Perilaku Menyimpang (SOS 311) Semester genap 2011/2012
DESKRIPSI & KOMPETENSI YANG DAPAT DICAPAI Deskripsi: Memahami studi perilaku menyimpang dari berbagai perspektif keilmuan; Mengingatkan kembali pada konsep-konsep dasar hidup bermasyarakat: norma sosial, aturan normatif, dan kontrol sosial.
Mengapa Perlu Mempelajari Perilaku Menyimpang Apa itu perilaku menyimpang? Mengapa terjadi penyimpangan perilaku ? Bagaimana memahami terjadinya perilaku menyimpang (disiplin keilmuan apa yang mempelajarinya) ? 1. Perilaku Menyimpang: Secara umum adalah tindakan yang tidak sesuai dari kebiasaan, kaidah atau norma dan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat/komunitas tertentu.
Mengapa terjadi penyimpangan perilaku? manusia hidup (dan berinteraksi) secara berkelompok ada peluang lepas dari tata- tertib atau keteraturan sosial / norma kelompoknya karena berbagai sebab. Perlu bantuan disiplin keilmuan untuk menjelaskan hal tersebut. Maka perlu mempelajari sebab-sebab terjadinya (sebaiknya secara lintas disiplin) : Psikologi, Sosiologi, Antropologi
Beberapa disiplin yang mempelajari perilaku menyimpang Psikologi Disiplin ini secara khusus mempelajari tingkah laku individu sebagaimana ia merespon pengaruh- pengaruh sosial yang ada di sekelilingnya. Menekankan pada proses- proses individual: misalnya perilaku yang berkaitan dengan proses imitasi, modeling, simpati, dll.
Sosiologi : Disiplin ini mempelajari kehidupan manusia sebagai makhluk yang sosial/berkelompok dan saling berinteraksi. Ketidakmampuan seseorang berinteraksi (secara normatif) dengan orang lain, maka akan dikucilkan oleh kelompok/masyarakatnya. Perubahan sosial dan dinamika kehidupan masyarakat juga dapat menimbulkan berbagai bentuk perilaku menyimpang disiplin ini mencari akar penyebab terjadinya penyimpangan perilaku dengan menelusuri proses-proses sosial di dalam dinamika perubahan masyarakat.
Antropologi: Disiplin ini mempelajari nilai-nilai budaya pada berbagai kelompok masyarakat. Setiap nilai budaya memiliki kekhasan tata aturan dan kaidah-kaidah yang ada di dalam kehidupan suatu kelompok. Perbedaan-perbedaan di antara budaya masyarakat dapat dimaklumi dan jika terjadi persepsi yang berbeda tentang suatu perilaku (sehingga sebagian orang dapat mengatakan sebagai berilaku menyimpang) maka disiplin antropologi budaya dapat menjelaskan sebab-sebab timbulnya perbedaan tersebut.
BEBERAPA KONSEP YANG BERKAITAN DENGAN PERILAKU MENYIMPANG NORMA SOSIAL : Usage, Folkways, mores, customs Tata tertib sosial yang berhubungan dengan evaluasi atau penilaian terhadap segala hal dalam kehidupan bermasyarakat. Standar atau skala tentang tingkah laku yang dapat diterima atau ditolak masyarakat. Hal-hal yang spesifik yang mengatur dinamika kehidupan bermasyarakat (merupakan sesuatu yang dinamis dan berkembang sesuai dengan perubahan atau keadaan jamannya) oleh karena itu norma sosial bersifat relatif.
ATURAN- ATURAN NORMATIF: Berbagai hal yang ditetapkan oieh kelompok masyarakat tentang apa yang seharusnya dilakukan/berlaku/diharapkan/baik/ ideal dan sebaliknya,dilarang/buruk. Sifatnya: sosial, bukan personal berada di luar/eksternal individu (individu dapat menolak atau menerima) Asal-usulnya: dibuat oleh anggota-anggota masyarakat untuk mengatur lingkungan dan kehidupan sosialnya. Cara melanggengkan: melalui sosialisasi dan internalisasi; Cara mengevaluasi: melalui kontrol sosial terhadap perilaku yang dianggap non conform
APRESIASI TERHADAP NORMA SOSIAL Dogmatis: Terdeferensiasi: Masyarakat tidak memiliki pilihan lain selain menaati norma sosial tersebut jika melanggar akan dilakukan penghukuman oleh seluruh anggota komunitas terjadi pada masyarakat tradisional/sederhana; norma sosial tidak lagi bersifat tegas, kabur karena orientasi individu yang berbeda-beda terhadap norma sosial tersebut. Terjadi karena sistem normatif sudah semakin kompleks karena masyarakat sudah semakin heterogen. Norma-norma lama sudah semakin ditinggalkan Batas antara yang dianggap menyimpang dan tidak semakin tidak jelas/kabur.
SEBAB-SEBAB TERDEFERENSIASINYA NORMA SOSIAL Pergeseran aturan normatif: dari norma lama ke norma ‘baru’; Konflik normatif: karena konflik peran, atau karena perbedaan atau perubahan tempat tinggal (asal) individu; Norma sosial yang memang tidak kuat sanksi sosialnya: tidak ada lembaga yang secara khusus berfungsi sebagai kontrol sosial; ada norma-norma sosial yang berfungsi sebagai ‘katup penyelamat’ (savety valve): ada norma pengganti yang berfungsi untuk meringankan sanksi apabila terjadi pelanggaran.
