Dr.Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TRANSFORMASI DATA.
Advertisements

Pemuliaan Tanaman.
Teknologi-teknologi yang mendasari bioteknologi
Teknik Pembuatan dan Pengukuran Tanaman Uji
Ekspresi gen Turnip Mosaic Virus (TuMV) pada Sawi Cina (Brassica rapa)
DWI ANITA SURYANDARI Departemen Biologi Kedokteran FKUI
Logam berat ? Berbahaya ? Solusi ?
Pendahuluan Bioteknologi Teknik-teknik yang menggunakan organisme hidup untuk:  membuat atau memodifikasi suatu produk  Memperbaiki sifat-sifat orgnisme.
1 SEMUA RESEARCH DILIBATKAN DLM PERLAWANAN TERHADAP ERROR Sampling error Error karena nonresponse Error dlm prosesing dan statistical analisis Kesalahan.
PENGENDALIAN ORGANISME PENGGANGGU TUMBUHAN (POPT)
Studi Tekno-Ekonomi Pengolahan Tanah di Kecamatan Pauh Kota Padang Sumatera Barat Dr. Ir. Santosa, MP.
DIAGNOSIS PENYK. TNM. KD:
VAKSINASI IKAN.
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PENGERTIAN DASAR Prof.Dr. Kusriningrum
PRINSIP EKOLOGI DALAM PENGENDALIAN HAYATI
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
KELAS BENIH Benih penjenis (Breeder seed) BS: dirakit oleh pemulia, diawasi oleh pemulia atau instansinya, merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar.
Pengelolaan Hama Terpadu
ABSTRAKSI PENELITIAN Penulis drh. Mustofa Helmi Effendi, DTAPH.; Dr.dr. Kuntaman, M.S., SpMK.; Dr.drh. A.T. Soelih E Asal Fakultas Kedokteran Hewan Sumber.
BAB VIII: METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI
Pemuliaan Padi Kelompok 4 Abd. Lathif al-basyir
MASA INKUBASI AIDS Masa inkubasi adalah waktu yang diperlukan sejak seseorang terpapar virus HIV sampai dengan menunjukkan gejala-gejala AIDS. Waktu yang.
Dr. Henny Saraswati, M.Biomed
PERAKITAN KULTIVAR KACANG TANAH TAHAN PENYAKIT BERCAK DAUN DENGAN KAPASITAS SOURCE-SINK SEIMBANG UNTUK PENINGKATAN PRODUKTIVITAS.
PENGANTAR BIOLOGI MOLEKULER
Teknik pembuatan pupuk hayati (Kapsul)
METODOLOGI PENELITIAN
OPTIMASI TEKNIK REGENERASI TANAMAN NILAM SECARA IN VITRO
DETEKSI VIRUS MELALUI ENZYME- LINKED IMMUNOSORBENT ASSAY (ELISA)
PENYUSUNAN REKOMENDASI PENGELOLAAN LAHAN YANG OPTIMAL BERDASARKAN KARAKTERISTIK LAHAN UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS PADI (>20%) DI SENTRA PRODUKSI BERAS.
METODE PEMULIAAN TANAMAN MENYERBUK SENDIRI
Hama laten Ledakan wereng coklat pada dasa warsa :
DASAR-DASAR PERLINDUNGAN TANAMAN
BIOLOGI DAN NERACA KEHIDUPAN KUTUKEBUL Bemisia tabaci Genn
PEMANFAATAN MUSUH ALAMI DALAM PENGENDALIAN KUTU KEBUL,
Dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL)
CARA PENGUMPULAN DATA SENSUS DATA POPULASI ANALISIS NILAI PARAMETRIK
Potensi Limbah Lumpur Minyak Kelapa Sawit dengan Pseudomonas fluorescens dalam Menekan Penyakit Busuk Pangkal Batang pada Kelapa Sawit (Ganoderma sp.)
(Daryanto 2005) DISTRIBUTION OF BEGOMOVIRUSES IN IDONESIA BALI SUMUT
Perancangan Percobaan (Rancob)
Dr. Tri Asmira Damayanti
STAGE 1 Padang Pariaman – Pariaman 7 Juni 2014 Start Finish Jarak 100 Km.
UJI PEMANFAATAN BAKTERIOFAGE SEBAGAI
Outbreak di Indonesia 1980: Kedelai di Indramayu, 30 – 50 Ha
Faktor – faktor yang mempengaruhi perkembangan epidemi penyakit tumbuhan yaitu :
ROADMAP Petani dan Pemulia TAHUN I TAHUN II Pasar Produk
VIROLOGY.
PENGEMBANGAN METODOLOGI UNTUK IDENTIFIKASI TINGKAT DEGRADASI LAHAN DI LAHAN KERING MENDUKUNG PENDAYAGUNAAN LAHAN TERLANTAR UNTUK KEPERLUAN PERTANIAN PROF.
KEGIATAN PENELITIAN SELANJUTNYA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
POTENSI BARU PENGHASIL SENYAWA ANTIMIKROBIAL DARI BAKTERI FILOSFER DAUN REUNDEU (Staurogyne longata)
KESIMPULAN Padi varietas Inpari 13 paling berpeluang memiliki sifat durable resistance terhadap serangan WBC biotipe 3 maupun biotipe 2 Padi varietas.
2. PERBANYAKAN STOK WBC Varietas padi: Wereng biotipe Pelita
Penggunaan Gen Cyt B sebagai Pendeteksi Cemaran Daging Tikus (Rattus norvegicus) pada Produk Daging Olahan Dr. Ir. Henny Nuraini, M.Si Prof. Dr. Ir. Cece.
Dini Wulan Sari G Tugas Minggu 7
VIROLOGI TUMBUHAN.
BIOPESTISIDA PT AGRO LESTARI INDONESIA
Pemuliaan Tanaman.
Merlin Narakarti K.H.S. ( )
Teknologi-teknologi yang mendasari bioteknologi
TRANSFORMASI DATA YAYA HASANAH.
KONSEP TERJADINYA PENYAKIT (SEGITIGA EPIDEMIOLOGI) Oleh: Azyyati Ridha Alfian, SKM., MKM STIKES DHARMA LANDBOUW PADANG.
SURVEILANS HEPATITIS A
METODOLOGI Percobaan Lapang
VIROLOGY.
Gambar 1 Kurungan untuk pemeliharaan dan perbanyakan B. tabaci
PENYAKIT MOSAIK PADA TANAMAN NILAM DI INDONESIA
Karakterisasi molekul dan evaluasi efikasi jagung transgenic resistensi terhadap serangga dan toleransi terhadap glifosat Molecular characterization and.
KORELASI ANTARA KOMPONEN HASIL DENGAN HASIL PADA POPULASI F6 TANAMAN CABAI MERAH BESAR (Capsicum annuum L.)
Transcript presentasi:

