikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel maupun membran sel sekitarnya dengan bantuan bahan yang disebut neurotransmitter sehingga mengakibatkan terjadinya kejang. Kejang yang yang berlangsung singkat pada umumnya tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa.
Diagnosis kejang demam sederhana 1. Umur anak ketika kejang antara 6 bulan & 4 tahun 2. Kejang berlangsung hanya sebentar saja, tak lebih dari 15 menit. 3. Kejang bersifat umum,Frekuensi kejang bangkitan dalam 1th tidak > 4 kali 4. Kejang timbul dalam 16 jam pertama setelah timbulnya demam 5. Pemeriksaan saraf sebelum dan sesudah kejang normal 6. Pemeriksaan EEG yang dibuat sedikitnya seminggu sesudah suhu normal tidak menunjukkan kelainan.
PENATALAKSANAAN a. Mengawasi bayi dengan teliti dan hati-hati b. Memonitor pernafasan dan denyut jantung c. Usahakan suhu tetap stabil d. Perlu dipasang infus untuk pemberian glukosa dan obat lain e. Pemeriksaan EEG, terutama pada pemberian pridoksin intravena
ASUHAN KEPERAWATAN 1. Pengkajian observasi kejang dan gambarkan kejadiannya. 2. Riwayat penyakit Aktivitas / istirahat : keletihan, kelemahan umum, perubahan tonus / kekuatan otot. Gerakan involunter Sirkulasi : peningkatan nadi, sianosis, tanda vital tidak normal atau depresi dengan penurunan nadi dan pernafasan Eliminasi : inkontinensia episodik, peningkatan tekanan kandung kemih dan tonus spinkter Makanan / cairan : sensitivitas terhadap makanan, mual dan muntah yang berhubungan dengan aktivitas kejang, kerusakan jaringan lunak / gigi Neurosensor : aktivitas kejang berulang, riwayat truma kepala dan infeksi serebra Riwayat jatuh / trauma
Diagnosa keperawatan 1. Resiko tinggi trauma / cidera b/d kelemahan, perubahan kesadaran, kehilangan koordinasi otot. 2. Resiko tinggi terhadap inefektifnya bersihan jalan nafas b/d kerusakan neoromuskular 3. Resiko kejang berulang b/d peningkatan suhu tubuh 4. Kerusakan mobilitas fisik b/d kerusakan persepsi, penurunan kekuatan 5. Kurang pengetahuan keluarga b/d kurangnya informasi
Intervensi Diagnosa 1 Tujuan Cidera / trauma tidak terjadi Kriteria hasil Faktor penyebab diketahui, mempertahankan aturan pengobatan, meningkatkan keamanan lingkungan Intervensi Kaji dengan keluarga berbagai stimulus pencetus kejang. Observasi keadaan umum, sebelum, selama, dan sesudah kejang. Catat tipe dari aktivitas kejang dan beberapa kali terjadi. Lakukan penilaian neurology, tanda-tanda vital setelah kejang. Lindungi klien dari trauma atau kejang. Berikan kenyamanan bagi klien. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi anti compulsan
Diagnosa 2 Tujuan Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi Kriteria hasil Jalan napas bersih dari sumbatan, suara napas vesikuler, sekresi mukosa tidak ada, RR dalam batas normal Intervensi Observasi tanda-tanda vital, atur posisi tidur klien fowler atau semi fowler. Lakukan penghisapan lendir, kolaborasi dengan dokter dalam pemberian therapi
Diagnosa 3 Aktivitas kejang tidak berulang Kriteria hasil Kejang dapat dikontrol, suhu tubuh kembali normal Intervensi Kaji factor pencetus kejang. Libatkan keluarga dalam pemberian tindakan pada klien. Observasi tanda- tanda vital. Lindungi anak dari trauma. Berikan kompres dingin pda daerah dahi dan ketiak.
