PENANGKAPAN IKAN DENGAN BAHAN PELEDAK DAN BERACUN DISUSUN OLEH: NAMA: ROBIATUN DEVITA NIM: E1A012044 PRODI: PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
PENGELOLAAN TERPADU SDA DAN OTDA OLEH AHYAR ISMAIL DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN.
Advertisements

PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ( pnpm ) MANDIRI
KEBIJAKAN PENGELOLAAN MERCURY (Hg) DALAM USAHA PERTAMBANGAN DAN PERDAGANGAN EMAS (Sebuah Review dan Opsi Kebijakan) Tata Urut Presentasi Latar belakang.
MK MANAJEMEN SD PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2012.
Rapat Kerja FPIK, Februari 2012 Carita PS ILMU KELAUTAN.
Dasar hukum amdal (UUPLH) TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP:
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan
Peran RZWP3K dalam Perencanaan Pembangunan Bidang Kelautan
Theory of Change Wakatobi National Park Taman Nasional Wakatobi.
KKLD RAJA AMPAT Kofiau  Ha
Direktorat Jenderal Kelautan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
Program Bersama Pemerintah Kabupaten Berau dan Pride RARE
ILMU KEALAMAN DASAR.
Oleh: Agus Dermawan Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
POTENSI BIOTIK TERUMBU KARANG WILAYAH PESISIR DAN LAUT
GOOD GOVERNANCE.
KONSERVASI WILAYAH PESISIR
Oleh Cecep Kusmana Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB
Menginspirasi Konservasi berbasis komunitas
KEBIJAKAN DAN REVITALISASI PERTANIAN
Lestarikan Lingkungan dengan Penghijauan
RENCANA KAMPANYE BANGGA KKLD SELAT TIWORO. Tutupan Terumbu Karang Hidup Di Selat Tiworo Terus Menurun :  Th : km2  Th : 8,32 km2 
Dikutip dari berbagai sumber
CREATED BY: WICKY BARIREZA Xi ips
Mitigasi Laut.
Perencanaan Pembangunan Wilayah
Oleh : Erik Purwanda Yurina Mandasari Dosen : Dr. Ir. M. Ahsin Rifai, M.Si.
KOORDINASI, INTEGRASI DAN SINKRONISASI PERENCANAAN PEMBANGUNAN
Taman Nasional Laut Bunaken
ASPEK LINGKUNGAN & AMDAL
KRITERIA KAWASAN KONSERVASI
Learning Session BRSDMKP
KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN KOPERASI DAN UMKM
Upaya Pengaturan Pengelolaan Sumber Daya Hayati Berkelanjutan
Seiring dengan makin intensifnya global warming, maka intensitas extreme event seperti El Niño dan La Niña, yang biasa disebut ENSO (El.
PENANGANAN TERPADU DALAM PENGELOLAAN SUMBERDAYA ALAM DI WILAYAH PESISIR, LAUTAN DAN PULAU.
KONSERVASI LANSKAP : BENTANG ALAM EKOSISTEM PESISIR DAN PULAU KECIL
KRITERIA KAWASAN KONSERVASI
Kuliah 2 ARTI DAN PERAN AMDAL.
PENGELOLAAN SDA DAN LINGKUNGAN
KOMPLEKSITAS PENGELOLAAN PERBATASAN
SUMBERDAYA PERIKANAN Kuliah Ke-4.
LINGKUNGAN DALAM KAJIAN ETIKA & MORAL
Prinsip Pengelolaan Pesisir
PENGELOLAAN SUMBER DAYA IKAN
ASAS PENGELOLAAN KONSERVASI
TERUMBU KARANG.
Dikutip dari berbagai sumber
HARRY WIJAYANTO
“PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR SECARA TERPADU BERBASIS MASYARAKAT “
DINAMIKA SOSIAL BUDAYA MASYARAKAT PESISIR (PERUBAHAN SOSIAL)
Pelestarian Lingkungan Hidup
Oleh: Rahilla Apria Fatma, S.Kom., MT.
Tujuan, Sasaran, dan Aplikasi pengelolaan lingkungan hidup
KEARIFAN LOKAL AWIG-AWIG
Penangkapan ikan di lokasi 5 ‘no-take zone’ dalam KKPD Misool menurun
Potensi dan Persebaran Sumber Daya Laut di Indonesia
KEBIJAKAN OBAT  .
Geography Presentation ASSALAMMUALAIKUM WR. WB
Definisi Iptek Lingkungan
Ekonomi Ekologi dan Tata Kelola Lautan yang Berkelanjutan
PENGELOLAAN SUMBERDAYA HAYATI PESISIR DAN LAUT
PENDAHULUAN DAN PENGANTAR FISIOTERAPI DISASTER
1  Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses pengembangan potensi dan kemampuan sehingga tumbuh kapasitas untuk memecahkan masalah- masalah yang mereka.
Pemanfaatan Sumber Daya Alam dengan Prinsip Ekoefisien
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
ASPEK LINGKUNGAN & AMDAL
INDONESIA MENUJU POROS MARITIM DUNIA Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki potensi untuk menjadi Poros Maritim Dunia.
Keanekaragaman Hayati
Transcript presentasi:

