Tafsir surat Al-Bayyinah

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
(IKHLAS, TAAT, KHAUF , DAN TAUBAT)
Advertisements

Iman Kepada Rasul Allah SWT
HADITS KEDUAPULUH TUJUH
TOLERANSI DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI
Oleh: Prof. Dr. M. Ghalib M., M.A
Bab IV Tanggung Jawab Manusia Sebagai Khalifah dan Hamba Alloh SWT
MATERI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
Agama Islam Pertemuan ke-3.
“ASSALAMUALAIKUM WARAH MATULLAHI WABARAKATU”
Pendidikan Agama Islam
Fungsi Al-qur'an bagi kehidupan kita sehari hari
SYAHADAT Syahadat merupakan asas dan dasar bagi rukun Islam lainnya. Syahadat merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Syahadat sering disebut.
KELOMPOK 2 ANISA KHAFIDA MADINATUL MUNAWAROH NURUL HASANAH
Beriman Kepada Malaikat, Kitab, dan Rasul Bagaimana Mengimaninya dan Hikmah Mengimaninya Oleh: Tia Restu Rahmawati Febri Antoro
BERIBADAH DENGAN IKHLAS
Ar-Risalah Pengertian Risalah Rasul dan Nabi Auliya dan Ulama.
ALLAH KASIH KARUNIA DAN PENGHAKIMAN
AGAMA Agama merupakan bagian yang terpenting dalam kehidupan manusia. Agama berkaitan dengan kepercayaan-kepercayaan, keyakinan-keyakinan terhadap Tuhan.
IMAN KEPADA RASUL.
BAB II IMAN DAN TAQWA.
HADITS KEDUAPULUH SATU
AQIDAH UNIT 5 Kelas Bimbingan Dewasa.
Islam Sebagai Way of Life Disusun oleh :  M. Asnun Munir  Ellyn  Zulfa Wafiroh  Disusun oleh :  M. Asnun Munir
BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
KEBIJAKAN NASIONAL PENDIDIKAN KARAKTER 2011
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
IMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
Oleh: Rohmansyah, S.Th,I., M.Hum
Materi III IMAN Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
Materi I AQIDAH Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
IKHLAS DALAM BERIBADAH
فَضَائِلُ الدَّعْوَةِ
BERIMAN KEPADA KITAB-KITAB ALLAH
Inilah Kunci Surga Surga, dengan segala kenikmatan yang belum pernah dilihat oleh mata, didengar oleh telinga dan terlintas dalam hati manusia, memiliki.
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
ISLAM AGAMA PLURALIS DAN UNIVERSAL
MATA KULIAH TAUHID AKIDAH AKHLAK Dosen: Sarah Wulan, S.Ag, MPd
Al-Fath (Lari Dari Perang)
Assalamualaikum wr.wb.
Tuhan Yang Maha Esa dan Ketuhanan
Kandungan Kalimat Syahadat (Madlulusy syahadah)
PERILAKU TERPUJI ADIL, RIDHA DAN AMAL SHALEH
AZAS-AZAS HUKUM ISLAM.
MATA KULIAH TAUHID AQIDAH AKHLAK
Summative assessment By: Rio & BAYU.
Fifi Fitriani Laura Rachma Munyati Sulam Salwa Salsabila
Kaidah – kaidah dalil asma’ wa sifat
By : 1. Rizal hartono 2.Muhammad fajar
DIDIK ANAK AGAR JANGAN SOMBONG!
3.
Eksplorasi ayat-ayat al-qur’an dengan ilmu
Hubungan antara Akidah dan Akhlak
Disusun Oleh: Muhammad Ridwan, S.Pd.I
O. Solihin Blog: Akidah Islamiyyah Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang.
AL-’AQIDAH AL-ISLAMIYAH
BAB 1 DASAR-DASAR PENCARIAN KEBENARAN
Materi III IMAN Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
O. Solihin Blog: Akidah Islamiyyah Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah Tuhan yang.
Materi III IMAN Oleh: Ahmad Arif Rifan, SHI., MSI.
AQIDAH UNIT 6 Kelas Bimbingan Dewasa.
Pengertian Agama Islam
AL QUR’AN SOLUSI SEMUA PROBLEMA
AQIDAH ISLAM Kelas VII Semester I. A. PENGERTIAN AKIDAH ISLAM 1.Pengertian Akidah Islam Menurut Bahasa Akidah adalah kata sifat dalam bahasa Arab yang.
PUNCA UTAMA PENYELEWENGAN DALAM TAFSIR
IMAN KEPADA KITAB KITAB ALLAH 1.Devintha Farahdila R. 2.Rafli Firmansyah 3.Salsabila Ainun.
IMAN KEPADA MALAIKAT. 1. Pengertian malaikat Allah Kata ‘malaikat’ berasal dari kata malak, bentuk jamaknya adalah malaikah. Kata malak memiliki arti.
Nama Kelompok : 1. Abdul Majid Ridwan 2. Kusnadi.
IMAN KEPADA KITAB ALLAH SWT. DENGAN MEMBACA Y  N  Y  QW  Y  W  N  WQ  Y  TPV  Y  TN Y 
IMAN KEPADA MALAIKAT OLEH: ZAINUL ROHMAN. Pengertian malaikat Allah malaikat berarti utusan Allah yang dengan patuh dan tunduk mengemban semua amanat.
Transcript presentasi:

