Menjelajah Dunia Imajinasi dengan Menulis Fiksi Bersama Ali Muakhir
Gizi sebuah buku atau naskah terletak pada susunan kata yang mampu merangsang pikiran untuk bergerak. --Hernowo, Mengikat Makna, Kaifa 2001
Sebelum lebih jauh membahas tentang Cerita Anak; baik yang layak muat atau terbit; ada baiknya kita simak dahulu apa yang dikatakan oleh para psikolog tentang dunia anak.
Pertama, “… anak usia sekolah dasar itu mempunyai ciri-ciri yang khas, yang berbeda dengan psikologi perkembangan balita atau remaja. Baik dalam perkembangan fisik, kognitif, dan bahasa, serta perkembangan sosial emosional mereka.” Kedua, “ … bacaan untuk mereka sangat berperan dalam melatih kelancaran membaca, meningkatkan minat baca, dan memperluas wawasan. Dan, dapat pula berperan sebagai perangsang untuk meningkatkan daya imajinasi dan kreativitas mereka.” Ketiga, “ … anak-anak sekolah dasar itu mampu berpikir abstrak dan mampu memperoleh informasi lebih, menggunakan pengetahuan baru untuk melakukan penalaran (reasoning), memecahkan masalah (problem solving), dan melakukannya.”
Keempat, “ … pada masa anak-anak akan terjadi peningkatan daya ingat (memori), akan terjadi perubahan dalam cara mereka berpikir mengenai kata-kata. Mereka mulai tidak lagi terikat dengan gerak dan dimensi. Mereka lebih analitis di dalam pendekatan terhadap kata-kata.” Kelima, “ … pada masa ini mereka mulai banyak menghabiskan waktu bersama teman, memperluas kontak dengan orang lain sehingga mereka senang bergaul, mengeksplorasi lingkungan, dan mencari sesuatu yang baru.” Keenam, “Perkembangan sosial-emosional mereka banyak berkaitan dengan perkembangan diri (self), perkembangan gender, dan moral. Tentunya dengan sudut pandang mereka.”
Materi Dasar Mengenal Fiksi Anak Macam-macam Buku Anak Apa yang boleh kita tulis Apa yang tidak boleh kita tulis Agar tulisan tepat sasaran Menulis Fiksi Anak
Sebuah Cerita
Apa itu Fiksi? fik·si n 1 Sas cerita rekaan (roman, novel, dsb); 2 rekaan; khayalan; tidak berdasarkan kenyataan: nama Menak Moncer adalah nama tokoh -- , bukan tokoh sejarah; 3 pernyataan yg hanya berdasarkan khayalan atau pikiran
Jenis Fiksi dari Istilah Cerpen Cerbung Novel Dongeng Legenda Asal-usul Puisi Tebak-tebakan
Jenis Fiksi dari Isi/ Tema Melodrama: cerita yang berkisah tentang kehidupan sehari-hari, biasanya kisah yang mengharu biru. Misteri: cerita yang mengandung unsur kemisteriusan; bisa berupa kisah detektif atau yang mengandung unsure alam gaib Humor: cerita yang memiliki unsur kelucuan, kejenakaan Futuristik: cerita yang mempunyai nilai masa depan atau masa yang jauh ke belakang dari kehidupan jaman sekarang.
Jenis Buku Anak Mengajarkan prinsip hidup yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran moral dan kebaikan; Menggunakan bahasa anak yang sederhana dan mudah dimengerti; Selain mengajarkan nilai-nilai hidup juga mendorong anak untuk mengaplikasikan dengan benar dalam kehidupan nyata; Memperkuat nilai-nilai moralitas dan etika yang baik; Membantu anak mengembangkan wawasan yang lebih luas; Memberi nilai hiburan yang sehat; Mengembangkan daya imajinasi anak tanpa menyangkal realita yang ada; Meningkatkan rasa kasih kepada kemanusiaan tanpa membedakan ras, suku, warna kulit dan budaya; Mendorong anak untuk mencintai dan menghargai hidup.
Apa yang Boleh ditulis? Mengajarkan prinsip hidup yang sesuai dengan prinsip-prinsip ajaran moral dan kebaikan; Menggunakan bahasa anak yang sederhana dan mudah dimengerti; Selain mengajarkan nilai-nilai hidup juga mendorong anak untuk mengaplikasikan dengan benar dalam kehidupan nyata; Memperkuat nilai-nilai moralitas dan etika yang baik; Membantu anak mengembangkan wawasan yang lebih luas; Memberi nilai hiburan yang sehat; Mengembangkan daya imajinasi anak tanpa menyangkal realita yang ada; Meningkatkan rasa kasih kepada kemanusiaan tanpa membedakan ras, suku, warna kulit dan budaya; Mendorong anak untuk mencintai dan menghargai hidup.