Dr.Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc POTENSI RHIZOBAKTERIA INDIGENUS DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN GALUR CABAI TERHADAP KERAGAMAN STRAIN GEMINIVIRUS DAN BIOTIPE SERANGGA VEKTORNYA Bemisia tabaci (Hemiptera:Aleyrodidae) Jumsu Trisno, SP., M.Si Dr.Ir. Sri Hendrastuti Hidayat, M.Sc Dr. Ishak Manti, MS

GEMINIVIRUS; PepYLCV LATAR BELAKANG - 100% VEKTOR VIRUS-VIRUS: CABAI CMV, TMV, PVY, TEV TRSV, PVX, ChiVMV GEMINIVIRUS; PepYLCV

STRATEGI PENGENDALIANNYA FAKTOR-FAKTOR-NYA SANGAT KOMPLEK KEJADIAN DAN SEBARANNYA DI LAPANGAN SERANGGA VEKTOR KEJADIAN DAN SEBARANNYA DI LAPANGAN UMUMNYA MENGGUNAKAN INSEKTISIDA: VEKTOR KARAKTERISASI DAN KERAGAMAN ORGANISME PENYEBAB KARAKTERISASI DAN KERAGAMAN ORGANISME PENYEBAB STRATEGI PENGENDALIANNYA STRATEGI PENGENDALIAN KULTIVAR/ VARIETAS TAHAN AGENS PENGINDUKSI KETAHANAN TANAMAN KARAKTERISASI: BIOLOGI, SEROLOGI DAN MOLEKULER FAKTOR LINGKUNGAN

