Aerobic, Gram negative coccobacillus Alcaligenaceae Family Specific to Humans Colonizes the respiratory tract Whooping Cough (Pertussis)
Epidemiologi Penyakit pertusis tersebar di seluruh dunia mudah sekali menular. Manusia satu-satunya sumber Bordetella pertussis, Penyebaran penyakit selalu oleh orang-orang dengan infeksi aktif. Banyak kasus pada anak-anak di bawah 5 tahun, sebagian besar meninggal pada usia 1 tahun.
Manifestasi Klinis masa tunas 7-14 hari. Stadium penyakit 1.Stadium kataralis ( 1-2 minggu). Batuk-batuk bertambah berat dan siang dan malam menyerupai infuenza. 2.Stadium spasmodik (2-4 minggu). terjadi paroksismal berupa batuk-batuk khas. Batuk muka merah dan sianotik. Serangan batuk panjang, tidak ada inspirium diakhiri dengan whoop muntah dan banyak sputum . terberak dan terkencing-kencing, perdarahan subkonjungtiva dan epistaksis 3.Stadium konvalensi(2 minggu) Pada minggu keempat beratnya serangan berkurang, nafsu makan timbul kembali. Ronkhi difus mulai menghilang.
PATOGENESE b.pertusis MELEKAT PADA CILIA EPITEL 7-10 DAYS BRONCHUS BROCHIOLUS LPT LYMPOCYT PROMOTING FACTOR MUKOSA : FOKAL NEKROSIS + SEL RADANG LYMPOCYTOSIS EKSUDAT MUCOPURULEN PERI BRONCHIAL-INTERTITIAL-PNEUMONITIS BATUK ATELEKTASIS BRONCHIECTASIS SUMBATAN JALAN NAFAS
PATOGENESE PERIBRONCHIAL EKSUDAT INTERTITIAL MUCO PURULENT PNEUMONITIS BATUK SPASMODIK SUMBATAN JALAN NAFAS FRENULUM LIDAH ROBEK HYPOKSIA ASPIRASI PNEUMONI ENSELOPATIA DEHIDRASI HERNIA EFEK FALSAVA ATELEKTASIS BRONCHIECTASIS
Komplikasi 1.Alat pernafasan Dapat terjadi otitis media (sering pada bayi), bronkitis, bronkopneumonia, atelektasis yang disebabkan sumbatan mukus, emfisema , emsifema mediastinum, leher, kulit pada kasus yang berat), bronkiektasis, tuberkulosis dapat menjadi bertambah berat. 2.Alat pencernaan Muntah-muntah yang berat menimbulkan emasiasi, prolapsus rektum atau hernia , ulkus pada ujung lidah karena lidah tergosok pada gigi atau tergigit waktu serangan batuk, stomatitis. 3.Susunan saraf Kejang karena gangguan keseimbangan elektrolit kongesti dan edema otak, mungkin pula terjadi perdarahan otak. 4.Lain-lain perdarahan epistaksis, hemoptisis dan perdarahan subkonjungtiva.
Penatalaksanaan 1. Antibiotika a Penatalaksanaan 1.Antibiotika a.Eritromisin dengan dosis 50 mg/kb bb/ hari dibagi dalam 4 dosis. b.Ampisillin dengan dosis 100mg/ kg bb/ hari dibagi 4 dosis. c.Lain-lain : rovamisin, kotrimoksazol, kloramfenikol, tetrasiklin 2.Ekspektoransia dan mukolitik 3.Kodein diberikan bila terdapat batuk-batuk yang hebat sekali 4.Luminal sebagai sedativa.
Toxins Pertussis Toxin Adenylate Cyclase Toxin Tracheal cytotoxin Dermonecrotic toxin Heat-labile toxin
Adenylate Cyclase Toxin Invasive toxin Activated by host cell calmodulin Impairment of immune effector cells
KERENTANAN & KEKEBALAN Anak-anak yang tidak diimunisasi umumnya rentan terhadap infeksi umumnya menyerang anak-anak menimbulkan kekebalan dalam waktu yang lama, dapat terjadi serangan kedua (diantaranya oleh B. parapertussis). Di Amerika Serikat kasus yang terjadi remaja atau orang dewasa yang sebelumnya sudah diimunisasi disebabkan penurunan imunitas dan berperan sumber infeksi bagi anak-anak yang belum diimunisasi. penyuluhan kepada masyarakat, khususnya kepada orang tua bayi Imunisasi dasar untuk mencegah infeksi B. pertussis direkomendasikan adalah 3 dosis vaksin yang mengandung suspensi bakteri yang dimatikan Pada kejadian luar biasa, dipertimbangkan memberikan perlindungan kepada petugas kesehatan terpajan dengan kasus pertusis yaitu memberikan erythromycin selama 14 hari KERENTANAN & KEKEBALAN UPAYA PENCEGAHAN