METODOLOGI PENELITIAN PENDAHULUAN
TAHAP PERKEMBANGAN MANUSIA (aspek kognitif) Ada beberapa pendapat tentang perkembangan manusia. Aristoteles membagi 3 tahap perkembangan manusia: Hidup sebagai gejala proses tumbuh & berkembang biak (anima vegetative) Hidup menunjukkan kemampuan persepsi yang elementer (anima sensitive) Hidup menunjukkan kemampuan menghimpun persepsi-persepsi dalam konsepsi-konsepsi yang abstrak (anima intellectiva) (Hasan & Koentjaraningrat 1994) Pada tahap 3 (anima intellectiva) memungkinkan manusia dapat mengamati fakta-fakta atau gejala-gejala yang ada, mengkategorisasikan fakta-fakta, dan menghubungkan fakta satu dengan fakta lain Kemampuan intelektual ini dapat mengurai realita yang kompleks dan menjelaskannya sebagai sesuatu yang lebih sederhana Kemampuan tersebut merupakan dasar kemampuan ilmiah
Kuntowijoyo (2005) membagi tahap perkembangan kognitif disesuaikan dengan jenjang pendidikan, dibagi 3: Tahap 1: Concrete operational stage Tahap 2: First formal/abstract operational stage Tahap 3: Last formal/abstract operational stage Tahap 1: menekankan pada pengenalan tentang sesuatu (what) pendidikan SD Pengenalan sesuatu pelajaran yang konkret Tahap 2: menekankan pengenalan tentang bagaimana (how) pendidikan SMP Pengenalan pada sesuatu pelajaran yang lebih sedikit abstrak Tahap 3: menekankan pada pemahaman kausalitas (why) pendidikan SMA Siswa diharapkan memahami terhadap sesuatu secara kritis Mulai diberikan substansi pelajaran yang lebih abstrak Mahasiswa adalah peserta didik setelah SMA atau Perguruan Tinggi Proses pendekatan pendidikan mengikuti orang dewasa
Proses Pendidikan Orang Dewasa / Mahasiswa Peserta didik diajak untuk menggali pengalaman & pengetahuan yang telah dimilikinya dan mengorganisasikannya kembali menjadi pengetahuan baru (Kartosuwondo 2009). Dalam proses ini mahasiswa memperoleh pengayaan pengetahuan baru Belajar melakukan konseptualisasi atau abstraksi terhadap realitas atau fakta empiris Menghubungkan antarfakta atau antarkonsep serta menganalisisnya Melatih kemampuan diri untuk mengembangkannya lebih lanjut Akumulasi kemampuan tersebut akan terwujud dalam penyelesaian tugas akhir dalam bentuk tulisan karya ilmiah skripsi, tesis , disertasi
Piramida Tingkat Kemampuan Berpikir (aspek kognitif) Dalam Teori Pendidikan tingkat kemampuan berpikir dalam proses pendidikan dibagi menjadi beberapa tingkatan, dikenal dengan Taksonomi Bloom (1956, Pengetahuan (knowledge) Pemahaman yang lengkap (comprehension) Penerapan (application) Analysis Syntehesis Evaluation
Bloom membagi menjadi 6 tingkatan (aspek kognitif)
Hubungan tingkat pendidikan dg aspek kognitif Pendidikan tingkat SMA Tingkat kemampuan mengetahui dan memahami Mengetahui mengingat informasi tentang sesuatu, tetapi belum sampai pada memahaminya secara penuh Memahami siswa membuat pernyataan kembali dengan kata-kata sendiri, membuat paraphrase, meringkas dan menerjemahkan Pendidikan Sarjana Kemampuan untuk menerapkan dan menganalisis Mahasiswa dapat menggunakan informasi untuk memecahkan masalah-masalah, mengubah sesuatu yang abstrak atau gagasan konseptual menjadi sesuatu yang praktis, mengidentifikasi kaitan-kaitan serta bagaimana menerapkannya Dengan kemampuan analisis, mahasiswa dapat mengidentifikasi komponen-komponen, menentukan pengaturan Pendidikan Pascasarjana Tingkat kemampuan melakukan evaluasi dan sintesis Kemampuan Evaluasi dapat membuat keputusan2 dan mendukung pandangan- pandangan; Memerlukan pemahaman tentang nilai-nilai. Kemampuan Sintesis (creating) kemampuan dalam mengkombinasikan atau memodifikasi informasi untuk membuat sesuatu yang baru, hal ini memerlukan kreativitas dan orisinalitas
Kemampuan Menulis Karya Ilmiah Tingkat kemampuan mahasiswa dalam menulis karya ilmiah ditunjukkan oleh kemampuannya manangkap realitas (fakta empiris), mengonseptualisasikannya atau mengabstraksikannya serta menuangkannya dalam tulisan ilmiah sesuai dengan prinsip- prinsipnya. Menurut Wiradi (2009) prinsip-prinsip dasar tulisan ilmiah adalah: Objektif, Deskriptif, Analitis dan Sistematis Objektif & Deskriptif apabila fakta-fakta dinyatakan “apa adanya” dan uraiannya memberikan gambaran yang lengkap kepada pembaca mengenai ruang lingkup dan konteksnya. Kemampuan analisis apabila mampu mengurai, memilah-milah, mebeda- bedakan sesuatu, kemudian menggolongkan atau mengelompokkan kembali menurut kriteria tertentu, dan menghubungkan satu sama lain secara logis, serta menafsirkannya
Perbedaan tingkat pendidikan S1, S2, S3 (aspek kognitif) Mahasiswa tingkat sarjana (S1) dituntut untuk mampu menggunakan konsep dan teori yang ada dengan bimbingan dosen Mahasiswa S2 dituntut memiliki kemampuan membandingkan serta memilih konsep dan teori yang tersedia secara tepat untuk digunakan dalam analisis fenomena empiris secara relative mandiri di dalam bimbingan dosen Mahasiswa S3 dituntut lebih jauh memiliki kemampuan merumuskan konsep, teori atau metodologi penelitian baru secara mandiri