TITIS RASARI NIM: 11083021 Sejarah Metafisika Barat  Sejarah metafisika selalu dipenuhi dengan impian dan nostalgia akan kebenaran, akan logos yang ilahiyah.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Islam dan Multikulturalisme
Advertisements

Disajikan Oleh: RUSMAN ISKANDAR NIM :
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
PENGHEGEMONI ALIRAN KRITIS
Kelompok 7 : Gaby Ananda Reksi Merantama Yeni Mustika Sari
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Kesetaraan Gender Kelompok 6 Dessy Nurrohmah Nenis Iswanda Vivi Elvira.
MK Filsafat dan Etika Kesejahteraan Sosial Arif Wibowo
Topik 3 PANDANGAN KEFILSAFATAN
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
Kajian Budaya berdasarkan penelitian Stuart Hall
Pancasila Sebagai SistemFalsafah Bangsa
PSIKOLOGI – UNTAR metodologi penelitian kualitatif ninawati
Devine Revelation menurut Fazlur Rahman Oleh : zainul adzvar Al-Qur ’ an  Verbal (tidak hanya makna dan ide saja)
Teologi Pembebasan ( Hasan Hanafi )
Pert. 2 Dosen: Dr. Syahrial Syarbaini, MA.
FILSAFAT MANUSIA ESENSI MANUSIA.
FILSAFAT MANUSIA TUBUH DAN JIWA.
FILSAFAT SEJARAH SARDIMAN AM.
PENGHEGEMONI ALIRAN KRITIS
WORKSHOP “RESEARCH DENGAN METODOLOGI PENELITIAN KUALITATIF”
FILSAFAT KETUHANAN (Sebuah Pengantar)
PEMIKIRAN TOKOH – TOKOH DALAM ILMU SOSIAL
Fikom UEU Halomoan Harahap
Modul11 filsafat komunikasi PARADIGMA DASAR ILMU
ALIRAN-ALIRAN & TOKOH-TOKOH FILSAFAT ILMU
Signifikansi Perbedaan Ontologi dan Epistemologi
Posisi Semiotika dan Tradisi-tradisi Besar Filsafat Pemikiran
Aliran Kritis Generasi Pertama
ALIRAN FILSAFAT NATURALISME
Sistem Pers.
Arthur Schopenhauer Ajaran Kefilsafatan Sufi Quraeni
Filsafat Sosiologi Komunikasi
Dasar Identitas Sosial Regularitas Hubungan Manusia
Realitas & “Kesadaran” Semiotika
Postmodernisme dan Dekonstruksi Kebudayaan
OLEH : RIYAN FANANI ANGGANU PERMADI NIM IKOR 2017C
By: Desayu Ekla Surya, S.Sos., M.Si
KOMUNIKASI DAN BUDAYA Reni Dyanasari 2016.
FILSAFAT MANUSIA NUR MUFIDAH
SEJARAH FILSAFAT ILMU.
PANCASILA IDEOLOGI TERBUKA
FILSAFAT MANUSIA KEHENDAK BUTA.
FILSAFAT DAN PARADIGMA ILMU
ASPEK-ASPEK AGAMA Tony Tampake.
URGENSI AGAMA BAGI MANUSIA
FILSAFAT MANUSIA ESENSI MANUSIA.
FILSAFAT MANUSIA TUBUH DAN JIWA.
KEHENDAK BERKUASA FRIEDRICH WILHELM NITZSCE
RUANG LINGKUP FILSAFAT ILMU
Apakah Filsafat Itu ? Etimologis: Filsafat = philosophia, philos + sophia (cinta kebijaksanaan/pengetahuan) Filsafat merupakan aktivitas yang mengusahakan.
Pancasila sebagai sistem filsafat, perbandingan filsafat pancasila dengan sistem filsafat lainnya didunia.
Dekonstruksi Kebenaran (Pengantar ke Pemikiran Aliya Harb)
Materi ALAM PIKIRAN MANUSIA DAN PERKEMBANGANNYA 1 OUTLINE
Filsafat Pendidikan Perenialisme
MATERI KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
Ilmu, Sejarah Perkembangan dan Aliran-Aliran Filsafat Ilmu
Kelompok 9 : Miftahul Jannah Siti Rechal Muhammad Khairunnas
Filsafat Sains Pertemuan ke-2.
Filsafat Perennial (Sayyed Housein Nasr)
Pengartian : LIMA DASAR ATAU LIMA ASAS
Assalamualaikum Wr Wb.
CARA BERPIKIR FILSAFAT
Kedudukan dan Peran Pancasila bagi Bangsa Indonesia
PENGANTAR FILSAFAT Oleh: AHMAD TAUFIQ MA. Belajar Filsafat 1. Dari Sejarah Perkembangan Pemikiran: Yunani Kuno – Filsafat Timur Abad Pertengahan Filsafat.
IDENTITAS NASIONAL Disusun oleh : TL.18.F3 Kelompok 2 1.LYAAYU NOVITA SARI ( ) 2.IRMA SURYANI ( ) 3.JOKO SETIAWAN ( ) 4.NURHASAN.
INTERPRETIF Pertemuan 5
MANUSIA dan REALITAS.
PANCASILA SEBAGAI PANDANGAN HIDUP
ASPEK-ASPEK AGAMA Tony Tampake.
Transcript presentasi:

