PEMBANGUNAN INOVASI INKLUSIF Oleh: Tommy Hermawan Disampaikan dalam Regional Seminar JFP Denpasar, 5 Desember 2013
Outline Latar Belakang dan Tantangan Konseptual Background Identifikasi Permasalahan Kerangka Fikir Telaahan Masukan untuk RPJMN 2015-2019
I. LATAR BELAKANG DAN TANTANGAN
Latar Belakang Inovasi untuk Pertumbuhan dan Keadilan Sosial • Inovasi diakui sebagai sumber daya saing dan pertumbuhan ekonomi bagi negara maju dan berkembang melalui: -Menciptakan pekerjaan dengan nilai tambah tinggi -Meningkatkan pendapatan dan meningkatkan standar hidup • Tapi manfaat dari pertumbuhan ekonomi tidak sepenuhnya dinikmati oleh semua warga negara, terutama masyarakat miskin
TANTANGAN: Mengikutsertakan masyarakat miskin dalam pembangunan ekonomi Jumlah penduduk miskin pada Maret 2011 yang sebesar 30,02 juta orang (12,49 persen) Mereka membentuk masyarakat dasar piramid (MDP) -Terjebak di zona kemiskinan -Kurangnya akses terhadap kebutuhan dasar hidup layanan air dan sanitasi, perumahan, pendidikan berkualitas, pelayanan dasar kesehatan, listrik, telepon, jalan, jasa keuangan modern, dll ... -Akses rendah ke pasar yang dapat diandalkan untuk membeli dan menjual barang dan jasa Tidak mendapat manfaat dari integrasi pasar global maupun nasional Merupakan pasar yang belum dimanfaatkan
INOVASI INKLUSIF Di negara-negara berkembang, mayoritas masyarakat miskin sering terkonsentrasi di daerah pedesaan dan kurangnya tingkat akses yang sama seperti kebanyakan warga perkotaan Inovasi yang dipimpin oleh pertumbuhan inklusif dapat memasukkan jutaan sumber daya masyarakat miskin yang tidak mendapat akses ke kebutuhan penting dari kehidupan
TINGKAT KEMISKINAN PER PROVINSI (2011) Sumber: diolah dari Susenas 2011, dalam Draft MP3KI Tingkat kemiskinan rata-rata tahun 2011 adalah 12,49%, di mana tingkat kemiskinan tertinggi berada di wilayah Indonesia bagian timur (Papua dan Papua Barat)
II. KONSEPTUAL BACKGROUND
Inovasi dan Sistem Inovasi ide “pembaruan” yang diterapkan pertama kali yang memberikan dampak pemanfaatan nyata dalam kehidupan manusia (Tatang,2012) Sistem Inovasi, suatu kesatuan dari sekumpulan entitas pelaku (aktor), kelembagaan, jaringan, hubungan, interaksi, dan proses produktif yang mempengaruhi arah perkembangan inovasi dan difusinya, serta proses pembelajarannya (Taufik, 2005)
Model Inovasi Chain-Link
Model Inovasi Interaktif
Skematik Sistem Inovasi
Posisi Kebijakan Inovasi Tradisional : promosi inovasi didekati dalam perspektif sempit bertujuan menjembatani kesenjangan antara industri ( pertanian ) dan struktur universitas / penelitian Implisit: tindakan dalam mendukung inovasi yang diambil di sebagian besar departemen pemerintah, tetapi tidak sangat terlihat dalam konteks ideologi yang tidak intervensi Explicit: kebijakan inovasi jelas diletakkan di tengah panggung dari strategi pembangunan secara keseluruhan dan melibatkan kementerian kunci dan kelompok masyarakat sipil ( bisnis , serikat buruh , dll ), dengan badan koordinasi yang kuat ( dipimpin Presiden atau Perdana Menteri)
Innovation Policy Positioning: Traditional
Innovation Policy: Explicit Position
Kemitraan Inovasi Triple Helix 1
Triple Helix 2
Triple Helix 3
Model Evaluasi Inovasi (GCI – WEF)
Posisi Indonesia di Dunia
Global Competitiveness Index Indonesia