Diagnosa 4 Tujuan Kerusakan mobilisasi fisik teratasi Kriteria hasil Mobilisasi fisik klien aktif , kejang tidak ada, kebutuhan klien teratasi Intervensi Kaji tingkat mobilisasi klien. Kaji tingkat kerusakan mobilsasi klien. Bantu klien dalam pemenuhan kebutuhan. Latih klien dalam mobilisasi sesuai kemampuan klien. Libatkan keluarga dalam pemenuhan kebutuhan klien.
Diagnosa 5 Tujuan Pengetahuan keluarga meningkat Kriteria hasil Keluarga mengerti dengan proses penyakit kejang demam, keluarga klien tidak bertanya lagi tentang penyakit, perawatan dan kondisi klien. Intervensi Kaji tingkat pendidikan keluarga klien. Kaji tingkat pengetahuan keluarga klien. Jelaskan pada keluarga klien tentang penyakit kejang demam melalui penkes. Beri kesempatan pada keluarga untuk menanyakan hal yang belum dimengerti. Libatkan keluarga dalam setiap tindakan pada klien.
Evaluasi 1. Cidera / trauma tidak terjadi 2. Inefektifnya bersihan jalan napas tidak terjadi 3. Aktivitas kejang tidak berulang 4. Kerusakan mobilisasi fisik teratasi 5. Pengetahuan keluarga meningkat
ANAK DENGAN GANGGUAN CAIRAN DAN ELEKTROLIT DIARE Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan normal yakni 100-200 ml sekali defekasi (Hendarwanto, 1999). Defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dan atau lendir dalam tinja (Suharyono 1999:51)
KLASIFIKASI Menurut pedoman MTBS (2000) diare dapat dikelompokan atau diklasifikan menjadi : 1. Diare akut terbagi atas a. Diare dengan dehidrasi berat b. Diare dengan dehidrasi ringan / sedang c. Diare tanpa dehidrasi 2. Diare persisten bila diare berlangsung 14 hari atau lebih, terbagi atas : a. Diare persisten dengan dehidrasi b. Diare persisten tanpa dehidrasi 3. Disentri apabila diare berlangsung disertai dengan darah
PENYEBAB Faktor infeksi a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare, meliputi infeksi bakteri (Vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas, dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus, dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan jamur (C. albicans). b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis, bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Faktor Malabsorbsi Faktor Makanan Faktor Psikologis
PATOFISIOLOGIS 1. Gangguan osmotik Terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik di dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi penggeseran air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 2. Gangguan sirkulasi Akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus dan selanjutnya timbul diare karena terdapat peningkatan isi rongga usus. 3. Gangguan motalitas usus Hyperperistaltik akan menyebabkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibakan bakteri tumbuh berlebihan, sehingga selanjutnya timbul diare pula.
GEJALA KLINIK 1. Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, nafsu makan berkurang 2. Gejala muntah dapat timbul sebelum atau setelah diare 3. Bila penderita sudah banyak kehilangan cairan dan elektrolit maka timbul dehidrasi
ASUHAN KEPERATAN PADA ANAK DENGAN DIARE Pengkajian Keluhan utama Buang air besar (BAB) lebih dari 3 kali sehari, BAB < 4 kali sehari dan cair (diare tanpa dehidrasi), BAB 4-10 kali dan cair (dehidrasi ringan/sedang). Atau BAB > 10 kali (dehidrasi berat), apabila diare berlangsung <14 hari maka diare tersebut adalah diare akut, sementara apabila berlangsung selama 14 hari atau lebih adalah diare persisten.
Riwayat kesehatan 1. Riwayat imunisasi 2 Riwayat kesehatan 1. Riwayat imunisasi 2. Riwayat alergi terhadap makanan atau obat-obatan (antiboitik) 3. Riwayat penyakit yang sering terjadi pada anak usia di bawah 2 tahun biasanya batuk, panas, pilek, dan kejang yang terjadi sebelum, selama atau setelah diare. 4. Riwayat nutrisi Riwayat pemberian makanan sebelum sakit diare meliputi : Pemberian ASI penuh pada anak umur 4-6 bulan sangat mengurangi terjadinya diare dan infeksi yang serius. Pemberian susu formula, apakah dibuat menggunakan air masak dan diberikan dengan botol atau dot. Perasaan haus. Anak yang diare tanpa dehidrasi tidak merasa haus (minum biasa). Pada dehidrasi ringan/sedang anak merasa haus ingin minum banyak sedangkan pada dehidrasi berat anak malas minum atau tidak bisa minum.