Tafsir surat Al-Bayyinah

pendahuluan Surah Al-Bayyinah yang berarti "Pembuktian" adalah surat ke-98 dalam al- Qur’an. Surah ini terdiri atas 8 ayat. Termasuk golongan surat-surat al- madaniyyah, diturunkan sesudah surat At- thalaq. Dinamai Al-Bayyinah (Pembuktian) diambil dari perkataan Al-Bayyinah yang terdapat pada ayat pertama surat ini.

Kandungan surat Pernyataan dari ahli Kitab dan orang-orang musyrik bahwa mereka akan tetap dalam agamanya masing- masing sampai datang nabi yang telah dijanjikan oleh Tuhan. Setelah Nabi Muhammad saw datang, mereka terpecah belah, ada yang beriman dan ada yang tidak, padahal Nabi yang datang itu sifat-sifatnya sesuai dengan sifat-sifat yang mereka kenal pada kitab-kitab mereka dan membawa ajaran yang benar yaitu ikhlas dalam beribadah, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan penutup para nabi. Dalam surat ini Allah SWT menerangkan bahwa ajaran nabi Muhammad saw adalah ajaran yang benar dan agama yang dibawanya adalah agama yang lurus yang mencakup pokok-pokok ajaran yang dibawa nabi-nabi yang dahulu.

Hubungan surat al-bayyinah dengan surat al-qadar Surat Al-Qadar menerangkan tentang permulaan Al-Qur’an diturunkan, sedang surat Al-Bayyinah menerangkan salah satu sebab Allah menurunkan Al-Qur’an Jika Al-Qur’an diturunkan adalah sebagai kemuliaan, maka dalam surat Al-Bayyinah menerangkan bahwa Al-Qur’an juga merupakan bukti akan kebenaran Ilahi, kebenaran nabi saw

رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً Terjemahan Text Qur'an Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya) sebelum datang kepada mereka bukti yang nyata, لَمْ يَكُنِ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ مُنْفَكِّينَ حَتَّى تَأْتِيَهُمُ الْبَيِّنَةُ (yaitu) seorang Rasul dari Allah SWT (Muhammad) yang membacakan lembaran-lembaran yang disucikan (Al Qur'an), رَسُولٌ مِنَ اللَّهِ يَتْلُو صُحُفًا مُطَهَّرَةً di dalamnya terdapat (isi) kitab-kitab yang lurus. فِيهَا كُتُبٌ قَيِّمَةٌ Dan tidaklah berpecah belah orang-orang yang didatangkan Al Kitab (kepada mereka) melainkan sesudah datang kepada mereka bukti yang nyata. وَمَا تَفَرَّقَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ إِلا مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَةُ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah SWT dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus. وَمَا أُمِرُوا إِلا لِيَعْبُدُوا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ حُنَفَاءَ وَيُقِيمُوا الصَّلاةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِينُ الْقَيِّمَةِ Sesungguhnya orang-orang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahanam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk- buruk makhluk. إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah SWT rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ

Tafsir ayat 1 (Tiadalah orang-orang yang kafir dari) huruf Min di sini mengandung makna penjelasan (kalangan ahlulkitab dan orang-orang musyrik) orang-orang musyrik artinya orang-orang yang menyembah berhala; lafal Musyrikiina di'athafkan kepada lafal Ahlilkitaabi (mau meninggalkan) agamanya; lafal Munfakkiina sebagai Khabar dari lafal Yakun; artinya mereka akan tetap memegang agama yang mereka peluk (sebelum datang kepada mereka) artinya sampai datang kepada mereka (bukti yang nyata) berupa hujah yang jelas, yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw.

Tafsir ayat 1 Dalam ayat ini Allah SWT mengungkapkan bahwa orang-orang yang mengingkari kerasulan Nabi Muhammad SAW. yang terdiri dari orang-orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik tidak akan melepaskan kekafiran mereka dan tidak mau meninggalkan tradisi nenek moyang mereka. Kedatangan Nabi SAW. menimbulkan kegoncangan- kegoncangan dalam akidah mereka dan dalam adat istiadat mereka yang telah berurat berakar dalam diri mereka serta menyatakan bahwa apa yang dibawa oleh Nabi SAW. tidak ada bedanya atau lebih dari apa yang terdapat dalam agama mereka. Maka tidak ada kebaikan mengikuti yang baru dengan meninggalkan yang lama, bahkan mengikuti yang lama lebih menenteramkan jiwa karena tidak bertentangan dengan sikap nenek moyang mereka.

Tafsir ayat 2-3 (Yaitu seorang rasul dari Allah SWT) lafal ayat ini menjadi Badal dari lafal Al-Bayyinah, yang dimaksud adalah Nabi Muhammad saw. (yang membacakan lembaran- lembaran yang disucikan) dari segala bentuk kebatilan.

Dalam ayat-ayat ini Allah SWT menjelaskan pengertian bukti yang meragu-ragukan mereka, bahwa yang dimaksud dengan bukti tersebut adalah diri pribadi Nabi SAW yang membacakan untuk orang kafir halaman-halaman Alquran yang bersih dari campur aduk keterangan manusia, bersih dari segala macam kesalahan dan bersih dari penambahan, yaitu bukti yang memancarkan kebenaran. Dalam ayat lain yang serupa Allah SWT berfirman:  لا يأتيه الباطل من بين يديه ولا من خلفه  Yang tidak datang kepadanya (Alquran) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya. (Fussilat: 42) 

Di dalam Alquran itu tersimpul ajaran-ajaran yang benar yang terdapat dalam kitab-kitab para nabi yang terdahulu, seperti Nabi Musa, Nabi Isa dan Nabi Ibrahim A.S. Dalam ayat lain yang hampir sama maksudnya Allah SWT berfirman:  وإنه لفي زبر الأولين  Dan sesungguhnya Alquran itu benar-benar (tersebut) dalam kitab-kitab orang terdahulu. (Asy Syu'ara': 196). dan firman-Nya: إن هذا لفي الصحف الأولى صحف إبراهيم وموسى  Sesungguhnya ini benar-benar terdapat dalam Kitab-kitab yang terdahulu (yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa. (Al A'la: 18-19) 

