Saikhu Akhmad Husen, Drs, M.Kes. SISTEM IMMUNE Saikhu Akhmad Husen, Drs, M.Kes.
sistem imun tersusun dari berbagai komponen; baik seluler, molekuler dan humoral, yang bertugas mengatur keadaan keseimbangan tubuh dengan menggunakan komponennya yang beredar seluruh tubuh agar mencapai sasaran yang jauh dari pusatnya.
Bellanti: Konsep tentang imunitas, merupakan suatu mekanisme yang bersifat faaIi. Binatang atau Manusia mampu mengenal suatu zat sebagai asing terhadap dirinya yang selanjutnya tubuh akan mengadakan tindakan dalam bentuk netralisasi, melenyapkan atau memasukkan dalam proses metabaIisme dengan akibat menguntungkan dirinya atau menimbulkan kerusakan jaringan tubuh sendiri.
Dalam definisi Imun yang pertama menentukan ada tidaknya tindakan oleh tubuh disebut respons imun; yaitu kemampuan pengenalan apakah bahan itu asing ataukah tidak: Artinya, walaupun bahan itu berasal dari tubuhnya sendiri, namun apabila dikenal asing maka tubuh akan mengambil tindakan, tetapi sebaliknya walaupun bahan tersebut berasal dari luar dapat dikenal sebagai hal yang tidak asing.
Respon tubuh terhadap bahan asing, tidak selalu bersifat melindungi / menguntungkan karena adakalanya merugikan. Semua vertebrata mampu memberikan tanggapan dan menolak benda dan konfigurasi asing karena memiliki sel-sel khusus yang bertugas untuk mengenali dan membedakan apakah konfigurasi itu asing ataukah milik sendiri. Sel tersebut adalah limfosit yang merupakan imunokompeten dalam sistem imune. Konfigurasi asing tadi dinamakan antigen atau imunogen, sedang proses menyertainya dinamakan respons imun .
Beberapa Kemungkinan Aktivitas Tubuh Konfigurasi Asing Respons Immun Toleransi Alamiah (Nonspesifik) Adaptif (Spesifik) Humoral Seluler Humoral Seluler Beberapa Kemungkinan Aktivitas Tubuh terhadap Benda Asing
Sejumlah substansi yang sifatnya tidak khas untuk konfigurasi / benda asing untuk menanggulanginya, misalnya : berbagai enzim; termasuk sistem komplemen dan interferon yang kesemuanya merupakan perangkat dalam mekanisme efektor humoral. Sebaliknya mekanisme efektor seluler dalam respons imun alamiah akan melibatkan sel yang mempunyai kemampuan fagositosis : misalnya netrofil dan makrofag. Fagositosis ini dapat berdiri sendiri atau merupakan bagian dari reaksi radang. Kedua mekanisme efektor tersebut biasanya tidak berdiri sendiri melainkan saling membantu membentuk jaringan fungsional.
Mekanisme efektor respons imun spesifik melalui 2 cara yaitu : 1) imunitas humoral yang menggunakan substansi berbentuk globulin atau antibody yang bersifat sanqat spesifik 2) imunitas seluler yang semata-mata melibatkan jenis limfosit yang dinamakan limfosit T.
Menurut Bellanti, Respons imun adaptif dapat dibedakan dari respons imun alamiah karena adanya ciri umum yaitu : a) befsifat spesifik, b) heterogen c) memiliki daya ingat atau memory. Adanya sifat spesifik akan membutuhkan berbagai populasi sel atau zat yang dihasilkan (antibody) yang berbeda satu sama lain sehingga menimbulkan sifat heterogenitas.
Kemampuan mengingat akan menghasilkan kualitas respons imun yang sama terhadap konfigurasi yang sama pada pemaparan berikutnya. Konfigyrasi asing dapat berbentuk sebagai molekul bebas, mikroorganisme, parasit ataupun sel-sel jaringan.
Komponen sistem imun Sistem imun terdiri: komponen genetik, molekuler dan seluler yang berinteraksi membentuk jaringan komunikasi yang rumit dan luas. Komponen seluler utama dari sistem imun yaitu makrofag dan limfosit. Sel makrofag memiliki berbagai fungsi dalam respons imun di samping kemampuannya dalam fagositosis untuk melaksanak.an respons imun alamiah.