PEMERIKSAAN FISIK 1. Keadaan umum : Baik, sadar (tanpa dehidrasi) Gelisah, rewel, (dehidrasi ringan/sedang) Lesu lunglai, atau tidak sadar (dehisrasi berat) 2. Berat badan Menurut S. Partono (1999) anak yang diare dengan dehidrasi bisa mengalami penurunan berat badan. 3. Kulit Untuk mengetahui elastisitas kulit dapat dilakukan pemeriksaan turgor yaitu dengan cara mancubit daerah perut menggunakan kedua ujung jari. Apabila turgor kembali dengan cepat (kurng dari 2 detik) berarti diare tersebut tanpa dehidrasi. Apabila turgor kembali dengan lambat (cubitan kembali dalam waktu 2 detik) berarti diare dengan dehidrasi ringan / sedang, apabila turgor kembali sangat lambat (cubitan kembali lebih dari 2 detik) termasuk dehisrasi berat. 4. Kepala Anak berusia di bawah 2 tahun yang mengalami dehidrasi ubun-ubunnya biasanya cekung.
5. Mata Anak yang diare tanpa dehidrasi, bentuk kelopak matanya normal, apabila mengalami dehidrasi ringan/sedang kelopak matanya cekung (cowong), sedangkan apabila mengalami dehidrasi berat kelopak matanya sangat cekung. 6. Mulut dan lidah • Mulut dan lidah basah (tanpa dehidrasi) • Mulut dan lidah kering (dehidrasi ringan sedang) • Mulut dan lidah sangat kering (dehidrasi berat) 7. Abdomen kemungkinan mengalami distensi, kram, bising usus yang meningkat. 8. Anus, apakah ada iritasi di kulitnya
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan diare dan muntah, penurunan pemasukkan. 2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan penuruna pemasukkan, gangguan malabsorbsi nutrisi. 3. Perubahan integritas kulit, kerusakan berhubungan dengan seringnya defekasi. 4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas, salah inerpretasi informasi.
1. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan berlebihan diare dan muntah, penurunan pemasukkan. Intervensi : a. Berikan cairan oral dan parenteral sesuai dengan program rehidrasi b. Pantau masukan dan keluaran yang meliputi frekuensi, warna, dan konsistensi c. Kaji tanda-tanda vital (suhu, nadi) d. Timbang BB setiap hari
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan penurunan pemasukan, gangguan malabsorbsi nutrisi Intervensi : a. Observasi muntah dan berak tiap 4 jam b. Berikan makanan secara bertahap dengan menaikan dari diit lunak ke diit biasa c. Timbang berat badan tiap hari d. Kolaborasi dengan ahli gizi
3. Perubahan integritas kulit, kerusakan berhubungan dengan seringnya defekasi Intervensi : a. Jagalah agar daerah popok bersih dan kering b. Periksa dan ganti popok tiap jam/basah c. Bersihkan daerah perineal dengan air dan sabun yang tiap BAB d. Bubuhi krim/salep/lotion pada daerah ruam di bokong
4. Kurangnya pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan berhubungan dengan pemaparan informasi terbatas salah interpretasi informasi Intervensi : a. Bahas proses penyakit dengan istilah yang dapat dipahami, jelaskan tentang agen penyakit. Tindakan pencegahan dan pentingnya cuci tangan sampai bersih b. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukan sikap ramah dan tulus dalam membantu pasien c. Jelaskan tentang pentingnya mempertahankan keseimbangan antara pemasukan dan haluaran cairan
ANAK –ANAK YANG MENJALANI PEMBEDAHAN Colostomi adalah suatu operasi untuk membentuk suatu hubungan buatan antara colon dengan permukaan kulit pada dinding perut. Hubungan ini dapat bersifat sementara atau menetap selamanya Colostomi pada bayi dan anak hampir selalu merupakan tindakan gawat darurat, sedang pada orang dewasa merupakan keadaan yang pathologis. Colostomy pada bayi dan anak biasanya bersifat sementara.