TUJUAN PENELITIAN Mendapatkan karakterisasi keragaman virus penyebab penyakit kuning keriting cabai dari lokasi geografis berbeda di Sumatera Barat (Tahun I) Mendapatkan karakteristik keragaman vektor virus kuning keriting cabai yang berasal dari geografis yang berbeda di Sumatera Barat (Tahun I) Mempelajari hubungan strain virus dan biotipe vektornya, melalui efisiensi penularannya (Tahun II) Mengevaluasi respon dan tingkat ketahanan galur cabai terhadap strain dan biotipe serangga vektor yang berbeda (Tahun II) Mempelajari respon ketahanan galur cabai yang diimunisasi dengan agen hayati rhizobakteria indigenus (Tahun II)

Gbr 1. Bagan Alur Rencana Penelitian

METODE PENELITIAN Dirancang 2 thn (Alur penelitian); TAHUN I : Kajian Keragaman geminivirus dan serangga vektornya dari lokasi geografis berbeda di Sumatera Barat Tahap 1. Kajian Keragaman Geminivirus Pengumpulan sampel; dari lokasi dengan altitute beda Sumatera Barat (Rendah: Pesisir Selatan & Pasaman Barat; Sedang: 50 Kota & T.Datar; Tinggi: Solok & Agam) Perbanyakan inokulum; vektor dan penyambungan Deteksi geminivirus dengan teknik PCR; isolasi DNA dg Metode Dellaporta et al (1983), amplifikasi PCR primer PAL1v1978 & PAR1c715 (Produk ± 1.600 bp) Sekuensing Analisis kekerabatan: ClustalW

Tahap 2. Kajian Keragaman Serangga Vektor B. tabaci Pengumpulan B. tabaci; dari lokasi dengan altitute beda Sumatera Barat (Rendah: Pesisir Selatan & Pasaman Barat; Sedang: 50 Kota & T.Datar; Tinggi: Solok & Agam): Pupa dan Imago dari cabai dan inang lainnya Perbanyakan B. tabaci; dipelihara dalam kurungan serangga, brokoli-tanaman cabai sehat Identifikasi B. tabaci; Metode Martin (1987), membuat preparat puparium. Isolasi DNA; Metode Goodwin et al. (1994) : CTAB Amplifikasi dan sekuensing gen COI; Metode Frohlich et al (1999) Primer C1-J-2-2195 MTD-10 & 12-N-3014 MTD-12, sekuensing menggunakan mesin ABI-Prisma 3100-Avant genetic Analyzer Analisis filogenetik: ClustalW version 1.82 dengan membandingkannya dengan sekuen geminivirus yang ada di GeneBank. Analisis filogenetik dan jarak genetik dilakukan menggunakan program PAUP version 4.0b

Percobaan I: Hubungan strain geminivirus dgn biotipe B. tabaci TAHUN II : KAJIAN HUBUNGAN STRAIN GEMINIVIRUS dgn BIOTIPE VEKTOR, RESPON KETAHANAN GALUR CABAI, dan POTENSI RHIZOBAKTERIA DALAM MENINGKATKAN KETAHANAN TANAMAN CABAI Percobaan I: Hubungan strain geminivirus dgn biotipe B. tabaci Dari Hasil TAHUN I; Strain-strain Geminivirus & Biotipe B. tabaci Beberapa percobaan: periode akuisisi, periode inokulasi, dan jumlah serangga yg dpt menimbulkan gejala kuning keriting cabai Setiap unit terdiri atas 10 tanaman uji dan lima kontrol dg serangga 10 ekor/tanaman, kecuali untuk jumlah serangga Periode akuisisi; biotipe B. tabaci diberi makan selama ¼, ½, 1, 3, dan 6 jam, dan periode inokulasi 48 jam pd tan. Uji; PENGAMATAN: Periode inokulasi; B. tabaci diberi makan akuisisi 24 jam, seterusnya periode inokulasi selama ¼, ½, 1, 3, 6, dan 12 jam pd tanaman uji. PENGAMATAN: Jumlah serangga; Jumlah minimum yg mampu menularkan geminivirus; jumlah serangga: 1, 3, 5, 10, 15, 20 ekor, dg periode akuisisi 24 jam dan inokulasi 48 jam. PENGAMATAN

