TEORI PSIKOSOSIAL DARI ERIK H. ERIKSON Erikson merupakan : - tokoh teori psikoanalitik kontemporer - merumuskan kembali prinsip-prinsip Freud untuk memahami dunia modern - uraian-uraiannya dikritik menyimpang dari isi & semangat Psikoanalisa Erikson merasa dirinya sebagai penganut psikoanalisa Freudian, dan lebih suka disebut sebagai seorang post-Freudian Teori Erikson terkait dengan perkembangan-perkembangan yang berarti pada kehidupan seseorang
Teori Erikson - merupakan teori psikososial, teori yang terkait dengan perkembangan yang berarti dari lahir-mati - tahap-tahap kehidupan seseorang dibentuk oleh pengaruh- pengaruh sosial - ada hubungan/kecocokan timbal balik antara individu dengan lingkungan teori Erikson menjangkau masa tua, teori-teori lain hanya membahas sampai masa dewasa Pandangan Erikson/teori Psikososial tentang Perkembangan : - perkembangan berlangsung melalui tahap-tahap
Ada 8 tahap perkembangan : 4 pada masa kanak-kanak, 1 pada masa adolesen, 3 pada masa dewasa dan masa tua Setiap anak mempunyai jadwal sendiri Dalam perkembangan ada prinsip epigenetik semua tahap perkembangan ikut membentuk seluruh pribadi, seperti prinsip yang ada pada embriologi Tahap perkembangan berdasar kualitas dasar ego yang muncul pada masing- masing tahap Teori psikososial = psikologi ego, mempunyai teori baru tentang ego (Freud - ego adalah eksekutif seluruh kepribadian, Erikson - ego mempunyai posisi otonom) Penekanan tahap ke 5 (adolesen) terkait dengan : = masa peralihan anak-anak ke dewasa = masa penting bagi kepribadian dewasa = terkait dengan identitas, krisis identitas, kekacauan identitas & identitas negatif
Tahap-tahap perkembangan dalam teori Erikson 12 - 18 fidelity Teman sebaya/kelompok lain Identity vs identity defusion 5. 6 - 12 competence Lingkungan sekolah Industry vs inferior 4. 3 - 6 puspose Basic family Inisiative vs guilt 3. 2 – 3 will Parental person Autonomy vs doubt 2. 0 –1 hope Maternal person Trust vs mistrust 1. Usia substansi sumber krisis Stage
Tahap-tahap perkembangan dalam teori Erikson 50 > wisdom masyarakat Integrity vs despair 8. 30 - 50 care Kolega, relasi, tetangga Generativity vs stagnation 7. 20 - 30 love Pasangan, teman Intimacy vs isolation 6. usia substansi sumber krisis Stage
Tahap-tahap Perkembangan 1. Kepercayaaaan Vs kecurigaan * trust - terbentuk selama tahap sensorik awal - ditunjukkan lewat rasa aman yang dimiliki - diperoleh dari hasil hubungan yang aman & nyaman dengan lingkungan * mistrust -sisi lain dari rasa aman & nyaman -kepercayaan & kecurigaan menumbuhkan pengharapan -anak belajar menepis kekecewaan & menemukan pengharapan -sisi negatif kultus/pemujaan terhadap pahlawan yang berlebihan
2. Otonomi vs perasaan malu & keragu-raguan - merupakan tahap kedua kehidupan - tahap muscular anal dalam psikoseksual - anak mempelajari yang diharap dari dirinya, kewajiban, hak & pembatasan - mendorong anak mengontrol diri sendiri dan menerima kontrol dari orang lain - rasa kehilangan kontrol diri menyebabkan perasaan malu- malu dan ragu-ragu * kemauan merupakan hal yang muncul pada tahap ke dua * kemauan muncul bersumber pada latihan & contoh/ model dari lingkungan * kemauan membuat anak menerima peraturan, hukum & kewajiban
3.Inisiatif vs Kesalahan - setahap dengan tahap lokomotor-genital - tahap anak menampilan diri - berorientasi pada tujuan 4. Kerajinan Vs inferioritas - dalam skema Freud = masa laten - anak mulai menempuh pendidikan formal, mulai mengembangkan sikap rajin - perhatian mulai berpindah dari kegiatan bermain ke situasi-situasi produktif - nilai kompetensi muncul pada tahap ini
5. Identitas vs kekacauan identitas - pada masa adolesen, individu mulai merasakan identitasnya, merasa sebagai individu yang unik & siap berperan di masyarakat - ego merupakan daya penggerak batin dalam pembentukan identitas - masa peralihan yang sulit, akan menumbuhkan kekacauan identitas - pada masa remaja, nilai kesetiaan berkembang - ritualisasi yang menyertai adalah ritualisasi ideologi
6. Keintiman vs Isolasi - orang-orang dewasa awal (young adults) siap dan ingin menyatukan identitasnya dengan orang lain - mendambakan hubungan yang akrab-intim, dan persaudaraan - siap mengembangkan daya-daya untuk memenuhi komitmen meski harus berkorban - bahaya tahap keintiman adalah isolasi, kecenderungan menghindari hubungan karena orang tidak mau melibatkan diri dalam keintiman - nilai cinta muncul selama tahap keintiman - ritualisasi tahap ini adalah afiliatif, berbagi bersama dalam pekerjaan, persahabatan, dan cinta.
7. Generativitas vs stagnasi - ciri generativitas adalah perhatian terhadap apa yang dihasilkan (keturunan, ide-ide, produk-produk, dsb) - perhatian terhadap pembentukan dan penetapan pedoman untuk generasi-generasi mendatang - nilai pemeliharaaan (care) berkembang dalam tahap ini - pemeliharaan terungkap lewat kepedulian pada orang lain, pemeliharaan anak, meneladani, dsb. - generativitas yang lemah/tidak diungkapkan akan menumbuhkan pemunduran dan pemiskinan, mendorong munculnya stagnasi - ritualisasi tahap ini adalah sesuatu yang generasional peranan-peranan orang dewasa sebagai penerus nilai- nilai ideal
8. Integritas vs keputusasaan - integritas adalah kondisi setelah melaksanakan pemeliharaan, penyesuaian terhadap keberhasilan dan kegagalan yang dialami - orang yang mencapai integritas akan menyadari berbagai gaya orang lain, dan tetap mempertahankan serta bangga dengan gaya hidupnya sendiri - lawan integrasi adalah keputusasaan dalam menghadapi kehidupan - kebijaksanaan adalah nilai yang berkembang dari persesuaian antara integritas dan keputusasaan dalam menghadapi kehidupan
- ritualisasi usia lanjut disebut integral yang - ritualisasi usia lanjut disebut integral yang tercermin dalam kebijaksanaan segala jaman. - ritualismenya adalah sapientisme, kedunguan dengan berpura-pura bijaksana. Konsep baru ego dari Erikson tipe ego Erikson sering disebut sebagai ego kreatif, sedang konsep ego Freud digolongkan sebagai ego defensif Menurut Erikson, ego berkembang berkat konflik dan krisis. Sedang Freud memandang ego sebagai eksekutif kepribadian yang memuaskan impuls id, mengatasi keadaan darurat sosial & fisik dunia luar, serta berusaha norma- norma perfeksionistik superego Identitas ego yang baru menurut Erikson berpijak pada aspek faktualitas, kesadaran akan kenyataan dan aktualitas.