Desain Penelitian widaningsih
Desain Penelitian metode yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian Ditetapkan berdasarkan tujuan dan hipotesis penelitian
Desain Penelitian Mrpkan karakteristik suatu penelitian yang membedakannya dengan penelitian lain. Masalah penelitian mungkin saja sama, tetapi desain penelitian dapat berbeda, karena desain penelitian ditentukan oleh peneliti.
Desain penelitian menentukan: Apa yang akan dilakukan peneliti terhadap subjek penelitian (melakukan intervensiatau observasi) Jika peneliti melakukan intervensi terhadap subjek penelitian, desain penelitian menentukan apakah ada kelompok kontrol dalam penelitian dan bagaimana menentukan efek intervensi
Desain penelitian menentukan: 3. Apa yang akan dilakukan peneliti thd data hasil penelitian (menganalisis hubungan antar variabel atau hy menampilkan data scr deskriptif ) 4. Metode u/ menentukan hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (retrospektif, potong lintang atau prospektif ) 5. Uji satistik yang akan digunakan untuk menganalisis data
Jenis Penelitian Keperawatan Berdasarkan area penelitian Penelitian laboratorium Penelitian klinis Penelitian lapangan 2. Berdasarkan tujuan Penelitian Penelitian deskriptif Penelitian asosiatif Penelitian komparatif
Jenis Penelitian Keperawatan 3. Berdasarkan waktu penelitian Penelitian transversal (cross sectional) Penelitian longitudinal 4. Berdasarkan substansi Penelitian Penelitian dasar Penelitian terapan
Jenis Penelitian Keperawatan 5. Berdasarkan analisis hub antar variabel Penelitian deskriptif Penelitian analitik
Jelaskan jenis penelitian ini menurut anda : Hubungan kepatuhan diet dgn kualitas hidup pasien Gagal Ginjal Kronis yang menjalani terapi Hemodialisis di RS X Efektifitas penkes dgn metode diskusi peer group thd pengetahuan dan sikap keluarga dalam merawat pasien Stroke Karakteristik faktor resiko Stroke pada pasien paska Stroke di Kota X.
DESAIN CROSS SECTIONAL (POTONG LINTANG) Desain penelitian observasional analitik yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antar variabel dimana variabel independen dan variabel dependen diidentifikasi pada satu satuan waktu Peneliti tidak melihat hubungan berdasarkan perjalanan waktu
Skema desain cross sectional Faktor resiko (+) Efek (+) Efek (-) Faktor resiko (-) Efek (+) Efek (-) Penelitian terhadap faktor resiko (variabel independen) dan efeknya (variabel dependen) dilakukan pada satu waktu, peneliti tidak melihat hubungan sebab akibat berdasarkan perjalanan waktu kasus / sakit / masalah kesehatan dan keperawatan Sehat / tidak mengalami masalah kesehatan dan keperawatan Penelitian dilakukan satu waktu
Contoh cross sectional Hubungan pengetahuan dan sikap perawat terhadap perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS di rumah sakit x Variabel independen (Pengetahuan dan sikap ttg pencegahan HIV/AIDS) dan variabel dependen (Perilaku pencegahan penularan HIV/AIDS) di ukur dalam satu satuan waktu.
Keuntungan desain cross sectional Waktu penelitian lebih singkat Biaya lebih murah dibandingkan dengan penelitian longitudinal Resiko drop out sampel lebih kecil Dapat digunakan untk meneliti banyak variabel sekaligus
Kelemahan desain cross sectional Tidak dapat menentukan hubungan variabel independen dan dependen berdasarkan perjalanan waktu Tidak efektif untuk penelitian dgn kasus yang jarang terjadi. Penelitian cross sectional memerlukan jumlah sampel yang cukup besar.
Desain kasus kontrol (case control) desain penelitian yang bertujuan mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen berdasarkan perjalanan waktu secara retrospektif Hubungan antara faktor resiko dan efeknya ditentukan berdasarkan perjalanan waktu secara retrospektif.