Terkadang yang dimaksud dengan Al Kitab ialah surah-surah Alquran dan ayat-ayatnya, karena tiap-tiap surah itu adalah kitab yang kokoh atau hukum-hukum dan peraturan yang terkandung dalam firman-firman Allah SWT yang tidak ada kebatilannya. Dalam ayat lain yang sama maksudnya Allah SWT berfirman:  الحمد لله الذي أنزل على عبده الكتاب ولم يجعل له عوجا قيما لينذر بأسا شديدا من لدنه ويبشر المؤمنين  Segala puji bagi Allah SWT yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Alquran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya, sebagai bimbingan yang lurus, untuk memperingatkan akan siksaan yang sangat pedih dari sisi Allah SWT dan memberi berita gembira kepada orang-orang beriman. (Al Kahfi: 1-2)  Maksudnya, keadaan orang-orang kafir Yahudi, Nasrani dan musyrikin sesudah datang Nabi SAW berlainan dengan keadaan mereka sebelumnya. Mereka sebelum datang Nabi SAW. dalam keadaan kafir, terbenam dalam kejahilan dan hawa nafsu, tetapi setelah datang Nabi SAW. segolongan dari mereka beriman, maka keadaan mereka tidak seperti dahulu dan segolongan mereka tidak beriman malah mereka meragukan kebenaran apa yang dibawa Nabi SAW. bahkan ada yang tidak percaya kepada kebenarannya sama sekali. 

Tafsir ayat 4 Ibnu Katsir dalam tafsir berkata: Ayat diatas menjelaskan akan kejahatan dan sekaligus kehancuran orang-orang yang telah diberikan kitab dari yahudi dan nasrani namun tetap berpecah belah padahal telah datang kepada mereka bukti yang nyata. Dan hal demikian itu seperti firman Allah lainnya, yaitu disurat Ali Imran ayat 105: “dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. mereka Itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat”.

Tafsir ayat 5 Karena adanya perpecahan di kalangan mereka maka pada ayat ini dengan nada mencerca Allah SWT menegaskan bahwa mereka tidak diperintahkan kecuali untuk menyembah Allah SWT. Perintah yang ditujukan kepada mereka adalah untuk kebaikan dunia dan agama mereka, untuk mencapai kebahagiaan dunia dan akhirat, yang berupa ikhlas lahir dan batin dalam berbakti kepada Allah SWT dan membersihkan amal perbuatan dari syirik serta mematuhi agama Nabi Ibrahim yang menjauhkan dirinya dari kekafiran kaumnya kepada agama tauhid dengan mengikhlaskan ibadat kepada Allah SWT SWT. Dalam ayat lain yang bersamaan maksudnya Allah SWT berfirman:  ثم أوحينا إليك ان اتبع ملة إبراهيم حنيفا  Kemudian kami wahyukan kepadamu (Muhammad): "Ikutilah agama Ibrahim seorang yang hanif" (An Nahl: 123)  dan firman-Nya  ما كان إبراهيم يهوديا ولا نصرانيا ولكن كان حنيفا مسلما  "Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah SWT)" (Ali Imran: 67) 

Yang dimaksud mendirikan shalat adalah mengerjakan terus-menerus setiap waktu dengan memusatkan jiwa kepada kebesaran Allah SWT ketika shalat, untuk membiasakan diri tunduk kepada-Nya. Dan yang dimaksud dengan mengeluarkan zakat yaitu membagi-bagikannya kepada yang berhak menerimanya sebagaimana yang telah ditentukan oleh Alquran Karim.  Keterangan ayat tersebut di atas tentang keikhlasan beribadat serta menjauhkan diri dari syirik, mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat itulah yang dimaksud dengan agama yang lurus yang tersebut dalam kitab-kitab suci lainnya.  Maksud ungkapan-ungkapan yang telah lalu bahwa orang-orang ahli Kitab berselisih dalam memahami dasar-dasar agama mereka dan furuk-furuknya, padahal mereka diperintahkan untuk memperhambakan diri kepada Allah SWT dengan tulus ikhlas dalam akidah.