PENANGKAPAN IKAN DENGAN BAHAN PELEDAK DAN BERACUN DISUSUN OLEH: NAMA: ROBIATUN DEVITA NIM: E1A012044 PRODI: PENDIDIKAN BIOLOGI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN 2013

Penangkapan Ikan Dengan Bahan Peledak dan Bahan Beracun

1.Penangkapan dengan bahan peledak Penangkapan ikan dengan menggunakan bahan peledak merupakan cara yang sering digunakan oleh nelayan traditional didalam memanfaatkan sumberdaya perikanan khususnya di dalam melakukan penangkapan ikan-ikan karang. Penangkapan ikan-ikan karang dengan menggunakan bahan peledak dapat memberikan akibat yang kurang baik, baik bagi ikan-ikan yang akan ditangkap maupun untuk karang yang terdapat pada lokasi penangkapan.

Penggunaan bahan peledak dalam penangkapan ikan di sekitar daerah terumbu karang menimbulkan efek samping yang sangat besar. Selain rusaknya terumbu karang yang ada di sekitar lokasi peledakan, juga dapat menyebabkan kematian biota lain yang bukan merupakan sasaran penangkapan. Oleh sebab itu, penggunaan bahan peledak berpotensi menimbulkan kerusakan yang luas terhadap ekosistem terumbu karang.

Penggunaan bahan peledak di daerah terumbu karang akan menghancurkan struktur terumbu karang dan dapat meninggalkan gunungan serpihan karang hingga beberapa meter lebarnya (Hamid, 2007). Selain memberi dampak yang buruk untuk karang, kegiatan penangkapan dengan menggunkan bahan peledak juga berakibat buruk untuk ikan-ikan yang ada. Ikan-ikan yang ditangkap dengan menggunakan bahan meledak umumnya tidak memiliki kesegaran yang sama dengan ikan-ikan yang ditangkap dengan menggunakan alat tangkap ramah lingkungan.

Walaupun demikian adanya, nelayan masih tetap menggunakan bahan peledak didalam melakukan kegiatan penangkapan karena hasil yang mereka peroleh cendrung lebih besar dan cara yang dilakukan untuk melakukan proses penangkapan tergolong mudah.

Penangkapan dengan Bahan Beracun Selain penggunaan bahan peledak didalam penangkapan ikan diderah karang, kegiatan yang marak dilakukan oleh nelayan adalah dengan menggunakan obat bius atau bahan beracun lainnya. Bahan beracun yang umum dipergunakan dalam penangkapan ikan dengan pembiusan seperti sodium atau potassium sianida. Seiring dengan meningkatnya permintaan konsumen terhadap ikan hias dan hidup memicu nelayan untuk melakukan kegiatan penangkapan yang merusak dengan menggunakan racun sianida.