Skema desain case control Faktor resiko (+) Case Faktor resiko (-) Kontrol Faktor resiko (+) Variabel independen Variabel dependen Kejadian di masa lalu Penelitian mulai disini kasus / sakit / masalah kesehatan dan keperawatan Sehat / tidak mengalami masalah kesahatan dan keperawatan pada aspek yang sedang diteliti Retrospektif
Contoh case control Hubungan kehamilan anemia terhadap kelahiran bayi berat lahir rendah (BBLR) Peneliti memulai penelitian dengan membagi subjek kedalam kelompok kasus (melahirkan bayi BBLR) dan kelompok kontrol (melahirkan bayi normal) Peneliti mengidentifikasi adanya kejadian anemia (saat hamil) pada kedua kelompok (secara retrospektif)
Skema penelitian a b a + b c d c + d a + c b + d a+b+c+d BBLR (a) Anemia Case (c) Tidak anemia (b) Anemia Kontrol (d) Tidak anemia Variabel independen Variabel dependen Kejadian di masa lalu Penelitian mulai disini Bayi lahir BBLR Bayi lahir berat badan normal Retrospektif BBLR BB normal Total Kehamilan anemia a b a + b Kehamilan tanpa anemia c d c + d a + c b + d a+b+c+d
Keuntungan desain case control Mengetahui hubungan sebab akibat antara var. independen dan dependen berdasarkan perjalanan waktu (retrospektif) Dapat mengetahui faktor-fakor yang menyebabkan suatu kejadian dalam satu kali penelitian Waktu penelitian tidak lama
Kelemahan desain case control Keabsahan data tentang kejadian masa lalu (faktor resiko) diragukan jika hanya mengandalkan ingatan Peneliti sulit mengendalikan variabel perancu yang kemungkinan mempengaruhi hubungan variabel independen dengan variabel dependen Tidak dapat digunakan untuk menelti lebih dari satu variabel dependen.
Desain Kohort Prospektif Desain penelitian yg bertujuan mengetahui hub antara var.independen dan var.dependen berdasarkan perjalanan waktu secara prospektif Analisis hubungan var.independen dan var.dependen TANPA MELAKUKAN SUATU INTERVENSI terhadap subjek penelitian
Desain Kohort Prospektif Peneliti memulai penelitian dengan memilih sampel penelitian yang tidak memiliki faktor resiko dan efek yang ingin diteliti (bebas faktor resiko dan efeknya). Secara alamiah sampel akan terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok yang memiliki faktor resiko dan kelompok tanpa faktor resiko.
Desain Kohort Prospektif Responden pada kedua kelompok diikuti sampai kurun waktu tertentu yang telah ditetapkan untuk melihat efek (variabel dependen).
Skema desain kohort prospektif Efek (+) Faktor resiko (+) Efek (-) Sampel resiko (-) Variabel independen Variabel dependen Cat : Pengelompokan sampel terjadi secara alamiah Penelitian mulai disini kasus / sakit / masalah kesehatan dan keperawatan Sehat / tidak mengalami masalah kesehatan dan keperawatan Diamati efek setelah kurun waktu tertentu Subyek diikuti sampai kurun waktu tertentu
Modifikasi desain kohort prospektif Pada dasarnya penelitian klinis sulit dan memerlukan cukup waktu untuk menghasilkan individu dgn atau tanpa faktor resiko secara alamiah Sehingga peneliti dpt langsung mencari individu dengan faktor resiko dan tanpa faktor resiko Desain spt ini disebut desain KOHORT BERGANDA
Skema desain kohort berganda Efek (+) Sampel dengan faktor resiko (+) Efek (-) faktor resiko (-) Variabel independen Variabel dependen Cat : Peneliti memilih sampel dengan faktor resiko (+) dan (-) Penelitian mulai disini kasus / sakit / masalah kesehatan dan keperawatan Sehat / tidak mengalami masalah kesehatan dan keperawatan Sehat / tidak mengalami masalah kesehatan dan keperawatan Diamati efek setelah kurun waktu tertentu Subyek diikuti sampai kurun waktu tertentu
Contoh Kohort Pengaruh berat badan lahir rendah terhadap tumbuh kembang balita Peneliti memulai dgn mencari bayi BBLR sbg kelp resiko (+) dan bayi lahir BB normal sbg kelp resiko (-) var.independen Setiap bayi yg terpilih mjd sampel diikuti perkembangannya dan diukur tumbuh kembangnya secara kontinyu sesuai dengan periode waktu yang ditentukanvar.dependen
Skema penelitian
Keuntungan desain kohort Dapat mengetahui hubungan sebab akibat atau hubungan kausalitas berdasarkan perjalanan waktu secara alamiah Dapat digunakan untuk menentukan lebih dari satu variebel dependen (efek) dalam satu penelitian.
