Aliran Sesat Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sesat diartikan “tidak melalui jalan yang benar; salah jalan; berbuat tidak senonoh; menyimpang dari kebenaran”. Bahasa Arab sesat disebut dengan dhollun, menyimpang. Dalam konteks ini, kebenaran berasal dari Tuhan. Persoalannya kebenaran agama sesungguhnya kebenaran yang relatif tergantung pemahaman seseorang.
Menurut Martin van Bruinessen (1997) aliran sesat adalah aliran yang menyimpang dari mainstream keagamaan. Namun batasan ini bersifat rancu. Dalam konteks Indonesia, mainstream Islam diwakili oleh MUI, Muhammadiyah dan NU. Bagi komunitas Islam Aboge (Alif Rabo Wage) dan Islam Wetu Telu Sasak mereka menganggap bahwa Islam versi mereka adalah Islam yang benar, tidak sesat seperti selama ini diklaim oleh mainstream Islam.
Kendati demikian, ada beberapa karakteristik utama aliran sesat Kendati demikian, ada beberapa karakteristik utama aliran sesat. Pertama, kultus individu. Modernisasi dan kemajuan teknologi berdampak kehausan pemenuhan kebutuhan spiritual. Manusia modern memerlukan Tuhan dan Rasul yang eksistensial, bukan sekadar dalam gambaran yang abstrak. Agama konvensional terlalu kering untuk menghadirkan oase spiritual yang melimpah. Akibatnya, ortodoksi agama ditabrak serta mengimajinasikan seorang sebagai nabi yang menghubungkan langsung dengan Tuhan.
Kedua, ekslusif dan terisolasi Kedua, ekslusif dan terisolasi. Berbagai kasus aliran sesat mengisyaratkan kemampuan membangun jaringan sel yang berlapis sehingga eksistensinya tidak diendus masyarakat. Kadangkala mereka membentuk sebuah komunitas kecil yang terpisah dan tersembunyi dari masyarakat. Kadangkala mereka pula menarik diri dari interaksi sosial.
Ketiga, Memiliki amalan-amalan khusus yang tidak berdasar dan menjanjikan penebusan dosa dengan amalan itu. Salamullah (lia Eden) Menurut MUI dalam Rakernas MUI 2007, menetapkan beberapa kriteria aliran sesat: Mengingkari rukun iman dan rukun Islam Meyakini atau mengikuti akidah yang tidak sesuai dengan dalil syar’i
3. Meyakini turunnya wahyu setelah Al Qur’an 4. Mengingkari otentisitas dan kebenaran Al Qur’an 5. Melakukan penafsiran yang tidak sesuai dengan kaidah tafsir Mengingkari kedudukan hadith Nabi sebagai sumber ajaran Islam Melecehkan atau merendahkan para nabi dan rasul Mengingkari Nabi Muhammad sebagai nabi dan rasul terakhir Mengubah pokok-pokok ibadah yang telah ditetapkan Mengkafirkan sesama Muslim tanpa berlandaskan dalil syar’i
Beberapa Aliran Sesat Lantaran istilah sesat sesungguhnya istilah yang sumir dan tidak jelas, kadangkala satu aliran sesat dianggap tidak sesat bagi yang lain. Begitupula sebaliknya. Bahkan, yang menarik adalah kasus kesesatan LDII (lembaga dakwah Islamiyah Indonesia) yang ditetapkan sesat oleh MA tahun 1981, tetapi hingga kini tetap mendapatkan pengikut dan berkembang luar biasa. 1. Lia Eden (Salamullah) 2. Al Qiyadah Al Islamiyah
Namun, ada beberapa aliran sesat yang memang sesat 1. Lia Eden (Salamullah) 2. Al Qiyadah Al Islamiyah 3. Satrio Piningit Weteng Buwono 4. NII (Negara Islam Indonesia) 5. Shalat Dwi Bahasa Yusman Roy 6. Ahmadiyah 7. Syi’ah 8. Baha’i
Krisis Islam? Kemunculan aliran sesat menyembulkan pertanyaan, apakah agama (Islam) sedang mengalami krisis yang akut sehingga tidak mampu menyediakan oase spritual bagi umat? Aliran sesat tampaknya merupakan fenomena global yang hampir terjadi dalam setiap agama. Sejak awal 1970, Amerika dilanda serbuan aliran pseudo-agama. Aliran ini menyerupai aliran sesat. Dalam waktu dua dasawarsa (1990) tercatat sekitar 20 juta orang Amerika terlibat dalam pseudo-agama. Beberapa contoh gerakan ini, misalnya Church of Scientology, Children of God, Unification Church, dan Hare Krishna.
Bahkan, beberapa aliran melakukan bunuh diri massal lantaran keyakinan datangnya kiamat, seperti James Jone (1977), David Koresh (1995), dan Heaven’s Gate (1997). Berdasarkan penelitian psikiatri, maraknya aliran ini bersimetri dengan psikopatologi pemimpin dan pengikutnya (Dadang Hawari, 2002).
Dengan semangat spiritualitas baru (new age), potensi tumbuhnya aliran sesat terbuka lebar. Karena itu, pemahaman yang tepat terhadap sebuah agama menjadi faktor penting menyaring tumbuhnya gerakan-gerakan yang dianggap sesat.