TITIS RASARI NIM: Sejarah Metafisika Barat  Sejarah metafisika selalu dipenuhi dengan impian dan nostalgia akan kebenaran, akan logos yang ilahiyah dan transenden yang memenuhi benak para filosof yang berpikir bahwa kebenaran itu berada diluar diri manusia dan merupakan sesuatu yang obyektif.  Bagaimana manusia memperoleh kebenaran, itulah yang dipersoalkan oleh filsafat. Tradisi Platonik menyatakan bahwa kebenaran transenden bereksistensi diluar bahasa dan dipahami secara vertikal, yakni dalam hubunghannya dengan yang ilahi atau realitas suci. Karena penekanannya pada aspek spiritual dan adiindrawi, maka Platonisme memahami kebenaran sebagai kenyataan ekstralinguistik yang mandiri dari manusia

 Inilah bentuk awal logosentrisme yang berabad-abad kemudian menjajah alam pikiran barat dan membentuk suatu sistem metafisik yang berbasis pada “kehadiran” atau logos. Hegel mengidentikkan logos itu dengan roh absolud, yang dikonsepsikan sebagai kesadaran mengelani dirinya.  Pengetahuan manusia diibaratkan Hegel sebagai perjalanan panjang menuju roh absolud, yang merupakan satu-satunya pengetahuan manusia yang bentuknya paling sempurna. Manusia memahami dirinya sebagai subyek dengan melakukan dialektika dengan sejarah, hingga akhirnya mencapai kesempurnaan yang berpuncak pada kesadaran diri yang menyeluruh. 2S lid e 2S lid e

Wujud logosentrisme Barat  Narasi “referensi diri” semacam ini sudah ditolak oleh posmodernisme karena terbukti sistem metafisik yang demikian mewariskan filsafat yang totaliter, yang menotalkan segalanya kedalam suatu sistem tunggal. Logosentrisme merupakan “kekerasan metafisik” terhadap yang lain.  Logosentrisme serupa juga menimpa filsafat pasca-Hegelian yang mengganti roh absolud dengan konsep yang diandaikan sebagai “pusat” atau origin dari segala sesuatu

 Alehteia (penyingkapan sang Ada dalam pemikiran Heidegger), eidos (esensi atau struktur eidetik kesadaran dalam pemikiran Husserl), phone (tuturan, wicara,bunyi dalam linguistik Sausurean), arche, telos, energia (dalam konsepsi Aristotelian), Tuhan, diri, manusia, transendentalitas, kesadaran (consciousness) kesadaran-diri (conscience) – semua ini adalah berbagai wujud dari logosentrisme dalam metafisika barat. Akar dari kecenderungan totalisasi dalam filsafat dapat dapat ditelusuri dari dominannya cara berpikir logosentrisme dalam melihat kebenaran.  Pertama-tama filsafat biasa mereduksi berbagai persoalan kedalam satu rumusan universal yang terima secara apriori

