DISTRIBUSI DAN SISTEM PEMBAYARAN SUSU IPTEK PENGOLAHAN SUSU
SAPI PERAH (DAIRY CATTLE) SEBELUM TH. 1979 POPULASI SAPI PERAH DI INDONESIA 70.000 – 90.000 EKOR ( HAMPIR 90 % DI P. JAWA ) SAPI PERAH (DAIRY CATTLE) SEJAK TH. 1979 POPULASI SAPI PERAH DI INDONESIA MELONJAK
UNTUK MENINGKATKAN PRODUKSI SUSU (TERMASUK IMPOR) INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU ( IPS ) 1. DIPERBOLEHKAN IMPOR BAHAN BAKU SUSU (SUSU BUBUK) SAMPAI 85 % 2. SUPLAI SUSU LOKAL 15 % PEMERINTAH 1. IMPOR INDUK SAPI PERAH (1979-1982): 125.000 EKOR 2. MELAKUKAN INSEMINASI BUATAN (IB) 500.000 DOSIS SEMEN BEKU PER TAHUN.
KOPERASI PERSUSUAN “KUD” ( KOPERASI UNIT DESA ) SAPI IMPOR (BANPRES) DIBAGIKAN KE RAKYAT SECARA KREDIT TH. 1996 POPULASI SAPI PERAH DI INDONESIA: 400.000 EKOR PRODUKSI SUSU: 449.000 TON PER TAHUN. SECARA BERANGSUR INDUSTRI PENGOLAHAN SUSU (IPS) TERUS DIBATASI IMPOR SUSU BUBUKNYA
INDONESIA : RATA-RATA HANYA 11 kg/kapita/tahun PRODUKSI SUSU RATA-RATA PER EKORNYA ( PER LAKTASI = 305 HARI PRODUKSI ) ISRAEL : 8.550 kg KOREA SELATAN : 6.750 kg AMERIKA SERIKAT : 6.300 kg UNI SOVYET(dulu) : 2.565 kg INDONESIA : 2.440 kg SEBAGAI BANGSA KONSUMEN SUSU : NORWEGIA : RATA-RATA 230 kg/kapita/tahun INDONESIA : RATA-RATA HANYA 11 kg/kapita/tahun
PEMASARAN SUSU MERUPAKAN BAHAN MAKANAN YANG MUDAH RUSAK TIDAK HANYA DIPASARKAN DALAM KEADAAN SEGAR (FRESH MILK ), TETAPI JUGA: SUSU BUBUK, SUSU KENTAL MANIS, SUSU SKIM (DIHILANGKAN LEMAKNYA), MENTEGA SUSU (BUTTER), KEJU DLSB. DI INDONESIA DIDOMINASI PETERNAKAN RAKYAT 1. PEMILIKANNYA 3-5 EKOR PER KELUARGA 2. SUSUNYA DIJUAL MELALUI KUD KE PENGOLAHAN SUSU 3. DIJUAL SEBAGAI SUSU SEGAR DARI RUMAH KE RUMAH
Industri Sapi Perah di Indonesia Distribusi Susu Koperasi Peternak Pelaku Penting dalam Industri Sapi Perah di Indonesia mengumpulkan susu segar dari peternak memberikan kredit pada peternak memberikan bimbingan dan konsultasi pada peternak
Zona Distribusi Susu dari Peternak ke TPS
Pola Sebaran Decission Management Unit Komoditas Susu
Distribusi Susu Secara umum aliran distribusi susu di mulai dari peternak yang datang dari berbagai lokasi mengantarkan susunya ke titik terdekat yang telah ditentukan oleh koperasi atau disebut juga Tempat Penampungan Susu (TPS). Susu-susu dari TPS tersebut diambil oleh koperasi melalui alat transportasi pengangkut susu untuk ditampung di koperasi. Pihak koperasi melakukan test dan uji kualitas susu yang dihasilkan peternak yang nantinya akan dikompensasi dengan harga susu per liternya. Susu yang ditampung oleh koperasi selanjutnya dikirim ke Industri Pengolahan Susu (IPS).
Sistem Pembayaran Susu Industri Pengolahan Susu (IPS) memberikan pembayaran atas harga susu dan pembinaan berupa informasi harga ke koperasi. Peran koperasi susu terhadap anggotanya (peternak): Sebagai penyedia input dan sarana produksi (memasarkan hasil produksi, melayani kebutuhan konsentrat, obat-obatan, IB, dsb. Memberikan pembinaan terhadap peternak Pemberian kredit sapi, simpan pinjam, pelayanan kesehatan, dsb.
Distribusi Susu, Input dan Sarana Produksi
Sistem Pembayaran Susu Harga susu segar dalam negeri dihargai IPS lebih rendah dibandingkan bahan baku susu eks impor. Tahun 2011 harga bahan baku susu eks impor mencapai Rp.4700,-sedangkan harga susu segar lokal hanya dihargai Rp.3020,- rupiah oleh IPS ditambah insentif yang berkisar antara Rp.380-850,- per liter. Dasar pembayaran susu adalah volume/bobot, bobot jenis, kadar lemak, total solid, TPC.
TABEL HARGA Kadar Lemak Bobot Jenis
BERLAKUNYA PEREKONOMIAN GLOBAL PEMERINTAH TIDAK LAGI DAPAT MEMBENDUNG IMPOR BAHAN BAKU SUSU ALASAN IPS, KARENA : KUALITAS LEBIH BAIK & HARGA LEBIH MURAH IPS MEMBERI BATAS KUOTA SUSU YANG DIBELI DARI PETERNAK LOKAL PETERNAK LOKAL MENGALAMI KESULITAN PEMASARAN SUSUNYA
Kendala Manajemen Peternakan Sapi perah Rakyat Masih rendahnya produktivitas sapi perah yang dipelihara peternak, karena mutu genetik (bibit) sapi perahnya rendah Manajemen budidaya ternak dan kualitas pakan yang diberikan tidak memadai. Perbaikan kualitas sumberdaya peternak relatif lebih mudah ditingkatkan melalui pembinaan dan penyuluhan yang intensif. Tetapi yang menjadi problema cukup komplek adalah bagaimana menyediakan stok bibit yang baik dan bahan pakan yang berkualitas dalam jumlah yang memenuhi kebutuhan di daerah pengembangan.
Kendala Manajemen Peternakan Sapi perah Rakyat Rendahnya kualitas susu yang ditunjukan antara lain oleh tingginya kandungan mikroba rata-rata diatas 10 juta/cc, yang diakibatkan oleh sistem manajemen kandang yang tradisional, sehingga harga yang terbentuk pun menjadi rendah. Sapi perah sangat tergantung pada ketersediaan lahan sebagai penghasil pakan. Realitanya, lahan produktif bagi kepentingan peternakan sapi perah semakin terdesak oleh kebutuhan sektor lainnya.
Kendala Manajemen Peternakan Sapi perah Rakyat Rataan jumlah pemilikan ternak yang tidak efesien (3,3 ekor/peternak), sehingga kurang menjanjikan keuntungan bagi peternak. Hal ini menjadikan tantangan tersendiri untuk meningkatkan skala usahanya, sehingga usaha peternak menjadi efesien. Sedangkan dilain pihak ketersediaan bibit(replacement stock) belum mampu disediakan sesuai dengan kebutuhan peternak saat ini. Semakin langkanya sumberdaya manusia berupa tenaga kerja muda yang berusaha di bidang peternakan sapi perah. Hal ini sebagai dampak dari pergeseran orientasi pembangunan yang mengarah ke sektor jasa dan industri.
Kendala Manajemen Peternakan Sapi perah Rakyat Belum terjadinya integrasi dan koordinasi yang harmonis antar lembaga pemerintah, swasta, koperasi dan peternak, sehingga berbagai kebijakan yang diterapkan oleh pemerintah kurang diantisipasi oleh para pelaku bisnis.
Kondisi Koperasi Persusuan di Indonesia Sebagian besar kondisi usaha peternakan sapi perah di Indonesia dikuasai oleh peternak rakyat dalam lingkup Koperasi dan UKM, tetapi dalam pemasaran hasil usahanya masih didominasi oleh perusahaan Industri Pengolah Susu Umumnya Koperasi dan UKM melakukan kegiatan usahanya masih berorientasi subsisten. Orientasi sesungguhnya masih kepada produksi (budidaya), belum mampu menyusun kekuatan pasar dan sarana produksi. Akibatnya sub sistem Koperasi dan UKM masih memiliki ketergantungan usaha terhadap sub sistem lainnya, yang seharusnya terjadi saling ketergantungan antar sub sistem.
Kondisi Koperasi Persusuan di Indonesia Untuk mengetahui, koperasi tersebut maju dan berorientasi ekonomi dicirikan dengan kehadiran/kekuatan Riset dan Pengembangan dalam organisasi koperasi tersebut. Di lapangan masih dirasakan Koperasi dan UKM merupakan obyek dari proses pembangunan bukan subyek pembangunan. Koperasi dan UKM masih belum mampu menghargai tingkat profesionalisme SDM yang ada. Berbeda dengan dunia usaha skala besar. Akibatnya tenaga-tenaga profesional enggan berkiprah di Koperasi dan UKM. Selain itu, masih kentalnya budaya memilih tokoh/masyarakat serba bisa, padahal kondisi yang diperlukan adalah seorang wirausaha yang profesional.
THANKS FOR YOUR ATTENTION