Theories of Discourse Mengingatkan kembali- John Power mengatakan bahwa pesan sebagai sentral dalam komunikasi mempunyai tiga struktur: Relasi Signs dan Symbols- Semantik-Semiotik Bahasa sebagai sistem tanda formal- Syntactic-Tata Bahasa-Linguistik Penggunaan Bahasa dan hubungannya dalam kehidupan sehari-hari-Discourse
Discourse Analysis Merupakan metode atau cara menganalisis kegunaan aktual dan penggunaan bahasa Meneliti bagaimana pesan diorganisasikan, digunakan dan dipahami Prosesnya sangat tergantung pada apa yang mau dicapai
Pendekatan Discourse Analysis Ada beberapa model- tergantung pada apa yang mau dicapai dalam analisis tersebut Beberapa contoh: van Dijk (1997); Jaworski dan Coupland (1999); Wodak dan Meyer (2000), Fairclough (2003); Tannen (2003) dll
Dimensi Bahasa Dalam Discourse Analysis Bahasa di dalam penggunaannya mendesain atau mengkonstruksi tujuh area terhadap realitas: Memberikan signifikansi (significance) terhadap objek (meaning and value) dengan cara tertentu Menunjukkan keterlibatan dalam jenis aktivitas tertentu (activities) Menunjukkan identitas dan peran tertentu (identity and role) Menunjukkan “relationships” Menyampaikan perspektif distribusi kekuatan sosial (politics)- soal normal, benar-salah, baik-buruk, layak-tidak layak, bernilai-tidak bernilai. Menunjukkan relevansi satu hal terhadap hal yang lain (connection) Menunjukkan “sign systems” dan “knowledge” (dalam lingkungan militer berbeda dengan lawyer dll)
Tiga Masalah Dalam Discourse Analysis Soal makna (problem of meaning)-bagaimana memahami pesan dan misalnya bagaimana menentukan makna informasi apa yang melekat dalam pernyataan Soal tindakan (problem of action)- bagaimana sesoerang mendapatkan sesuatu melalui penggunaan bahasa Soal koherensi (problem of coherence)-bagaimana penggunaan bahasa dapat tergambar sebagai hal yang masuk akal dan logis
Speech Act Theory Teori ini dibangun melalui fondasi pemikiran Ludwig Wittgeinstein- Tractatus Logico Philosophicus dan J.L Austin-How to Do Things with Words John Searle: Speech Act Theory
Premis Pokok Speech Act Theory Speech act merupakan unit dasar bahasa yang digunakan untuk mengekpresikan makna dengan tujuan tertentu Ada dua bentuk yang dapat diobservasi: a) Menampilkan sebuah tindakan ( One performs an act) dan; b) Melakukan sesuatu (One does something) Speech Act Theory tidak menekankan pada referent individu terhadap simbol/penggunaan bahasa, tetapi pada maksud tindakan secara keseluruhan
Segi-Segi Dalam : “ One perform an act” Ketika seseorang mengatakan: “ saya haus”- setidaknya ada tiga hal dari 4 bentuk “perform an act” a. Utterance act-pengucapan terhadap unit dasar bahasa b. Propositional act-mengatakan sesuatu karena menyakini hal ini sesuatu betul c. Illocutionary act- didesain untuk memenuhi sebuah tujuan. Ini merupakan yang paling penting dalam theory ini. d. Perlocutionary – didesain untuk mendapat efek aktual terhadap perilaku orang lain
Propositional Act dan Illocutionary Act Proposisi dapat dipahami sebagai satu dari aspek isi (content) pernyataan. Proposisi mendesain sejumlah kualitas tertentu, asosiasi terhadap objek, situasi atau kejadian Proposisi dapat dievalusi nilai kebenaran dalam realitas yang ada- validitas Dalam Speech Act Theory- persoalan kebenaran (truth) proposisi tidak menjadi perhatian sentral Speech Act Theory lebih memberi perhatian pada tujuan dari penggunaan proposisi (unit dasar bahasa)- illocutionary Act Kebenaran dalam Speech Act dievaluasi dari felicity-derajat terhadap kondisi-kondisi tindakan terpenuhi