Kelemahan desain kohort Memerlukan biaya yang cukup besar dan waktu penelitian yang relatif lama Resiko drop out dan loss of follow up sampel cukup besar Bias hasil penelitian cukup tinggi apabila peneliti tidak mengidentifikasi dan mengendalikan variabel perancu.
DESAIN KOHORT RETROSPEKTIF Mrpakan modifikasi dari desain kohort prospektif Digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (faktor resiko) dengan variabel dependen (outcome) berdasarkan perjalanan waktu dimulai dari identifikasi faktor resiko sampai terjadinya outcome, namun seluruh kejadian terjadi dimasa lalu (retrospektif).
DESAIN KOHORT RETROSPEKTIF Penelitian dimulai dgn mengidentifikasi var independen (fak resiko)di masa lalu, kemudian membagi responden menjadi kelp dgn fak resiko dan kelp tanpa fak resiko. Peneliti kemudian mengidentifikasi var dependen pada kedua kelp berdasarkan perjalanan waktu yg terjadi dimasa lalu
Skema desain kohort retrospektif Efek (+) Faktor resiko (+) Efek (-) Sampel resiko (-) Variabel independen Variabel dependen kasus / sakit / masalah kesehatan dan keperawatan Sehat / tidak mengalami masalah kesehatan dan keperawatan Saat ini
Penelitian Eksperimen Penelitian yg dilakukan dgn melakukan ujicoba/intervensi atau manipulasi pd subjek penelitian kemudian efek dari intervensi diukur dan dianalisis Kesimpulan didapat dgn membandingkan efek perlakuan pd kelp subjek yang diberi intervensi dgn kelp kontrol, atau membandingkan pada satu kelp antara sebelum dengan sesudah perlakuan.
Penelitian Eksperimen Dalam disipline keperawatan, penelitian eksperimen dilakukan untuk mengujicoba berbagai intervensi keperawatan mandiri Ex : metode perawatan luka, komunikasi terapeutik, pemberian posisi pasien, terapi aktivitas, range of motion,pendidikan kesehatan dengan metode inovatif , dll.
Eksperimen murni vs Kuasi eksperimen Suatu penelitian eksperimen dikatakan murni apabila memenuhi syarat : Terdapat randomisasi (rondom alokasi): memasukkan sampel ke dalam kelp perlakuan dan kelp kontrol secara random. Penggunaan kelp kontrol sebagai pembanding Jika tidak maka kuasi eksperimen
Desain Eksperimen Eksperimen Murni Pre and post test control group Post test only control group Solomon four group design Kuasi Eksperimen Pre test and post test nonequivalent control group Post test-only nonequivalent control group Pre and post test without control Time series
1. Desain pre and post test control group Responden dibagi secara random menjadi dua kelompok atau lebih (1 kelp adalah kelp perlakuan dan kelp lain adalah kelp kontrol sebagai pembanding) Sebelum perlakuan pada semua kelompok dilakukan pengukuran awal (pre test) untuk menentukan kemampuan atau nilai awal responden sebelum perlakuan
1. Desain pre and post test control group Pada kelp perlakuan diberikan intervensi sesuai dengan protokol dan pd kelp kontrol tidak dilakukan intervensi atau dilakukan intervensi standar Setelah perlakuan dilakukan pengukuran akhir (post test) pada semua kelompok untuk menentukan efek perlakuan.
Skema desain pre and post test control group R1 : O1 -----------> X1 ----------> O2 R R2 : O1 ----------> X0 -----------> O2 Random alokasi R : Responden O1 : Pre test pada kedua kelompok sebelum perlakuan O2 : Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan X1 : Ujicoba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol X0 : Kelompok kontrol dgn intervensi standar atau tanpa intervensi
2. Desain Post test only control group Sama dengan desain pre and post test control group hanya pada desain ini tidak terdapat pengukuran awal (pre test) Kesimpulan hasil penelitian didapat dengan cara membandingkan data post test antara kelp perlakuan dengan kelp kontrol.
Skema desain post test only control group R1 ------------> X1 -----------> O2 R R2 ------------> X0 -----------> O2 Random alokasi R : Responden O2 : Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan X1 : Ujicoba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol X0 : Kelompok kontrol dgn intervensi standar atau tanpa intervensi
3. Desain Solomon four group Responden dibagi mjd 4 kelp dengan cara randomisasi. 2 kelp pertama (kelp 1 dan 2) : kelp perlakuan dan kelp kontrol. Pada kedua kelp ini dilakukan pretest dan post test Pada kelp 3 dan 4 tdk dilakukan pre test (Kelp 3 diberikan perlakuan sedangkan kelompok 4 sebagai kelompok kontrol).