Berdasarkan lubang kolostomi dapat dibedakan menjadi 3, yaitu: Single barreled stoma, yaitu dibuat dari bagian proksimal usus. Segmen distal dapat dibuang atau ditutup. Double barreled, biasanya meliputi kolon transversum. Kedua ujung dari kolon yang direksesi dikeluarkan melalui dinding abdominal mengakibatkan dua stoma. Stoma distal hanya mengalirkan mukus dan stoma proksimal mengalirkan feses. Kolostomi lop-lop, yaitu kolon transversum dikeluarkan melalui dinding abdomen dan diikat ditempat dengan glass rod. Kemudian 5-10 hari usus membentuk adesi pada dinding abdomen, lubang dibuat di permukaan terpajan dari usus dengan menggunakan pemotong.
HAL-HAL YANG PERLU DIKAJI PADA PASIEN KOLOSTOMI Keadaan stoma : Warna stoma (normal warna kemerahan) Tanda2 perdarahan (perdarahan luka operasi) Tanda-tanda peradangan (tumor, rubor, color, dolor, fungsi laese) Posisi stoma Apakah ada perubahan eliminasi tinja : Konsistensi, bau, warna feces Apakah ada konstipasi / diare Apakah feces tertampung dengan baik Apakah pasien dapat mengurus feces sendiri Apakah ada gangguan rasa nyeri : Keluhan nyeri ada/tidak
Hal-hal yang menyebabkan nyeri Kualitas nyeri Kapan nyeri timbul (terus menerus / berulang) Apakah pasien gelisah atau tidak Apakah kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi Apakah ada gangguan nutrisi : Bagaimana nafsu makan klien BB normal atau tidak Bagaimana kebiasaan makan pasien
Nyeri b.d gangguan mekans kulit akibat tindakan operasi, ditandai dengan …. Gangguan istirahat dan tidur b.d adanya rasa takut pada keadaan stoma, ditandai dengan …. Potensial ggn integritas kulit b.d terkontaminasinya kulit dengan feces, ditandai dengan …. Potensial terjadinya infeksi b.d adanya kontaminasi luka dengan feces, yang ditandai dengan …. Cemas b.d takut terisolasi dari orang lain ….
TUJUAN DAN INTERVENSI Agar rasa nyeri dapat berkurang : Catat pemberian medikasi pada saat intra operatif Evaluasi rasa nyeri dan karakteristiknya Beri pengertian pada klien agar rasa nyeri diterima sebagai suatu yang wajar dlm batas tertentu Berikan analgetik sebagai tindakan kolaborasi Agar klien dapat tidur/istirahat yang cukup : Jelaskan, stoma tidak akan terbuka pada saat tidur Amati faktor lingkungan yang mempersulit tidur Amati faktor psikologis yang mempersulit tidur
Agar tidak terjadi gangguan integritas kulit : Lakukan teknik perawatan baik (bersih) Lindungi kulit dengan pelindung kulit (vaselin / skin barier) disekitar stoma Letakan alas (kasa) yang dapat menyerap aliran feces Untuk menghindari infeksi sekunder : Lakukan tindakan aseptik dan antiseptik pada stoma Ajarkan klien tentang personal hygiene dan perawatan stoma
EVALUASI Kebersihan stoma dan sekitarnya terjaga dengan baik : Tidak ada tanda-tanda infeksi Tidak tampak tanda-tanda gangguan integritas kulit lnfeksi tidak terjadi Pola BAB teratur Kebutuhan istirahat dan tidur terpenuhi : –>KIien dapat tidur tenang (6-8 jam sehari) Tidak ada faktor lingkungan dan psikologis yang mempersulit tidur Klien kelihatan segar (tidak mengantuk) Rasa nyeri dapat diantisipasi oleh klien sendiri a.Tidak ada keluhan rasa nyeri b. Wajah tampak ceria
BAYI SEHAT,,TIDUR PUN NYENYAK