Kegiatan ini umum dilakukan oleh nelayan untuk memperoleh ikan hidup   Kegiatan ini umum dilakukan oleh nelayan untuk memperoleh ikan hidup.   Hasil yang diperoleh dengan cara ini memang merupakan ikan yang masih hidup kan tetapi penggunaannya pada daerah karang memberikan dampak yang sangat besar bagi terumbu karang. Selain itu penangkapan dengan cara ini dapat menyebabkan kepunahan jenis-jenis ikan karang tertentu. Racun tersebut dapat menyebabkan ikan besar dan kecil menjadi mabuk dan mati. Disamping mematikan ikan-ikan yang ada, sisa racun dapat menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan terumbu karang, yang ditandai dengan perubahan warna karang yang berwarna warni menjadi putih yang lama kelamaan karang menjadi mati.

SOLUSI YANG DILAKUKAN UNTUK MENGATASI MASALAH LINGKUNGAN AKIBAT PENANGKAPAN IKAN DENGAN BAHAN PELEDAK DAN BERACUN COREMAP (Coral Reef Rehabilitation and Management Program), atau Program Rehabilitasi dan Pengelolaan Terumbu Karang, adalah program jangka panjang yang diprakarsai oleh Pemerintah Indonesia dengan tujuan untuk melindungi, merehabilitasi, dan mengelola pemanfaatan secara lestari terumbu karang serta ekosistem terkait di Indonesia, yang pada gilirannya akan menunjang kesejahteraan masyarakat pesisir.

Tahap-tahap yang dilakukan COREMAP pada awalnya direncanakan untuk 15 tahun, yang terdiri dari tiga tahap, yang berturut-turut mempunyai tujuan sebagai berikut: Tahap I, Tahap Inisiasi (1998 – 2001): untuk menetapkan landasan kerangka kerja sistem nasional terumbu karang; Tahap II, Tahap Akselerasi (2001 – 2007): untuk menetapkan sistem pengelolaan terumbu karang yang andal di daerah-daerah prioritas;

Tahap III, Tahap Pelembagaan (2007 – 2013): untuk menetapkan sistem pengelolaan terumbu karang yang andal dan operasional, dengan pelaksanaan terdesentralisasi, dan telah melembaga.

Tujuan dan Kegunaan Tujuan 1.Memberikan arahan yang jelas dalam pengelolaan sumberdaya desa, agar sasaran pengelolaan dapat dicapai sesuai dengan yang diinginkan. 2.Mendukung program Pemerintah Desa dan Daerah dalam meletakkan dasar pembangunan 3.Menumbuh kembangkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam membuat rencana, melaksanakan dan mengevaluasi pelaksanaan pengelolaan sumberdaya terumbukarang serta sumberdaya lainnya secara mandiri dan berkelanjutan.

kegunaan 1.Menjadi acuan pelaksanaan pembangunan desa khususnya dalam pengelolaan sumberdaya pesisir dan laut secara berkelanjutan 2.Sebagai dasar dalam upaya peningkatan kapasitas sumberdaya manusia pada masyarakat desa disamping peningkatan kelembagaan ditingkat desa, baik yang telah lama terbentuk maupun lembaga yang baru dibentuk 3.Sebagai pendukung dalam upaya percepatan peningkatan kesejahteraan masyarakat desa khususnya

Dalam menanggulangi permasalahan illegal fishing yang ada sehingga tidak berkelanjutan dan menyebabkan kerusakan yang berdampak besar maka diperlukan solusi yang tepat untuk menekan terjadinya kegiatan tersebut seperti: 1) peningkatan kesadaran masyarakat nelayan akan bahaya yang ditimbulkan dari illegal fishing (penangkapan ikan dengan bahan peledak dan bahan beracun. 2) peningkatan pemahaman dan pengetahuan nelayan tentang illegal fishing (dengan bahan peledak dan bahan beracun.

3) melakukan rehabilitasi terumbu karang 3) melakukan rehabilitasi terumbu karang. 4) membuat alternatife habitat karang sebagai habitat ikan sehingga daerah karang alami tidak rusak akibat penangkapan ikan. 5) mencari akar penyebab dari masing-masing masalah yang timbul dan mencarikan solusi yang tepat untuk mengatasinya. 6) melakukan penegakan hukum mengenai perikanan khususnya dalam hal pemanfaatan yang bertanggung jawab. 7) meningkatkan pengawasan dengan membuat badan khusus yang menangani dan bertanggung jawab terhadap kegiatan illegal fishing.