 Ketika sebuah prinsi atau aksioma filosofis ditetapkan, maka kebenarannya dianggap berlaku secara universal. Keyakinan pada adanya rasionalitas dalam pemikiran Descartes, atau pengetahuan tunggal yang merupakan puncak tertinggi dari kesadaran historis manausia pada Hegel, mencerminkan hasrat filsafat untuk menguniversalkan segala bentuk partikularitas. Yang universal selanjutnya dipercayai sebagai kebenaran obyektif. Obyektivitasnya tidak terkait dengan subyektivitas individu maupun berbagai perubahan yang terjadi dalam sejarah. Kebenarannya terbebas dari kontingensi karena sifatnya yang absolut dan transenden diluar pengalaman yang partikular. 5 Sl id e 5 Sl id e

Penyeragaman dan Penunggalan  Filsafat kemudian menciptakan kategori-kategori atas berbagai fenomena, mencari kesatuan makna dari berbagai hal yang beragam (craving for genarality), dan melakukan penunggalan atas kemajemukan (craving for unity). Segala hal yang berbeda dari kategori tersebut direduksi dan dicari titik-titik kesamaannya sehingga bisa dihasilkan sebuah metonimi yang padu dan baku. Dengan melakukan hal ini, filsafat sebenarnya telah mereduksi the other dalam economy of the same dan menyeragamkan perbedaan ke dalam suatu sistem homogin

Pandangan Jaqcues Derrida  Bahwa kategori yang disusun filsafat berada dalam lingkup bahasa yang memuat berbagai struktur penandaan. Jika filsafat ingin menyusun rumusan universal, maka sebenarnya tak bisa mengelak dari perbedaan-perbedaan yang dibentuk oleh struktur tanda yang implisit dalam bahasa.  Maka, usaha untuk membuat satu sistem pemikiran yang koheren akan selalu terbentur dengan aspek differensial bahasa. Hal ini menunjukkan bahwa perbedaan adalah “kodrat” dari setiap ketegori atau sistem pemikiran apapun; terbentuknya berbagai macam kategori dalam filsafat juga diakibatkan oleh perbedaan-perbedaan yang melekat dalam bahasa

 Dalam kehidupan sehari-hari perbedaan tidak selalu mengisyaratkan hierarki (misal, warna hitam lebih unggul daripada putih) atau oposisi (hitam meniadakan putih), karena salalu ada ketegori ketiga yang memungkinkan kedua ketegori tersebut tetap seperti sediakala.  Sayang filsafat terlanjur melupakan kemungkinan- kemungkinan semacam ini. Metafisika telah membebani filsafat untuk merengkuh kebenaran dalam totalitasnya dengan menepikan perbedaan-perbedaan yang implisit dalam totalitas itu. Pada hal totalitas tanpa perbedaan hanyalah ilusi.  Kebenaran tidak bisa ditemukan diluar sistem defferensial yang membentuk bahasa; kebenaran tidak tampil dalam ruang hampa, melainkan terrajut dari relasi-relasi yang rumit yang sambung menyambung dalam tubuh bahasa. 8Sl ide 8Sl ide

The Father of Logos  Dalam sejarah pengetahuan manusia, tulisan barangkali bisa dianggap sebagai institusi yang diperlawankan secara diametris dengan logos.Tulisan adalah metafor tentang intertekstualitas, tentang kebenaran –dalam- proses yang jalin menjalin dan bertaut dengan “yang lain”, yang beda. Sementara, logos melambangkan penunggalan atas yang beda dan yang jamak kedalam satu sistem kebenaran yang dipandang sebagai arkhe (archia), sumber, asal-usul, dan telos dari hidup – kebenaran metafisik yang mengandalkan pusat yang tak goyah dan berdiri menjulang di seberang sana. Ketakutan akan keberadaan tulisan adalah ketakutan akan kebenaran yang tak lagi stabil; kebenaran yang menyebar dan tak tertaklukkan oleh kekuasaan logos. 9 T h e F at h er of L o g o s T h e F at h er of L o g o s

 Ketakutan itu mengeras dalam bentuk menolak segala bentuk ikhtiar menghadirkan kebenaran –sebagai- proses, melainkan juga upaya mengontrol kembali kendali kebenaran yang lepas (dari kebenaran tunggal) akibat menerima keberagaman atau perbedaan dalam kebenaran. Derrida menyebutnya sebagai differance yang mengatasi oposisi biner antara kejahatan versus kebaikan, absensi versus kehadiran dalam dunia teks