Percobaan II : Seleksi Ketahanan Galur Cabai (Komersial) Strain geminivirus (Hasil tahun I) RAL : 6 Galur; 10 Ulangan Periode makan akuisisi dan makan inokulasi dan jumlah serangga vektor (Hasil Tahun II tahap 1) Pengamatan: masa inkubasi, variasi gejala dan kejadian penyakit Penentuan respon ketahanan tanaman : Tabel 1. Kejadian penyakit (%) Kriteria ketahanan Imun X<10 Tahan 10<X<30 Agak tahan 30<X<50 Rentan X<50 Sangat rentan

Percobaan III : KAJIAN RESPON KETAHANAN GALUR CABAI YANG DIIMUNISASI DENGAN ISOLAT RHIZOBAKTERIA INDIGENUS Metode penelitian Rancangan RAL 15 Perlakuan; 10 ulangan dengan perlakuan isolat-isolat rhizobakteria indigenus Galur cabai rentan (TM 888) Perbanyakan geminivirus dan B. tabaci (Tahun I) Penyiapan rhizobakteria; Koleksi lab. Mikrobiologi jur. HPT Faperta Unand (Jumsu Trisno), diremajakan preculture-mainculture, populasi 108 Sel/ml Introduksi rhizobakteri; Saat Benih dan Pindah ke polybag Inokulasi geminivirus; bibit cabai umur 4 hari setelah introduksi Rhizobakteria ke 2

HASIL Percobaan I : Kajian Hubungan Strain Geminivirus dan Biotipe B. tabaci dalam Menimbulkan Penyakit Kuning Keriting Cabai A B C D A).10 hari setelah inokulasi, B). 15 hari setelah inokulasi, C). 20-30 hari setelah inokulasi, D). Tanaman sehat (kontrol).

Kesimpulan 1. Serangga vektor B. tabaci biotipe non B asal Bogor, dan Pesisir Selatan sudah mampu menularkan virus setelah 15 menit melakukan akuisisi, dan inokulasi. Periode akuisisi dan inokulasi yang optimal untuk menularkan virus adalah 6-12 jam. 2. Serangga vektor B. tabaci merupakan vektor yang sangat efektif, karena hanya dengan satu ekor vektor yang viruliferus telah dapat menularkan virus penyebab penyakit kuning keriting cabai. 3. Efektifitas penularan virus oleh serangga vektor ditentukan oleh strain geminivirus. B. tabaci dari lokasi yang sama dengan strain geminivirus akan lebih efektif menularkan geminivirus di bandingkan dengan strain geminivirus asal lokasi geografis yang berbeda. 4. Efektifitas penularan akan meningkat dengan bertambahnya waktu akuisisi, inokulasi dan jumlah serangga vektor.

Percobaan II : Seleksi Ketahanan Beberapa Kultivar Cabai A. Patogenesitas Strain Geminivirus Asal Isolat Geminivirus Kode Isolat Masa Inkubasi (hsi) Gejala Pada Tanaman Perbanyakan Virusx) Padang PDG-1 13,0y) (12-14) ktr, cp, kn PDG-2 14,5 (14-15) ktr, cps, kecil-kecil PDG-3 7,8 (7-9) kt, cp, pdk, vc Pesisir Selatan PSS1-1 10,33 (8-14) kt, kcc PSS1-2 ktr PSS1-3 14,0 (12-15) kt, cp, kcc, pdk PSS1-4 8,0 (8) kt, mr PSS1-5 12,67 (8-15) PSS1-6 10,6 (8-15) kt, cp, kcc, kd PSS1-7 9,2 (8-10) kts, cp, tk PSS1-8 11,5 (10-15) kt, mr, pdk Solok So-3 14,0 (14) ktr, kn So-4 15,2 (14-16) kt, cpr, kcc So-5 13,0 (11-15) ktr, pdk, vc So-7 10,0 (10) ktr, vc So-8 15,0 (15) kt, cp, pdk