Apa yang tidak boleh ditulis? Menentang nilai-nilai moralitas dan kebaikan; Menekankan pada kekerasan, kejahatan, kekejaman semata; Mengumbar nafsu dan dosa; Menantang dan melawan otoritas orang tua atau guru dengan cara yang tidak baik; Menyita banyak waktu anak; Menghina ras, suku, warna kulit, budaya yang berbeda dengan anak; Mengajarkan nilai budaya yang tidak sesuai dengan norma masyarakat setempat; Mendorong anak untuk berpikir negatif tentang hidup; Tidak menghargai lingkungan dan alam;
Pesan moral? Mengingat aktivitas membaca memungkinkan terjadinya perubahan kognitif, afektif, dan behavioral pada anak, maka kita bisa menyisipkan pesan moral kepada pembaca kita. Caranya, tetapkan misi kita itu secara mendalam di hati kita. Karena kita tidak ingin sekadar menyajikan cerita kosong belaka. Tentunya kita tidak bisa menuliskan pesan itu secara eksplisit. Dengan banyak membaca dan berlatih, kita akan bapat menyampaikan pesan moral secara halus di setiap cerita kita.
Sisipan Pesan Ada beberapa hal yang bisa kita sisipkan dalam cerita yang kita buat, sehingga memberi manfaat antara lain: 1. Menghargai nilai etika dan moral yang luhur; 2. Mengembangkan daya imajinasi yang kuat; 3. Membuka wawasan dunia yang luas dan kaya; 4. Berbagi pengalaman hidup dengan tokoh cerita; 5. Mengembangkan keterampilan-keterampilan praktis; 6. Menghargai sesama manusia; 7. Mengekspresikan emosi dan perasaan yang dimiliki; 8. Menajamkan daya ingat; 9. Mengasah intelektual dan kreatifitas; 10. Menimba pengetahuan; 11. Mempelajari estetika tulisan dan bahasa; 12. Menambah keterampilan berbahasa daerah, nasional atau asing. Dengan demikian, melalui cerita kita dapat mengembangkan bukan hanya IQ anak (kecerdasan intelektual) tetapi juga EQ anak (kecerdasan emosi).
Agar tepat sasaran Agar cerita kita tepat sasaran, sebaiknya kita kenali dulu calon pembaca cerita kita. Anggap saja kita ingin menulis cerita anak di majalah BOBO, maka kita harus faham betul karakter pembaca majalah BOBO. - Berapa rentang usianya - Di mana tempat mereka tinggal - Gaya hidup, dsb. Dengan mengenali calon pembaca kita, maka kita akan mudah menentukan banyak hal dalam penulisan cerita. - Menentukan tema – Genre – Bahasa – Tokoh – Setting – dsb. Kita tidak bisa menyamaratakan semua pembaca. Untuk anak usia balita, kita bisa menggunakan bahasa yang sederhana. Maksimal misalnya 8 kata dalam satu kalimat. Hindari kalimat bertingkat. Hindari pula frasa yang sulit untuk dimengerti.
Tiga Kelompok Usia Yaumil Achir (1998) mengklasifikasikan perkembangan minat baca anak dalam 3 kelompok. Kelompok I, usia 1-3 tahun, anak memiliki kebiasaan merobek kertas. Oleh sebab itu, orangtua hendaknya memanfaatkannya dengan menyediakan buku atau gambar dengan warna yang menarik, namun berbahan tebal atau elastis. Kelompok II, usia 2-3 tahun, anak sudah bisa merangkai beberapa kata atau kalimat yang merupakan gagasan. Pada usia ini, orangtua hendaknya mampu memberikan bacaan yang dapat memancing kreativitas, dengan membacakan atau menceritakan isinya. Umumnya bacaan yang digemari anak adalah cerita yang menyenangkan. Kelompok III, usia 5-7 tahun. anak-anak sudah mengonsumsi kata-kata, gagasan-gagasan, dan konsep-konsep yang merupakan representasi dari hal-hal yang telah dialami dan disimpan secara mental, baik melalui pengalaman atau yang diterima secara tidak langsung. Pada usia ini mereka umumnya senang membaca buku atau cerita yang isinya menarik. Untuk cerita anak-anak SD kita bisa lebih mengeksplorasi kosa kata. Menjelaskan kata-kata baru dalam paragraf secara cermat. Kita bisa bermain dengan cerita, memasukkan gaya bahasa.
Langkah mudah Menulis Fiksi Menangkap Imaji Mengolah Daya Khayal Menentukan Tokoh Mewarnai kehidupan Menuntaskan