3. Desain Solomon four group Tujuan penggunaan 2 kelp tambahan tanpa pre test : meningkatkan validitas internal terutama pd penelitian dimana pengalaman responden mengikuti pre test mempengaruhi hasil post test Pada bbrp kasus peningkatan nilai post test tdk hanya disebabkan oleh efek perlakuan tetapi juga oleh pengalaman menjawab pre test.
Skema desain Solomon four group R1 : O1 -----------> X1 ----------> O2 R2 : O1 ----------> X0 -----------> O2 R R3 : ---------------> X1 ----------> O2 R4 : ---------------> X0 -----------> O2 Random alokasi R : Responden penelitian O1 : Pre test pada kelompok 1 dan 2 sebelum perlakuan O2 : Post test pada keempat kelompok setelah perlakuan X1 : Ujicoba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol X0 : Kelompok kontrol tanpa intervensi
4. Desain Pre test and post test nonequivalent control group Hampir sama dgn desain pre and post test control group, perbedaan hanya terdapat pada randomisasi Pada desain pre test and post test nonequivalent control group peneliti tidak melakukan randomisasi Shg beresiko terjadi ketidakseimbangan karakteristik antara kelp perlakuan dan kontrol (kriteria inklusi yang tepat dapat meminimalisir )
Skema desain pre test and post test nonequivalent control group R1 : O1 -----------> X1 ----------> O2 R R2 : O1 ----------> X0 -----------> O2 Tdk ada Randomisasi R : Responden O1 : Pre test pada kedua kelompok sebelum perlakuan O2 : Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan X1 : Ujicoba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol X0 : Kelompok kontrol dgn intervensi standar atau tanpa intervensi
5. Desain Post test-only nonequivalent control group Hampir sama dengan desain post test only control group pada penelitian eksperimen murni (perbedaan hanya pada randomisasi) Pada desain post test-only nonequivalent control group peneliti tidak melakukan randomisasi
Skema desain post test-only nonequivalent control group R1 -----------> X1 ----------> O2 R R2 -----------> X0 -----------> O2 Tdk ada Randomisasi R : Responden O2 : Post test pada kedua kelompok setelah perlakuan X1 : Ujicoba/intervensi pada kelompok perlakuan sesuai protocol X0 : Kelompok kontrol dgn intervensi standar atau tanpa intervensi
6. Desain Pre and post test without control Pada desain ini tidak ada kelp kontrol Peneliti hanya melakukan intervensi pada satu kelompok tanpa pembanding Efektifitas perlakuan dinilai dengan membandingkan nilai post test dan pre test.
Skema desain Pre and post test without control R---> O1----->X1 ---------> O2 R : Semua responden mendapat perlakuan/intervensi O1 : Pre test sebelum perlakuan O2 : Post test setelah perlakuan X1 : Ujicoba/intervensi sesuai protokol
7. Time series penelitian eksperimen dgn pengukuran efek perlakuan yang dilakukan berulang berdasarkan perjalanan waktu.
Skema time series R------->O1------>X1------>O2------>O3-------> O4 dst R : Responden penelitian semua mendapat intervensi O1 : Pre test sebelum perlakuan O2, O3, O4 : Post test 1, 2, 3 dan 4 setelah perlakuan berdasarkan perjalanan waktu X1 : Intervensi sesuai protokol
Penjelasan Prosedur eksperimen Variabel independen : jenis intervensi yang diujicobakan kepada subjek (berskala nominal) Variabel dependen adalah efek dari perlakuan yang diukur oleh peneliti (berskala nominal, ordnial, interval atau rasio). Penjelasan tentang prosedur intervensi mencakup aspek 5 W 1H (WHAT, WHO, WHY, WHERE, WHEN DAN HOW) Dijelaskan tentang pengukuran outcome : Alat ukur Metode pengukuran Ahli yg mengukur Waktu dan tmp pengukuran
Tugas Apa jenis penelitian anda ? Desain apa yang anda gunakan ? Apakah desain yg anda pilih sdh sesuai dengan tujuan dan hipotesis penelitian ? Jelaskan alasan anda memilih desain tersebut ?
TERIMA KASIH