Genre Sastra: Puisi Oleh Ki Puji Karyanto (diambil dari buku Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya Karya Rachmat Djoko Pradopo, Pustaka Pelajar, 1995, hal: 124—130)
Konvensi Ketaklangsungan Ekspresi Riffaterre: Puisi dari dahulu hingga sekarang selalu berubah karena evolusi selera dan konsep estetik yang selalu berubah dari periode ke periode Ada satu yang tidak berubah dalam konsep puisi: Puisi itu merupakan ekspresi yang tidak langsung, yaitu menyatakan pikiran atau gagasan secara tidak langsung Ketidaklangsungan ekspresi menurut Riffaterre disebabkan oleh tiga hal: displacing of meaning (penggantian arti), distorting of meaning (penyimpangan arti), dan creating of maning (penciptaan arti)
Displacing of Meaning Penggantian arti disebabkan oleh penggunaan bahasa kiasan pada umumnya (metafora, metonimi, personifikasi, alegori, dsb) Contoh-Contoh: 1. Bumi ini perempuan jalang (Subagio Sastrowardoyo) 2. Di hitam matamu kembang mawar dan melati (Chairil Anwar) 3. Dua belas ekor serigala, muncul dari masa silam, merobek-robek hatiku yang celaka (WS Rendra) 4. Serasa apa hidup yang terbaring mati, memandang musim yang mengandung luka (Toto S Bachtiar)
Distorting of Meaning: Ambiguitas Menurut Riffaterre, penyimpangan arti disebabkan oleh tiga hal: ambiguitas, kontradiksi, dan nonsense Ambiguitas disebabkan oleh bahasa puisi itu berarti ganda (polyinterpretable). Kegandaan arti itu bisa kegandaan arti sebuah kata, frase, ataupun kalimat Contoh: Tuhanku Aku hilang bentuk Remuk Aku mengembara di negeri asing Di pintumu eku mengetuk Aku tak bisa berpaling
Distorting of Meaning: Kontradiksi Kontradiksi berarti mengandung pertentangan yang disebabkan oleh paradoks atau ironi Paradoks: serasa hidup yang terbaring mati (hidup tetapi mati. Jadi sangat bertentangan. Artinya boleh jadi hidup tanpa harapan, tanpa perubahan, selalu menderita) Ironi menyatakan sesuatu secara kebalikan, biasanya untuk mengejek atau menyindir suatu keadaan
Afrika Selatan (Subagio Sastrowardoyo) Kritos pengasih putih wajah --kulihat dalam buku injil bergambar Dan arca-arca gereja dari marmar— Orang putih bersorak:”Hosannah!” Dan ramai berarak ke sorga .... Mereka membuat rel dan sepur Hotel dan kapal terbang Mereka membuat sekolah dan kantor pos Gereja dan restoran Tapi tidak buatku Tidak buatku Diamku di batu-batu pinggir kota Di gubug-gubug penuh nyamuk Di rawa-rawa berasap Mereka boleh memburu Mereka boleh membakar Mereka boleh menembak Tapi istriku terus berbiak ...... Sebab bumi hitam milik kami Tambang intan milik kami Gunung natal milik kami Mereka boleh membunuh Sebab mereka kulit putih Dan keristos pengasih putih wajah
Distorting of Meaning: Nonsense Nonsense adalah kata-kata yang secara linguistik tidak mempunyai arti sebab hanya berupa rangkaian bunyi, tidak terdapat dalam kamus, tetapi dalam puisi menjadi bermakna Nonsense biasanya berfungsi untuk menimbulkan efek magis atau kekuatan gaib Banyak ditemukan pada puisi bergaya mantra, biasa disebut puisi mistik atau sufistik
AMUK (Sutardji Calzoum Bachri) .....aku bukan penyair sekedar Aku depan Depan yang memburu Membebaskan kata memanggilMu Pot pot pot Pot pot Kalau pot tak mau pot Biar pot semau pot Mencari pot Pot Hei Kau dengar manteraku Kau dengar kucing memanggilMU Izukalizu Mapakazaba itasatali Tutulita Papaliko arubazaku kodega zuzukalibu Tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco Zukuzangga zegezegeze zukuzangga zege Zegeze zukuzangga zegezegeze zukuzang Ga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zu Kuzangga zegezegeze ahh....! Nama kalian bebas Carilah tuhan semaumu
Creating of Meaning Penciptaan arti ini merupakan konvensi kepuitisan yang berupa bentuk visual yang secara linguistik tidak mempunyai arti, tetapi menimbulkan makna dalam puisi. Penciptaan arti merupakan organisasi teks di luar linguistik seperti: pembaitan, enjambement, persajakan, tipografi, dan homologues
TRAGEDI WINKA DAN SIHKA kawin ka win winka sihka sih ku
Semoga Tidak Pusing Sayonara