Tahapan Pembangunan Indonesia (Stage of Development)
Daya Saing Indonesia tahun 2013-2014 di Peringkat 38 Peningkatan daya saing terutama didukung oleh kinerja makroekonomi, perbaikan infrastruktur dan inovasi, namun di sisi lain kinerja di bidang kesehatan dan pendidikan masih belum optimal. Penguatan inovasi masih dapat didorong lebih optimal dengan meningkatkan penguasaan IPTEK melalui penguatan dukungan R & D serta peningkatan kualitas SDM melalui peningkatan kualitas pendidikan dan kesehatan
Sub Pilar Inovasi
III. IDENTIFIKASI PERMASALAHAN
Permasalahan Inovasi Belum berkembangnya budaya inovasi di masyarakat padahal inovasi dan teknologi merupakan mesin pertumbuhan. Kurangnya insentif dalam pengembangan inovasi. Penghargaan terhadap inovator masih rendah. Rendahnya persentase SDM per total populasi yang menguasai keahlian bidang teknik yang dianggap sebagai pendorong pengembangan inovasi. Rendahnya inovasi yang dipatenkan dan masih terkendalanya waktu dan biaya dalam pengurusan paten. Kurangnya lomba, diseminasi, dan promosi hasil inovasi
....lanjutan Masih tingginya ketergantungan terhadap inovasi dari luar Tingginya resiko pengembangan inovasi di dalam negeri Orientasi keuntungan perusahaan berjangka pendek dengan pembelian lisensi/paten inovasi yang murah daripada mengembangkan inovasi dengan resiko tinggi Kurangnya insentif pajak untuk nilai tambah dari inovasi di tingkat lokal/dalam negeri Rendahnya alokasi dana untuk pengembangan inovasi dari pemerintah daerah Rendahnya insentif inovasi yang berdampak pada pembangunan berkelanjutan seperti ‘green ekonomi’ dan ‘blue ekonomi’.
IV. KERANGKA FIKIR TELAAHAN
Sistem Inovasi Nasional
Sistem Inovasi Nasional (dilihat secara luas dan terintegrasi)
Kerangka Pembangunan Iptek
V. MASUKAN RPJMN 2015-2019
MASUKAN UNTUK RPJMN 2015-2019 Inovasi inklusif sebagai prioritas dengan memberikan stimulus atau insentif bagi inovasi yang memberdayakan rakyat miskin agar pertumbuhan yang inklusif dapat dicapai Promosi akan meningkat kesadaran masyarakat akan pentingnya peran inovasi dalam pembangunan Dukungan terhadap inovator (teknis, keuangan/dana start, komersial, hukum, inkubator,) Penyempurnaan kerangka peraturan terkait dengan inovasi, Penguatan penelitian dan pengembangan, Pembinaan inovasi melalui pendidikan dan pelatihan, Evaluasi dan monitoring sistem inovasi dan program pelaksanaannya (indikator global/GCI-WEF, survai inovasi, evaluasi program /review kebijakan), Pembuatan kebijakan inovasi, Promosi industri kompetitif dan inovatif,
.....Lanjutan Membangun situs/wilayah khusus untuk inovasi, Pada tingkat nasional, para pembuat kebijakan harus dilibatkan dan kelembagaan, skenario kebijakan, evaluasi yang tepat, skema pelatihan baru dan lainya. Pada tingkat meso: eksperimen sosial , " laboratorium hidup ", pusat masa depan, diharapkan membuka jalur inovatif baru yang melibatkan semua aktor kunci. Pada tingkat individu : manajer, pengusaha, dan pemuda (terutama) ditantang u/ meningkatkan potensi sebagai inovator Pada tingkat global : program inovasi global harus dibentuk untuk menangani isu-isu global dengan melibatkan sektor bisnis, dan tingkat pemerintahan baik lokal, nasional, maupun regionaI
TERIMA KASIH Tim Analisis Kebijakan-Bappenas Gedung TS 2 Lantai 5, Jl. Taman Suropati No. 2 Jakarta 10310