HADITS KEtigapuluh satu
Dari Abu Abbas Sahl bin Sa’ad Assa’idi radhiallahuanhu dia berkata: Seseorang mendatangi Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam, maka beliau berkata: Wahai Rasulullah, tunjukkan kepadaku sebuah amalan yang jika aku kerjakan, Allah dan manusia akan mencintaiku, maka beliau bersabda: Zuhudlah terhadap dunia maka engkau akan dicintai Allah dan zuhudlah terhadap apa yang ada pada manusia maka engkau akan dicintai manusia. [Hadits hasan riwayat Ibnu Majah dan lainnya dengan sanad hasan] Rasulullah SAW menganjurkan kepada kita untuk tidak berlebih-lebihan dalam mencintai hal-hal duniawi. Beliau SAW juga menganjurkan kita untuk bersikap zuhud, sebagaimana sabda Beliau: “Jadilah kamu di dunia ini laksana orang asing atau pengembara.” Sabda Beliau yang lain: “Cinta kepada dunia menjadi pangkal dari segala perbuatan dosa.”
Sabda Beliau SAW: “Orang yang zuhud dari segala kesenangan dunia menjadikan hatinya nyaman di dunia dan di akhirat. Sedangkan orang yang mencintai dunia hatinya menjadi resah di dunia dan di akhirat.” Manusia di dunia ini sesungguhnya ibarat tamu dan kekayaan yang ada di tangan ibarat pinjaman. Suatu saat tamu itu akan pergi dan barang pinjaman itu harus dikembalikan. Sang pemilik mutlak hanyalah Allah. Dunia adalah ibarat kawah condrodimuko yang menjadi tempat penggemblengan diri untuk menjadi manusia yang terbaik. Jika proses penggemblengan diri yang dilakukan sesuai dengan petunjuk, maka ia akan keluar dari dunia ini dengan status manusia paripurna. Sebaliknya, jika prosesnya tidak bagus, maka hasilnya juga tidak akan bagus.
Dalam hadits di atas, Rasulullah SAW menasihati penanya agar menjauhkan diri dari menginginkan sesuatu yang dimiliki orang lain secara tidak rasional dan tidak sehat, karena akan menimbulkan dengki dan fitnah. Jika seseorang ingin dicintai dan lalu meninggalkan kecintaannya kepada dunia, maka mereka tidak mau berebut dan bermusuhan hanya karena mengejar kesenangan dunia. Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang menjadikan akhirat sebagai cita-citanya, maka Allah akan menyatukan kemauannya, hatinya dijadikan merasa kaya dan dunia datang kepadanya dengan memaksa. Sedangkan barang siapa yang bercita-cita mendapatkan dunia, maka Allah menjadikan kemauannya berantakan, kemiskinan senantiasa membayang di pelupuk matanya, dan dunia hanya didapatnya sekadar apa yang telah ditakdikan baginya.” Hadits ini menunjukkan kepada kita bahwa sikap zuhud, yang berarti meninggalkan kecintaan kepada dunia, bukan berarti menolak kekayaan duniawi. Justru, sikap zuhud ini akan membuat hati dan dada kita lapang, sehingga kita akan lebih mudah dan ringan dalam mencari nafkah di dunia. Karena nafkah yang kita cari adalah untuk ibadah, bukan untuk kesenangan. Orang yang zuhud, sebagaimana dijelaskan dalam hadits ini, justru akan lebih mudah mendapatkan kekayaan, dan tentu saja lebih barakah karena niat yang dimilikinya.