Tafsir ayat 6 Allah SWT mengabarkan tentang tempat kembali orang-orang jahat dari orang-orang kafir Ahlul kitab dan juga orang-orang musyrik yang menolak kitab-kitab Allah yang diturunkan serta menentang nabi-nabi Allah yang diutus, bahwa pada hari kiamat kelak tempat mereka adalah neraka jahannam, mereka kekal di dalamnya, yakni tidak akan pindah dari nereka untuk selamanya. Dan mereka adalah seburuk-buruk makhluk yang diciptakan dan diadakan oleh Allah.

Tafsir ayat 7 Ibnu Jarir ath-Thabari berkata dalam tafsirnya : Allah SWT SWT berkata (yang bermakna) : Sesungguhnya orang-orang yang beriman kepada Allah SWT dan Rasul-Nya Muhammad shallAllah SWTu ‘alaihi wa sallam, menyembah Allah SWT semata dengan mengikhlaskan agama ini hanya untuk-Nya dengan hanif cenderung kepada tauhid, menegakkan shalat, menunaikan zakat dan menta’ati Allah SWT dalam perintah dan larangan-Nya (dengan meninggalkan larangan- Nya). . . Barang siapa melaksanakan itu semua dari kalangan manusia maka mereka itu adalah sebaik-baik makhluk.

Ibnu Katsir berkata dalam tafsirnya : Kemudian Allah SWT SWT menceritakan tentang keadaan orang-orang yang berbakti yaitu orang-orang yang beriman dengan hati- hati mereka dan beramal shalih dengan badan-badan mereka bahwa mereka adalah sebaik-baik makhluk. Abu Hurairah dan sebagian ulama berdalil dengan ayat ini atas keutamaan orang-orang yang beriman dari kalangan makhluk atas para malaikat karena firman-Nya (yang bermakna) “mereka itu adalah sebaik-baik makhluk”.

Dalam ayat ini dibicarakan tentang sebaik-baik makhluk Dalam ayat ini dibicarakan tentang sebaik-baik makhluk. Ada beberapa ayat yang menyatakan bahwa manusia itu adalah sebaik-baik makhluk. Dari sisi penciptaan. Allah SWT berfirman: وَلَقَدْ كَرَّمْنَا بَنِي آَدَمَ وَحَمَلْنَاهُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ وَرَزَقْنَاهُمْ مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَفَضَّلْنَاهُمْ عَلَى كَثِيرٍ مِمَّنْ خَلَقْنَا تَفْضِيلًا Dan sesungguhnya telah Kami muliakan anak- anak Adam, Kami angkut mereka di daratan dan di lautan, Kami beri mereka rezki dari yang baik- baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan. (Al-Israa’ 70). Allah SWT juga berfirman: لَقَدْ خَلَقْنَا الإنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya . (At-Tiin 4)

Dalam kedua ayat tersebut jelas-jelas bahwa manusia itu telah dimuliakan dalam penciptaannya melebihi dari makhluk-makhluk lain, bahkan Allah SWT memerintahkan Iblis untuk bersujud kepada Nabi Adam ‘alaihi as- salam. Akan tetapi sifat manusia yang dzalim dan jahil (bodoh) sebagaimana Allah SWT katakan : إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia.

Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh, menyebabkan terjerumus kepada kekafiran dan kemusyrikan sehingga jatuh kepada kedudukan sejelek-jeleknya makhluk sebagaimana firman Allah SWT : إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ وَالْمُشْرِكِينَ فِي نَارِ جَهَنَّمَ خَالِدِينَ فِيهَا أُولَئِكَ هُمْ شَرُّ الْبَرِيَّةِ Sesungguhnya orang-orang yang kafir yakni ahli Kitab dan orang-orang yang musyrik (akan masuk) ke neraka Jahannam; mereka kekal di dalamnya. Mereka itu adalah seburuk-buruk makhluk. (Al-Bayyinnah 6) dan juga ثُمَّ رَدَدْنَاهُ أَسْفَلَ سَافِلِينَ Kemudian Kami kembalikan dia ke tempat yang serendah-rendahnya (neraka), (At-Tiin 5)