3. KONTROL SOSIAL Sebagai konsekuensi dari norma sosial dan mencegah terjadinya penyimpangan terhadap norma sosial. Fungsi Kontrol Sosial : Menguatkan perilaku seseorang agar sesuai dengan norma-norma yang berlaku Pelaku kontrol sosial : setiap anggota masyarakat; lembaga formal organisasi formal atau non-formal kelompok tradisional lembaga sosial, dll Konsekuensi kontrol sosial: Yang paling berat: mengisolasi individu dan pemberian stigma (paling menyakitkan)
Proses stigmatisasi: individu ditetapkan sebagai orang yang tidak bisa diterima (unacceptable) Individu ditetapkan sebagai orang yang berkelakukan salah (misbihavioral) Menerapkan ciri-ciri bagi seseorang yang dianggap bermoral ‘inferior’ Melekatkan cap atau label tertentu yang sifatnya negatif (proses labeling).
DUA PROSES DASAR DALAM KONTROL SOSIAL Internalisasi norma sosial: butuh konformitas terhadap norma yang berlaku melalui proses sosialisasi agar muncul kesadaran untuk taat pada norma; Menerapkan tekanan- tekanan yang bersifat eksternal berupa sanksi dari kelompok, dengan tujuan agar perilaku individu konform/sesuai dengan norma.
SANKSI : Negatif : hukuman/punis hment, dari yang lunak sampai keras (misalnya: hukuman mati) Positif: hadiah/ reward karena bertindak conform Bentuk- bentuk sanksi negatif: informal: gossip, issue, cemooh ; formal: ditetapkan oleh badan peradilan (polisi, jaksa, hakim) Sumber sanksi: Informal: kelompok kecil & masyarakat luas Formal : badan/institusi khusus yang didirikan oleh negara. Keagamaan, kelompok profesi, bisnis, atau organisasi sosial lainnya.
TINDAKAN PERILAKU MENYIMPANG DALAM KONTEKS UMUM Secara umum perilaku /tindakan yang digolongkan menyimpang adalah Kelakuan atau perilaku yang non-konform Tindakan anti sosial / a-sosial Tindakan kriminal perilaku menyimpang adalah definisi yang sulit untuk ditetapkan ada relativitas normatif Ada yang menyatakan bahwa suatu perilaku dianggap menyimpang ketika orang lain melihatnya sebagai sesuatu yang menyimpang
Relativitas Perilaku Menyimpang karena: Kondisi masyarakat; Budaya yang ada di masyarakat; Waktu atau keadaan (perubahan zaman). Pada prinsipnya: Semakin terbuka/permisif suatu masyarakat, semakin kompleks penyimpangan perilakunya; Dalam masyarakat modern, perilaku menyimpang berseiring dengan perilaku normal, seperti halnya ada sifat baik dan buruk, hitam dan putih perilaku menyimpang (non conform) = perilaku yang tidak menyimpang (conform) dianggap sebagai sesuatu yang wajar (seperti halnya ada sifat baik dan buruk, hitam dan putih) dan sebagai variasi dalam hidup bermasyarakat.
Ciri-ciri perilaku menyimpang secara umum menurut “penonton sosialnya”: Tergantung dari perasaan orang lain mengenai tindakan yang dianggap menyimpang; Tindakan tersebut termanifestasi dari reaksi-reaksi emosional dan dianggap berbahaya atau sebagai penyimpangan yang serius (menjurus pada timbulnya korban atau mengancam keselamatan / ketenteraman orang lain) Konsekuesi dari tindakan / perilaku yang dianggap menyimpang itu adalah melakukan kontrol sosial terhadap pelakunya
Differentiation & Deviance Differentiation: istilah sosiologis yang berkenaan dengan berbagai perbedaan yang ada dalam kehidupan bermasyarakat: usia, jenis kelamin, ras, tingkat pendidikan, capaian status, dll. Penyimpangan bisa terjadi karena adanya perbedaan, tetapi tidak selalu adanya perbedaan memunculkan penyimpangan (deviance); Emile Durkheim: penyimpangan (deviance) dapat ditemukan di mana saja, bahkan di lingkungan orang suci sekalipun (yang dianggap memiliki homogenitas).
Jenis-Jenis Tindakan Menyimpang Primary deviance/penyimpangan primer: pelaku belum memiliki konsep menyimpang; Secondary deviance/penyimpangan sekunder: tindakan menyimpang yang semakin berkembang karena ada proses penguatan (reinforcement); Tertiary deviance/penyimpangan tersier: Keinginan penyimpang sekunder untuk kembali hidup di lingkungan masyarakat ‘normal’ dan berusaha untuk memulihkan stigma negatif yang melekat pada dirinya.
Tindakan Menyimpang (deviant act) Sebagai Suatu Proses Interaktif Terjadi melalui waktu proses menuju secondary deviance Terjadi melalui interaksi dengan korbanya telah mengenal korban, kekejaman yang dialami pelaku dari korbannya Terjadi karena kontak dengan agen-agen kontrol sosial. Melibatkan tiga hal: