PEMIKIRAN FILSAFAT IBNU MISKAWAIH Erwin Fia Asmara Hilmanuddin Khairul Anwar Muhammad Althaf H. A.
Biografi Ibnu Miskawaih Nama lengkap Ibnu Miskawaih adalah Abu Ali Ahmad ibnu Muhammad ibnu Ya’qub Ibnu Miskawaih. Ia dilahirkan di kota Rayy(Teheran Iran, sekarang), sekitar tahun 330 H (941 M) dan wafat di Asfahan pada tanggal 9 Shafar 421 H (16 Februari 1030 M). Sebelum menganut agama Islam, Ibnu Miskawaih menganut agama Majusi. Dan setelah menjadi seorang muslim, ia merupakan sarjana yang taat dan memiliki pengetahuan keIslaman yang sangat mendalam. Ia diduga sebagai seorang penganut Syi’ah, karena sebagian besar umurnya dihabiskan untuk mengabdi kepada para mentri Syi’ah pada masa pemerintahan Bani Buwaih yang dimulai pada tahun 320-448 H Ibnu Miskawaihmempelajari beberapa bidang keilmuan antara lain: sejarah yang dipelajarinya dari Abu Bakar Ahmad bin Kamil Al-Qadhi, filsafat dipelajarinya dari IbnulAl-Kammar, ilmu kedokterandipelajarinya dari Abu Thaib Al-Razi, selain itu dia juga memperdalam bahasa dan sastra arab.
Pemikiran Filsafat Ibnu Miskawaih Konsep Ketuhanan / Metafisika Konsep Emanasi Konsep Jiwa Konsep Akhlak Konsep Kenabian
Telaah Kritis Pemakalah terhadap Pemikiran Filsafat Ibnu Miskawaih pertama adalah pemikirannya mengenai konsep emanasi yang mengatakan bahwa alam semesta dan segala isinya adalah pancaran dari Tuhan.Menurut ajaran Islam, alam semesta adalah makhluk yang murni diciptakan oleh Tuhan tanpa melalui proses pancaran sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Bahkan Alloh ta’alapun telah menjelaskan mengenai proses penciptaan makhlukNya dalam Al-Quran yaitu hanya dengan mengatakan ‘jadilah’ maka sesuatu itu pun terjadi. Dalam Al-Quran Alloh ta’alaberfirmanyang artinya: “Sesungguhnya urusan-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu Dia hanya berkata kepadanya ‘jadilah’ maka jadilah sesuatu itu
Kedua, teorinya tentang evolusi yang mengatakan bahwa manusia berasal dari hewan jelas-jelas telah mengingkari ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad. Manusia dari zaman dahulu sampai sekarang adalah keturunan dari Nabi Adam bukan kera.Hal ini telah banyak dijelaskan dalam Al-Quran. Ketiga, konsep pemikiran Ibnu Miskawaih tentang jiwa terdapat kekeliruan, dikarenakan dia mengatakan bahwa di akhirat manusia akan disiksa jiwanya saja, padahal sebenarnya manusia akan disiksa jiwa beserta raganya. Hal ini didasari oleh adanya keterangan yang menjelaskan bahwa ketika kulit manusia telah hangus dibakar oleh api neraka, maka Alloh ta’alaakan langsung mengembalikannya seperti semula supaya dia merasakan pedihnya siksaan. Sedangkan kulit merupakan unsur materi yang terdapat dalam raga.
Keempat, berkenaan dengan konsep kenabiannya, Ibnu Miskawaih telah melakukan kesalahan besar dan fatal dengan mengatakan bahwa para nabi yang maksum memiliki kedudukan dan derajat yang sama dengan para filsuf yang hanya manusia biasa. Bahkan seolah-olah dia lebih mengutamakan para filsuf daripada para nabi. Islam mengajarkan bahwa kedudukan para nabi jauh lebih mulia dari pada manusia biasa karena ketakwaannya kepada Alloh ta’alasudah terjamin disebabkan mereka merupakan manusia pilihan Alloh ta’ala. Kelima, konsep pemikirannya tentang akhlak memang sangat monumental dan cukup mempengaruhi dunia pendidikan. Akan tetapi dalam proses penjelasan teorinya, Ibnu Miskawaih tidak menggunakan wahyu (Al-Qur’an dan Al-Hadits) sebagai landasan pemikirannya. Padahal hendaknya sebagai seorang muslim yang benar-benar beriman kepada Rabbnya, dia menjadikan wahyu sebagai sumber utama teori dan pemikirannya.
SYUKRON JAZILA