Walaupun sel makrofag dipandang bertindak tidak spesifik untuk antigen tertentu, namun peranan mereka dalam melakukan konsentrasi dan menyajikan antigen kepada limfosit dalam respons imun spesifik sangat menentukan. Kekhususan peran makrofag yaitu menentukan jenis limfosit T (limfosit yang berasal dari kelenjar Timus) yang mana, yang harus mendapatkan stimulasi oleh berbagai antigen, agar sel limfosit tersebut dapat berfungsi.
Selain itu sel makrofag mampu menghasilkan mediator aktif yang dapat mengatur jenis dan besarnya respons imun yang dilaksanakan oleh sel-sel limfosit dengan cara mendorong ataupun menghambat pembelahan dan diferensiasi sel. Makrofag juga berperan besar dalam,memproses antigen karena sel tersebut merupakan jenis sel utama dalam sistem fagosit.
Sebaliknya limfosit merupakan komponen seluler dalam sistem imun yang bersifat khas terhadap antigen melalui struktur reseptor pada permukaan sei imunokompeten tersebut.
kelenjar Timus berperan dalam tahap perkembangan sebagian sel limfosit. Limfosit dibedakan dalam 2 populasi fungsional yaitu: 1) Limfosit T yang mengalami diferensiasi di kelenjar Timus 2) Limfosit B yang mengalami diferensiasi dalam Bursa Fabricius untuk keluarga burung dan dalam jaringan gut associated limfoid tissue (GALT) untuk vertebrata lainnya.
Limfosit T selain sebagai sel imunokompeten juga ada yang berperan sebagai regulator dalam sumsum tulang, apakah nantinya tubuh merespon secara humoral atau seluler.
Kelompok limfosit lain yaitu limfosit B hanya berperan dalam respons imun humoral oleh karena nantinya dapat berdiferensiasi menjadi sel Plasma yang mampu menghasilkan antibody spesifik.
Dalam pandangan modern, sistem imun mempunyai 3 fungsi utama yaitu : pertahanan, homeostasis perondaan. Fungsi pertama, menyangkut pertahanan terhadap antigen dari luar tubuh seperti misalnya invasi mikroorganisme dan parasit ke dalam tubuh.
Fungsi homeostasis / keseimbangan. Dalam usaha memperoleh keseimbangan tersebut, terjadilah proses degradasi dan katabolisme yang bersifat normal agar unsur seluler yang telah rusak dapat dibersihkan dari tubuh. Sebagai contoh misalnya dalam proses pembersihan sel-sel darah eritrosit dan lekosit yang telah habis masa hidupnya.
Fungsi ketiga yaitu perondaan yaitu memantau pengenalan terhadap sel yang berubah menjadi abnormal melalui mutasi. Perubahan sel tersebut dapat terjadi spontan atau dapat diinduksi zat-zat kimia tertentu , radiasi atau infeksi virus. Fungsi "surveillance" (perondaan) dari sistem imun bertugas untuk selalu waspada dan mengenal adanya perubahan-perubahan dan selanjutnya secara cepat membuang konfigurasi yang baru timbul pada permukaan sel yang abnormal tadi.
Penyimpangan sistem Imune Sistem imune dapat mengalami penyimpangan melalui seluruh jaringan komunikasi baik berbentuk morfologis ataupun gangguan funqsional. Gangguan morfologis misalnya tidak berkembangnya secara normal kelenjar Timus sehingga mengakibatkan defisiensi pada limfosit T.
Gangguan fungsional yang bermanifestasi sebagai toleransi imunologik disebabkan karena lumpuhnya mekanisme respons imun terhadap suatu antigen tertentu. Penyimpangan lain berupa reaksi alergik, anafilaksis ataupun hipersensitivitas tipe lambat yang menimbulkan kerugian pada tubuh. Gangguan fungsi homeostatik sistem imun menimbulkan penyakit otoimun, karena sistem imun melihat konfigurasi dalam tubuh sendiri sebagai asing.
Sedangkan fungsi ketiga yang berbentuk sebagai "surveillance" mengalami gangguan akan mengakibatkan tidak bekerjanya sistem pemantauan terhadap perubahan-perubahan pada sei tubuh, sehingga akhirnya seI abnormal tersebut berkembangbiak di luar kendali yang menimbulkan penyakit yang bersifat keganasan (kanker).