Asal Isolat Geminivirus Kode Isolat Masa Inkubasi (hsi) Gejala Pada Tanaman Perbanyakan Virusx) Limapuluh Kota PYK2-1 19,5 (19-20) ktr PYK1-1 19,33 (16-21) kts, cps PYK1-2 16,4 (12-20) kt, cp, kcc PYK1-4 16,6 (12-21) ktr, pdk PYK1-6 19,0 (17-21) ktr,cpr Tanah Datar TD1-1 23,25 (19-28) ktr, cp, kcc TD1-2 20,5 (19-21) ktr, kcc, pdk TD1-4 20,0 (20) kn, cpr TD-2 21,67 (19-22) kn, cp, kcc TD-5 21,8 (19-25) kn, cpr, kcc Agam Ag1-3 17,75 (16-19) kt, kcc, pdk Ag1-4 18,33 (17-19) kn, cp, kcc, pdk Ag1-5 20,0 (19-21) vb, kt, cp Ag-2 20,0 (17-23) kn, kt, kcc Ag2-1 19,5 (18-12) cp, kcc

B. Respon Ketahanan Kultivar Cabai Kultivar Cabai Masa Inkubasi (hari) Kejadian Penyakita) Variasi gejalab) Tingkat Keparahanc) Respond) Jatilaba 18 – 30 100 s, vc, m, kr 3 R Keriting TM 888 15 – 28 s, vc, kr Keriting TM 999 14 – 20 s, vc, m, kr 4 S R Tit Super 18 – 28 s, vc, mr 2 A T Tornado 15 – 30 s, vc, m, cp Cayenne 18 – 24 s, vc, m

Kesimpulan Kultivar cabai yang berbeda memberikan respon yang berbeda. Dari 6 kultivar komersial yang diuji 1 kultivar (Tit Super) memberikan respon agak tahan, 3 kultivar (Jatilaba, TM-888, dan Tornado) memberikan respon rentan (R) dan 2 kultivar (TM-999 dan Cayenne) sangat rentan (SR).

Introduksi Rhizobakteria Percobaan III : Respon Tanaman Cabai yang diimunisasi dengan Rhizobakteria Indigenus Terhadap Infeksi Geminivirus A. Analisis Berdasarkan Gejala dan Kejadian Penyakit Introduksi Rhizobakteria Masa Inkubasi (hari) Kejadian Penyakit (%) Tingkat Keparahan (%) Xkpa) Eb) Xtkc) E Tanpa RB (K+) 6 – 10 100 0,0 3,9 Isolat Ag2-6 12 – 16 4,0 -2,56 Isolat Ag3-7 10 – 16 Isolat TD1-3 6 – 21 50,0 1,2 69,23 Isolat TD1-8 15 10,0 90,0 0,2 94,87 Isolat ST-13 11 – 15 Isolat GN-3 12 – 21 Isolat Ag1-5 21 – 22 30,0 70,0 0,6 84,61 Isolat LPK1-9 9 – 21 40,0 60,0 0,9 76,92 Isolat TD2-13 8 – 16 80,0 20,0 2,2 43,58 Isolat SLK2-16 Isolat PSS1-4 7 – 15 3,2 17,94 Isolat SLK2-11 9 – 12 3,3 15,38 Isolat SKT-6 2,7 30,76 Isolat LPK1-4 4 – 8 2,3 41,02

A). Tanpa Rhizobakteria, B). Ag2-6, C). Ag3-7, D). TD1-3, E). TD1-8, A B C D E F G H I J K L M N O A). Tanpa Rhizobakteria, B). Ag2-6, C). Ag3-7, D). TD1-3, E). TD1-8, F). ST-13, G). GN-3, H). Ag1-5, I). LPK1-9, J). TD2-13, K). SLK3-16, L). PSS1-4, M). LPK1-4, N). SLK2-11, O). SKT-6

Grafik perkembangan intensitas serangan penyakit kuning keriting cabai pada bibit cabai yang diintroduksi beberapa isolat rhizobakteria.

