PENDIDIKAN TUNANETRA Oleh: Sumaryanti Email: sumaryanti@uny.ac.id
Pendidikan anak TUNANETRA Landasan agama Landasan kemanusiaan Landasan idiologi Landasan hukum -UUD 45 pasal 31, ayat 1 - UU sistem pendidikan nasional Landasan pendidikan
KARATERISTIK DAN PSIKOLOGIS ANAK KEBUTUHAN KHUSUS TUNANETRA Istilah tunanetra digunakan untuk orang yang mengalami gangguan penglihatan yang tergolong berat sampai yang benar-benar buta, yang diklasifikasikan menjadi kurang lihat (low vision/parfially sighted) dan buta.
Karakteristik anak kebutuhan khusus tunanetra Tidak mampu melihat Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter Kerusakan nyata pada kedua bola mata, Sering meraba-raba/tersandung waktu berjalan Mengalami kesulitan mengambil benda kecil di dekatnya, Bagian bola mata yang hitam berwarna keruh/besisik/kering, Peradangan hebat pada kedua bola mata, Mata bergoyang terus.
Berdasarkan tingkat ketajaman penglihatannya tunanetra dapat dibedakan menjadi: Tunanetra dengan ketajaman penglihatan 6/20m-6/60m atau 20/70 feet-20/200 feet, yang disebut kurang lihat. Tunanetra dengan ketajaman penglihatan antara 6/60 m atau 20/200 feet atau kurang, yang disebut buta. Tunanetra yang memiliki visus 0, atau yang disebut buta total (tolally blind).
Berdasarkan adaptasi pendidikannya, tunanetra diklasifikasikan menjadi: ketidakmampuan melihat taraf sedang (moderate visual disability). ketidakmampuan melihat taraf berat (severe visual disability). ketidakmampuan melihat taraf sangat berat (profound visual disability).
Ketunanetraan dapat disebabkan oleh faktor intern dan faktor ekstern Faktor intern adalah faktor dari dalam diri individu, yaitu sering disebut faktor keturunan. Sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang berasal dari luar diri individu, yang antara lain meliputi: penyakit rubela dan sipilis, glaukoma, retinopati diabetes, retinoblastoma, kekurangan vitamin A, terkena zat kimia, serta karena kecelakaan.
Psikologi Anak Kebutuhan Khusus Tunanetra 1. Aspek Fisik dan Sensoris Dari kondisi matanya dan sikap tubuhnya yang kurang ajeg serta agak kaku, dari segi indera, umumnya anak tunanetra menunjukkan kepekaan yang lebih baik pada indera pendengaran dan perabaan dibanding dengan anak awas. 2. Aspek Motorik Dari aspek motorik/perilaku anak tunanetra menunjukkan karakteristik, sebagai berikut: - Gerakannya agak kaku dan kurang fleksibel - Perilaku Stereotipee (Stereotip behavior)
3. Aspek pribadi dan Sosial - Ketunanetraan tidak secara langsung menyebabkan timbulnya masalah kepribadian. - Anak tunanetra mengalami kesulitan dalam menguasai keterampilan sosial - Curiga pada orang lain - Mudah tersinggung - Ketergantungan pada orang lain
4. Aspek Fisik/Indera dan Motorik/Perilaku - Dilihat secara fisik, akan mudah ditentukan bahwa orang tersebut mengalami tunanetra. - Anak tunanetra pada umumnya menunjukkan kepekaan yang lebih baik pada indera pendengaran dan perabaan dibandingkan dengan anak awas. - Dalam aspek motorik/perilaku, gerakan anak tunanetra terlihat agak kaku dan kurang fleksibel, serta sering melakukan perilaku stereotif, seperti menggosok-gosok mata dan menepuk-nepuk tangan.
Kebutuhan dan Layanan Pendidikan bagi Tunanetra Fasilitas pendidikan Fasilitas olahraga Pelayanan rumah sakit IPTEK Layanan masyarakat
Evaluasi terhadap pencapaian hasil belajar pada anak tunanetra Pada dasarnya sama dengan yang dilakukan terhadap anak awas, namun ada sedikit perbedaan yang menyangkut materi tes/soal dan teknik pelaksanaan tes. Materi tes atau pertanyaan yang diajukan kepada anak tunanetra tidak mengandung unsur-unsur yang memerlukan persepsi visual; apabila menggunakan tes tertulis, soal hendaknya diberikan dalam huruf braille atau menggunakan reader (pembaca) apabila menggunakan huruf awas.
Sekian terimakasih