Dampak Imunitas Yang Tidak Diinginkan Ketahanan Alamiah Kesembuhan Ketahanan Perolehan Auto imune Hipersensitivitas Penolakan
FAKTOR FENGUBAH MEKANISME IMUN Terdapat sejumlah faktor yang dapat mempengaruhi mekanisme imune selain faktar genetik. Faktor tersebut yaitu : faktor metabolik: Lingkungan, gizi, anatomi, fisiologis: umur dan mikroba.
Faktor metabolik: Hormon tertentu nyata dapat mempengaruhi respons imun tubuh. Misalnya: hipoadrenalis dan hipotiroidisme akan mengakibatkan menurunnya daya tahan terhadap inteksi. Orang dg pengobatan steroid mudah mendapatkan infeksi bakteri maupun virus. Steroid tersebut mempunyai khasiat menghambat fagositasis, produksi antibody dan menghambat proses radang.
Golongan hormon steroid yaitu hormon kelamin seperti androgen, estrogen dan progesteron. Diduga merupakan faktor pengubah terhadap respons imun yang tercermin adanya perbedaan jumlah penderita antara laki-laki dan wanita yang mengindap penyakit imun tertentu.
Faktor Lingkungan Kenaikan angka kesakitan untuk penyakit infeksi pada masyarakat yang hidup di dalam Iingkungan yang miskin sudah diketahui. Kenaikan angka tersebut mungkin karena lebih banyak menghadapi bibit penyakit atau hilangnya daya tahan yang diesebabkan jeleknya keadaan gizi yang biasanya menyertai parahnya keadaan ekonomi.
Faktor gizi Keadaan gizi seseorang sangat berpengaruh terhadap status imun seseorang. Manusia membutuhkan 6 komponen dasar bahan makanan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan dan pemeliharaan kesehatan tubuh. Keenam komponen yaitu : protein, karbohidrat, lemak, vitamin, mineral dan air. Gizi merupakan penyebab utama timbulnya imunodefisiensi.
Faktor anatomi Garis pertahanan pertama dalam menghadapi invasi mikroba biasanya terdapat pada kulit dan selaput lendir yang melapisi permukaan dalam tubuh. Struktur jaringan tsb sebagai imunitas alamiah dengan menyediakan suatu rintangan fisik yang efektif. Kulit lebih efektif daripada selaput lendir. Kerusasakan pada permukaan kulit atau selaput lendir, seseorang mudah teriangkit penyakit.
Faktor fisiologik Getah lambung menyebabkan suatu lingkungan yang kurang menguntunbkan untuk sebagian bakteri patogen. Air kemih akan membilas saluran kemih sehingga menurunkan infeksi oleh bakteri. Pada kulitpun dihasilkan zat-zat yang bersifat bakterisida. Darah terdapat sejumlah zat protektif yang bereaksi secara nonspesifik yaitu "natural antibody'' yang tidak bersifat khas untuk bakteri bersangkutan. Faktor humoral lain yaitu properdin dan interferon yang selalu terdapat dan siap untuk.menanggulangi masuknya zat asing.
Faktor umur Perkembangan sistem imun dimulai sejak awal masa dalam kandungan, dimulai dari keadaan lemah dan meningkat dengan bertambahnya umur. Pada umur dewasa sistem imun akan bekerja secara maksimal. Namun pada umur lanjut pada umumnya akan berkurang, Hal tersebut selain disebabkan karena pengaruh kemunduran biologik secara umum, juga berkaitan dengan menyusutnya kelenjar Timus. Keadaan mengakibatkan perubahan pada respons imun seluler dan humoral.
Pada usia lanjut resiko kelainan yang melibatkan sistem imun akan bertambah. Misalnya resiko menderita penyakit otoimun, penyakit keganasan dan mudah teriangkit infeksi.
Faktor mikroba Mikroba yang tidak patogen pada permukaan tubuh baik di luar ataupun di dalam tubuh, akan mempengaruhi sistem imun. Misalnya bakteri tersebut dibutuhkan untuk produksi "natural antibody". Flora yang tumbuh pada tubuh dapat kulit membantu menghambat pertumbuhan kuman patogen. Pengobatan dengan antibiotika dapat mematikan norma flora yang sehingga sebaliknya dapat menyuburkan pertumbuhan bakteri patogen.