Iman dan Taqwa Iman ---- Aamana --- Yu’minu ---- iimanan artinya : percaya yaitu sifat dan sikap membenarkan sesuatu atau menganggap sesuatu sebagai benar. Jika menganggap sesuatu sebagai benar, maka anggapan tersebut akan selamanya benar jika dalam proses perjalanan seseorang tidak terjadi reduksi anggapan tersebut. ---- tetap benar. Indikator iman menurut al-Ghazali adalah: Tasdiiqun bi al-qalbi, qaulun bi al-lisaan dan amalun bi al-arkaan
Iman yang dimiliki oleh seseorang timbul karena yang bersangkutan memiliki aqidah Aqidah === aqada --- ya’qidu --- aqdan (jama’nya aqiidatun atau aqaidun) artinya simpul, ikatan, perjanjian yang kokoh dan kuat, dengan demikian seseorang akan memiliki kepercayaan yang kuat jika terdapat simpul, ikatan atau perjanjian yang kokoh dan kuat. Menurut Hasan al-Banna : Aqidah adalah beberapa perkara yang diyakini kebenarannya oleh hati, mendatangkan ketenteraman jiwa, menjadi keyakinan yang tidak tercampur sedikitpun dengan keragu-raguan.
Berdasarkan definisi di atas, maka untuk memahami aqidah terdapat beberapa hal penting yang dapat disimpulkan : 1. Setiap manusia memiliki “fitrah” untuk meyakini kebenaran dengan potensi yang dimilikinya --- kemudian diuji dengan indra dan akalnya. (lihat an-Nahl : 78 - 81) 2. Keyakinan itu harus bulat dan penuh, tidak berbaur dengan kesamaran dan keraguan. (lihat al-Hajj : 54)
3. Keyakinan itu harus mampu mendatangkan ketenteraman jiwa kepada orang yang meyakininya. (lihat Ali Imran :159 dan an-Nisa’ : 142 – 143) 4. Jika seseorang telah meyakini suatu kebenaran, maka konsekwensinya ia harus sanggup membuang jauh-jauh segala hal yang bertentangan dengan kebenaran yang diyakininya. Kebenaran : kesesuaian antara pernyataan tentang sesuatu dengan kenyataan itu sendiri
TAQWA Menurut arti harfiahnya taqwa berarti hati-hati, ingat, mawas diri dan waspada. Taqwa tidak sama dengan takut karena takut dampaknya lebih mengarah ke rasa benci ---- menjauh darinya, sedangkan takwa dalam dampaknya mengarah ke rasa cinta ---- mendekat. (lihat dalam sufistik) Taqwa dalam perspektif Islam adalah sikap mental orang-orang yang beriman dalam mewujudkan kepatuhannya dalam melaksanakan perintah-perintah Tuhannya dan menjauhi larangan-larangan-Nya
KRITERIA ORANG YANG BERTAQWA Surat al- Baqarah ayat 1 – 5: Beriman kepada Yang Ghaib (Tuhan, Malaikat, Hari Akhir, Sorga dan Neraka) Melaksanakan pokok-pokok ibadah dan menggenapinya dengan cabang-cabangnya) Beruntung dan sukses; beruntung dan sukses adalah cita-cita dan tujuan akhir dari segala kerja manusia di dunia (muflihuun) ---- inna akramakum ‘indallaahi atqaakum
Surat Ali Imran 133 – 136: Bekerja sesuai dengan ridhaTuhannya, bukan yang dilarang ataupun yang dimurkainya (menuju maghfirah Allah) Memiliki jiwa sosial yang tinggi Sanggup menahan amarah (bersabar) -- dapat mengendalikan emosi (memiliki stabilitas emosi yang tinggi) Pemaaf, tidak suka menaruh dendam Berbuat baik, jujur Apabila berbuat keji dan dlolim cepat-cepat memohon ampun Tidak mengulang-ulang perbuatan dosanya
Taqwa adalah sikap hidup dan akhlak yang merupakan buah dan hasil didikan ibadah pokok, sedangkan ibadah-ibadah yang dilakukan orang yang beriman merupakan manifestasi dari keimanan ---- lihat al-Baqarah : 21 Kesadaran mengimanani sesuatu ---- melaksanakan apa saja yang disenangi/dicintai oleh sesuatu tsb (ibadah, pengabdian, pengorbanan dll) ---- taqwa (hati-hati, mawas diri, ingat, menjaga diri, memelihara keselamatan diri, melakukan yaang baik dan benar, menafikan/ memantangkan yang jahat dan salah)
Jika masyarakat dijiwai dengan sikap dan perilaku yang mencerminkan taqwa, maka kita dapati adanya: Penguasa yang menepati janji Disiplin Menegakkan keadilan Pema’af (jauh dari rasa hasad, dengki dan balas dendam) Konsisten (pemimpin dan rakyatnya) Memiliki kepribadian yang teguh Bebas dari rasa takut Pasti kemenangan akan diraih ---- taqwa sumber kemenangan