Tindakan Awal Mengatasi Demam Tinggi Apa yang mesti dilakukan bila ada anggota keluarga anda terserang demam? Pertama, ia harus istirahat. Menyelimutinya dengan selimut tebal justru tidak dibenarkan. Udara tubuh yang panas malah tidak bisa menguap sehingga suhu akan tambah naik. Anak-anak malah bisa kejang (stuip). Rasa dingin terjadi karena suhu tubuh sedang naik mendadak. Tindakan paling baik ialah menyeka seluruh tubuh penderita dengan kain basah terus-menerus selama 5 sampai 7 menit. Dengan menguapnya air dari kulit, tubuh akan ikut didinginkan sehingga biasanya dalam jangka waktu itu suhu tubuh sudah turun. Tidak baik memakai alkohol untuk tujuan ini karena alkohol akan diserap melalui kulit. Melakukan kompres hanya di kepala juga tidak efektif karena kontak permukaan terlalu kecil. Tetapi penderita harus diberi minum banyak untuk ikut mendinginkan tubuhnya. Demam atau panas memang gejala yang dapat berdiri sendiri atau bagian dari kumpulan gejala suatu penyakit. Demam itu suatu tanda yang penting untuk diperhatikan, karena pada awalnya sering tidak atau belum dapat diketahui penyebabnya, dan berbahaya atau tidaknya. Bila kita demam, sebaiknya ukur suhu ketiak di termometer empat kali sehari tiap 4 sampai 5 jam. Suhu ini dicatat karena akan berguna untuk diperlihatkan pada dokter. Ia yang nanti akan memeriksanya dapat memperoleh kesan jenis penyakitnya dari naik-turunnya suhu badan. Misalnya suhu pada penyakit tifus pada 3 sampai 4 hari pertama hanya naik malam hari; pagi hilang panasnya. Demam karena tifus hampir selalu dimulai dengan suhu yang tidak terlalu tinggi pada hari-hari permulaan. Jadi, bila suhu badan hari pertama sudah sekitar 39 sampai 400 disertai menggigil, hampir pasti ini bukan tifus. Tifus baru dicurigai bila demam sudah berjalan 4 sampai 5 hari atau lebih. Sebaliknya, demam yang pada hari pertama sudah mendadak tinggi, biasanya disebabkan oleh penyakit akibat virus, seperti influenza atau demam berdarah. Tentu ada banyak penyakit infeksi lain yang pola suhunya mirip tifus atau infeksi virus, namun di Indonesia dapat dikatakan 90% demam yang mendadak tinggi disebabkan oleh virus. Karena itu demam yang sudah diderita lebih dari 2 sampai 3 hari perlu dikonsultasikan ke dokter karena perlu ditentukan penyebabnya. Di negara kita, salah satu penyebab yang sangat dikhawatirkan ialah demam berdarah, yang banyak terjadi di musim penghujan. Bila pelbagai upaya awal untuk menurunkan demam tidak berhasil, penderita dapat diberi obat penurun panas yang juga mempunyai sifat mengurangi rasa sakit, pegal, dan sakit kepala. Obat pilihan pertama ialah parasetamol yang dijual dengan berbagai nama dagang. Semua obat yang dijual bebas, menurut peraturan Depkes, harus memuat nama generik di bawah nama dagangnya, tercantum di bawah “kandungan”. Namun patut diingat, bila gejalanya hanya demam, tidak dibenarkan untuk menggunakan parasetamol yang dicampur dengan bahan aktif lain, misalnya untuk pilek, batuk, dsb. Tambahan bahan lain itu selain tidak dibutuhkan, juga menjadikan obat lebih mahal. Belum lagi bila menimbulkan efek sampingan, akan menjadi mubazir. Obat lain yang juga baik ialah ibuprofen karena efektif dan aman, namun mungkin belum terkenal di masyarakat. Asetosal (dikenal sebagai aspirin) tidak dianjurkan bila tidak tahan lambungnya, karena sifat asamnya. Asetosal dalam dosis 1 tablet dewasa menyebabkan darah menjadi encer, sehingga perdarahan (seperti dalam haid atau terluka) akan sulit berhenti karena darah tidak dapat membeku. Asetosal juga tidak dianjurkan bila penyebab demam ialah virus (campak, cacar air, dsb.), terutama pada anak, karena asetosal dihubungkan dengan komplikasi fatal yang disebut Reye syndrome. Pilihan lain yang tidak termasuk golongan obat bebas ialah asam mefenamat (kecuali yang 250 mg untuk orang dewasa) yang dikenal masyarakat sebagai Ponstan, dan dipiron (dikenal sebagai Antalgin atau Novalgin). Kedua obat ini tidak dibenarkan dibeli di toko obat atau apotek, karena harus memakai resep. Seperti diketahui, kemasan obat bebas ditandai dengan lingkaran hijau atau biru, sedangkan obat resep lingkaran merah. Sumber: Prof. dr. Iwan Darmansjah, Sp.FK – Intisari