Itulah kebanyakan manusia yang tidak bersyukur kepada Penciptanya yang telah memuliakan penciptaannya dan menjadikannya sebaik-baik bentuk, dan memang kebanyakan manusia adalah merugi kecuali yang beriman dan beramal shalih. وَالْعَصْرِ (1) إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ (2) إِلَّا الَّذِينَ آَمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ (3) Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran. (Al-‘Ashr 1-3) Orang-orang yang tidak merugi inilah yang dimaksud sebaik-baik makhluk dalam Al-Bayyinah 7. Sebaik-baik makhluk hanya bisa dicapai dengan iman dan amal shalih yang tingkatan-tingkatannya terbagi empat : Para Nabi , Para Shiddiiqiin, Para Syuhadaa’, Para Shalihiin

Ibnu Jarir ath-Thabari berkata dalam tafsirnya : Allah SWT SWT berkata (yang bermakna) : Pahala mereka yang beriman dan beramal shalih di sisi Rabb mereka pada hari kiamat adalah “Balasan mereka di sisi Tuhan mereka” perkataan “di sisi” atau bahasa arabnya adalah “’inda” menunjukkan bahwa balasan itu semata-mata pemberian dan kemurahan Allah SWT SWT, bukan hak kita bukan balasan yang sebanding dengan amal kita akan tetapi semata-mata karena fadhilah dan kemurahanNya. Dalam bahasa arab balasan yang berupa hak atau sebanding adalah dengan kata “’alaa” yang bermakna “atas”. Sehingga tidak dikatakan “Balasan mereka atas (‘alaa)Tuhan mereka” akan tetapi “Balasan mereka di sisi (‘inda) Tuhan mereka”. Hal ini ditunjukkan oleh Allah SWT dalam : جَزَاءً مِنْ رَبِّكَ عَطَاءً حِسَابًا “Sebagai balasan dari Tuhanmu berupa pemberian (anugerah) yang banyak (mencukupi)”(An-Naba’ 36) Makna “’Athaa’an” yakni “tafadhullan” yang bermakna pemberian, anugerah dimana Allah SWT membalas satu kebaikan dengan sepuluh bahkan tujuh ratus lipat balasan. Bukankah ini pemberian dan anugerah yang luar biasa??

Allah SWT SWT memberikan ganjaran berupa Pahala mereka yang beriman dan beramal shalih di sisi Rabb mereka pada hari kiamat adalah 1. “surga ‘Adn” yakni kebun-kebun atau taman-taman tempat tinggal menetap. Mengalir di bawah pohon-pohonnya sungai- sungai. “Mereka kekal di dalamnya”. Allah SWT berkata (yang bermakna): mereka tinggal di dalamnya selama-lamanya, mereka tidak keluar dari surga itu dan tidaklah mengalami kematian.

Sungai-sungai yang mengalir disebutkan dalam : مَثَلُ الْجَنَّةِ الَّتِي وُعِدَ الْمُتَّقُونَ فِيهَا أَنْهَارٌ مِنْ مَاءٍ غَيْرِ آَسِنٍ وَأَنْهَارٌ مِنْ لَبَنٍ لَمْ يَتَغَيَّرْ طَعْمُهُ وَأَنْهَارٌ مِنْ خَمْرٍ لَذَّةٍ لِلشَّارِبِينَ وَأَنْهَارٌ مِنْ عَسَلٍ مُصَفًّى وَلَهُمْ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَمَغْفِرَةٌ مِنْ رَبِّهِمْ كَمَنْ هُوَ خَالِدٌ فِي النَّارِ وَسُقُوا مَاءً حَمِيمًا فَقَطَّعَ أَمْعَاءَهُمْ (Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai- sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya? (Muhammad 15)

2. “Allah SWT ridha pada mereka” dengan sebab mereka mentaati-Nya di dunia dan beramal untuk keselamatan mereka dari ‘adzab- Nya. “Mereka ridha pada-Nya” dengan sebab Allah SWT memberi mereka pahala pada hari itu atas ketaatan mereka kepada Rabb mereka di dunia dan Allah SWT membalas mereka atas itu semua dengan kemuliaan.