Introduksi Rhizobakteria B. Analisis Berdasarkan Gejala dan Kejadian Penyakit Introduksi Rhizobakteria Tinggi Tanaman Berat Basah Berat Kering X E (%) Tanpa RB (K+) 21,5 ab 2,56 b 0,29 b Isolat Ag2-6 10,4 c -106,53 0,73 b -250,59 0,09 b -238,64 Isolat Ag3-7 12,6 c -70,09 0,98 b -159,31 0,12 b -156,89 Isolat TD1-3 25,1 ab 14,03 8,59 a 70,16 1,31 a 77,29 Isolat TD1-8 24,5 ab 12,13 8,57 a 68,62 1,20 a 75,17 Isolat ST-13 12,9 c -67,05 0,61 b -321,38 0,07 b -351,51 Isolat GN-3 28,2 a 23,65 9,22 a 72,24 1,21 a 75,41 Isolat Ag1-5 17,9 bc -20,38 9,20 a 72,14 77,51 Isolat LPK1-9 25,7 ab 16,28 9,54 a 73,13 1,32 a 77,49 Isolat TD2-13 15,2 c -41,26 0,72 b -254,85 -292,11 Isolat SLK2-16 8,2 c -160,92 0,53 b -379,77 0,05 b -520,83 Isolat PSS1-4 13,4 bc -59,97 0,79 b -224,48 0,08 b -254,76 Isolat SLK2-11 15,8 bc -36,16 0,86 b -199,30 0,10 b -198,00 Isolat SKT-6 16,6 bc -29,21 1,17 b -119,73 0,15 b -104,11 Isolat LPK1-4 20,4 ab -5,54 3,46 b 25,95 0,42 b 29,05

KESIMPULAN Didapatkan 5 isolat rhizobakteria (TD1-3, TD1-8, GN-3, Ag1-5, dan LPK1-9) indigenus cabai yang potensial dalam menginduksi ketahanan kultivar cabai terhadap penyakit kuning kering cabai dengan efektifitas penurunan kejadian penyakit 50 – 90 % dan tingkat keparahan penyakit 69,23 – 94,87 % Introduksi rhizobateria dapat juga meningkatkan pertumbuhan tanaman cabai dengan efektifitas peningkatan 12,13 – 23,65 % terhadap tinggi tanaman, 68,62 – 73,13 % berat basah tanaman, dan 75,17 – 77,51 % berat kering tanaman.

HASIL YANG DITARGETKAN Publikasi: Jurnal Microbiologi Indonesia, Vol. 3 No.2 August 2009 Detection and sequence diversity of begomovirus associated with yellow leaf curl disease of pepper (Capsicum annum L.) in West Sumatra, Indonesia 2. Jurnal Natur Indonesia : Identifikasi molekuler begomovirus penyebab penyakit kuning keriting pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) di Sumatera Barat (Reviewer) 3. Jurnal HPT Tropika: Virus-virus yang berasosiasi dengan penyakit virus kuning keriting pada tanaman cabai (Capsicum annum L.) di Sumatera Barat. (Reviewer)

Seminar : Poster, pada seminar internasional Bioteknologi di Padang, 17 Maret 2009. Judul: Characterization Intergenic Sequences and Phylogenetic Begomovirus Associated With Yellow Leaf Curl Disease of Pepper in West Sumatra, Indoensia 2. Seminar SEMIRATA BKS-PTN Wilayah Barat, di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa taggal : 13 - 16 April 2009. Judul : INTERAKSI INFEKSI CAMPURAN Chilli Veinal Mottle Virus (ChiVMV) DAN GEMINIVIRUS PENYEBAB PENYAKIT KUNING KERITING CABAI (Capsicum annum L.) 3. Seminar internasional, workshop dan kongres PFI di Makasar 4-7 Agustus 2009. Judul: Sequence Diversity and Phylogeny of Begomovirus Associated with Yellow Leaf Curl Disease of Pepper (Capsicum annum L.) in West Sumatra Indonesia Based on Fragment Intergenic Sequence

TERIMA KASIH