Illocutionary Act Mendesain tujuan penggunaan unit dasar bahasa (proposisi) Menekankan pada apa yang dilakukan seseorang untuk tujuan tertentu dengan proposisi Makna dalam Speech Act berada di dalam “illocutionary force”
“A rule-governed form of behavior” Dalam Berbahasa John Searle: Contitutive Rules dan Regulative Rules Contitutive Rules menciptakan sebuah “game” yang dibentuk berdasarkan aturan tertentu Contitutive rules memberikan dasar untuk melakukan interpretasi penggunaan bahasa Regulative Rules memberikan arahan melakukan tindakan dalam sebuah game/penggunaan bahasa
Lima Tipe Illocutionary Act Assertive: menguatkan kebenaran dari proposisi (menyatakan, melakukan afirmasi, kesimpulan dan keyakinan) Directives: Meminta melakukan sesuatu(memerintah,memohon,mengundang, mengancam) Commisives:menyangkut tindakan yang akan datang (berjanji, bersumpah, menjamin dll) Expressive: menyangkut segi psikologis (ucapan terima kasih, memberi selamat, dll) Declaration: Membuat perjanjian, pernikahan, pemecatan, pengunduran diri dll
Conversation Analysis Meneliti sekuen-sekuen aktual perbincangan (talk) Memfokuskan pada interaksi dalam discourse- bagaimana komunikator mengelola, mengorganisasikan sekuen-sekuen perbincangannya Sering dihubungkan dengan Etnomethodology-Interpretive Aspek Cnversation Analysis:Koherensi (conversational Coherence)- keterhubungan dan kebermaknaan di dalam konversasi
Conversational Maxims Quantity Maxims: Memberikan informasi yang cukup (sufficient). Quality Maxims: Memberikan informasi yang benar (truthful) Relevancy Maxims: relevan dengan subyek yang dibicarakan Manner Maxim: Tidak menyembunyikan informasi dan ambigu Violation yang terjadi pada conversational maxims menimbulkan banyak interpretasi-Conversational Implicatures
Conversational Maxims-H.Paul Grice Menjelaskan asumsi yang sangat umum bagi konversasionalis (komunikator) agar disebut kompeten Cooperative Principle: Tidak dalam arti mengekspresikan kesetujuannnya, tetapi adanya keinginan untuk berkonstribusi sesuai dengan tujuan konversasi Kooperasi ini dicapai melalui empat maxims
Conversational Coherence Koherensi mempertanyakan bagaimana seorang komunikator membangun/menciptakan makna yang jelas, apa yang patut dan tidak patut dalam konversasi Ada dua prinsip yakni: Local Principles-Sequencing Approach dan Global Principles-Inferential Strategic Approach
Local Principles-Sequencing Approach Konversasi terdiri dari sejumlah tindakan komunikasi yang ditentukan oleh aturan tertentu ( a series of rule-governed speech acts) Koherensi dicapai ketika tindakan komunikasi tersebut direspon secara tepat Sequencing Appraoch memfokuskan pada The Adjacency pair (pasangan jejerannya) yang menghubungkan tindakan komunikasi terkait bersama-sama. FPP (First-pair part) dan SPP (Second –Pair Part) Melalui pendekatan ini yang disebut koheren bila aturan sekuen secara konsisten digunakan antara FPP dan SPP
Sejumlah Tipe Adjacency Pair: Pertanyaan-Jawaban; Permintaan-Penolakan/Pemberian; Permohonan maaf-Diterima/Ditolak; tuduhan-Diterima/Ditolak dll
Global Principles-Inferential Strategic Approach Dalam pendekatan pragmatik, koherensi konversasi mengasumsikan sebagai konversasi sebagai tindakan praktikal yang berusaha mencapai tujuan Koherensi tergantung pada proses-proses alasan (reasoning) Keputusan terhadap apa yang dikatakan, dan bagaimana mencapai tujuan ditentukan oleh proses “reasoning” tersebut.