Allah SWT menyebutkan balasan yang umum setelah balasan yang khusus (surga) yakni ridhaNya yang mencakup kehidupan di dunia apalagi di akhirat yang berupa surga dan kenikamatan di dalamnya serta melihat wajahNya. Dalam ayat ini menunjukkan bahwa balasan kebaikan itu tidak hanya diberikan saat di akhirat saja tapi juga di dunia dengan ridhaNya. Allah SWT menyatakan ridha di dunia sebagaimana dalam : لَقَدْ رَضِيَ اللَّهُ عَنِ الْمُؤْمِنِينَ إِذْ يُبَايِعُونَكَ تَحْتَ الشَّجَرَةِ فَعَلِمَ مَا فِي قُلُوبِهِمْ فَأَنْزَلَ السَّكِينَةَ عَلَيْهِمْ وَأَثَابَهُمْ فَتْحًا قَرِيبًا Sesungguhnya Allah SWT telah ridha terhadap orang-orang mu’min ketika mereka berjanji setia kepadamu di bawah pohon, maka Allah SWT mengetahui apa yang ada dalam hati mereka lalu menurunkan ketenangan atas mereka dan memberi balasan kepada mereka dengan kemenangan yang dekat (waktunya). (Al-Fath 18) Allah SWT ridha terhadap orang-orang mu’min yang berbai’at setia kepada Nabi ‘alaihi ash-shalatu wa as-salam kemudian diberi balasan di dunia berupa ketenangan dan kemenangan yang dekat. Iman dan ‘amal shalih pasti akan diberikan balasan di dunia selain balasan yang lebih baik dan kekal di akhirat kelak.

“Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya” yakni balasan ini adalah hasil dari orang yang takut kepada Allah SWT, bertakwa kepadaNya dengan sebenar-benar takwa, menyembahNya seakan-akan melihatNya dan mengetahui bahwa walaupun dia tidak mampu melihatNya maka sesungguhnya Dia selalu melihatnya.

Allah SWT menggunakan kata “khasyiya” bukan “khaafa” di mana dalam bahasa kita diartikan takut. Ada perbedaan sedikit di mana “khasyiya” lebih memberi makna takut di banding “khaafa”. “khasiya” adalah “khaafa” atau takut disertai dengan ilmu tentang keagungan dan kemahaperkasaan yang ditakuti. Sehingga ilmu tentang Allah SWT sangat berperan terhadap munculnya rasa takut yang disebut “khasyah”. Oleh karena itu orang-orang yang bisa “khasyiya” hanyalah orang-orang yang berilmu sebagaimana dalam: إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ Sesungguhnya yang takut kepada Allah SWT di antara hamba-hamba- Nya, hanyalah ulama (Faathir 28) Sehingga pujian Allah SWT SWT bagi orang yang berilmu atau ulama banyak sekali di dalam Al- Quran.

Kemudian ayat 7 dan 8 Al-Bayyinah ini menunjukkan betapa eratnya hubungan rasa takut (khasyah) dengan iman dan ‘amal shalih. Di mana hal ini menunjukkan bahwa dalam beriman dan beramal shalih selalu diiringi dengan rasa takut yang biasa disebut “khauf, rahbah dan khasyah” di samping rasa mengharap yang biasa disebut “rajaa’, raghbah” dan rasa cinta atau “mahabbah”.

Referensi Tafsir Ibnu Jarir Ath-Thabari Tafsir Ibnu Katsir Tafsir Adhwa al-Bayan oleh Syaikh Muhammad al-Amin asy-Syinqithi dan Tatimmahnya oleh Syaikh ‘Athiyah Muhammad Salim Tafsir Syaikh Muhammad bin Shalih al-‘Utsaimin