DEPARTEMEN REPRODUKSI VETERINER EKS. LABORATORIUM FISIOLOGI REPRODUKSI KAPITA SELEKTA DEPARTEMEN REPRODUKSI VETERINER EKS. LABORATORIUM FISIOLOGI REPRODUKSI
SISTEM PERKEMBANGBIAKAN Kelangsungan hidup organisme merupakan kesinambungan kelestarian hidup bagi mahluk hidup dari generasi ke generasi berikutnya. Kelestarian mahluk hidup terjadi melalui adaptasi, seleksi alam dan perkembangbiakan. 2
3). Adaptasi tingkah laku macam macam adaptasi 1). Adaptasi morfologi 2).Adaptasi fisiologis 3). Adaptasi tingkah laku 3
Perkembang-biakan mahluk hidup pada dasarnya dibagi menjadi Perkembang-biakan Aseksual Perkembang-biakan Seksual
Perkembang-biakan Seksual Perkembang-biakan seksual yaitu suatu proses perkembang-biakan yang dicirikan dengan adanya penyatuan dari sel-sel germinatif yaitu sel benih dari jantan dengan sel benih betina sehingga terbentuk individu baru. Peristiwa penyatuan antara sel benih jantan dan sel benih betina disebut Pembuahan (Fertilisasi) yang akan menghasilkan Zygote.
Fertilisasi dibedakan atas : External fertilization Internal fertilization
Ada beberapa bentuk perkembangan seksual yaitu : Ovipharous Contoh:Ikan dan katak Ovivipharous Contoh: unggas dan reptil. Vivipharous Contoh: golongan primata dan mammalia.
ALAT KELAMIN UTAMA SAL.REPRO ALAT KELAMIN LUAR 9
Ovarium Fol. Prim Fol. Sec Fol. Ter Fol. De Graf C. Albicans Ovulasi C. Luteum C. Rubrum 10
TIPE UTERUS
Sifat Ovotaxis dr Fimbrae Fimbrae 13
MEKANISME HORMONAL HT – HP - TESTIS HIPOTHALAMUS GnRH HIPOFISIS ANTERIOR FSH LH TESTIS TESTOSTERON INHIBIN SEL LEYDIG SEL SERTOLI SPERMATOGONIA ABP MEKANISME HORMONAL HT – HP - TESTIS 16
MEKANISME EJAKULASI LIBIDO MENINGKAT MASA SPERMA KONSENTRASI TINGGI, NON MOTIL DARI AMPULA SEKRESI KELENJAR VESIKULARIS & PROSTATA COWPER MENSEKRESI CAIRAN UNTUK MEMBERSIHKAN URETHRA COLLICULUS SEMINALIS TERTUTUP KONTRAKSI DINDING PANGKAL URETHRA MENDADAK SEKRESI SEMEN MEMANCAR KELUAR 17
Poros Hipotalamus-hipofisis-gonad PRL-RH/PRL-IH GnRH Hipofisis anterior + - FSH LH PRL/LTH Ovari Inhibin Kel. Mamae Folikel Ovulasi Estrogen Korpus luteum Progesteron Poros Hipotalamus-hipofisis-gonad
PEMBAGIAN HORMON MENURUT CARA KERJA A. HORMON REPRODUKSI PRIMER B. HORMON METABOLIK STRUKTUR KIMIA PROTEIN/GLIKOPROTEIN/POLIPEPTIDA STEROID DERIVAT ASAM LEMAK DERIVAT AMINE
MEKANISME KERJA HORMON PROTEIN HORMON BERIKATAN DENGAN RESEPTOR YANG TERDAPAT PADA PERMUKAAN MEMBRAN SEL STEROID HORMON BERIKATAN DENGAN RESEPTOR YANG TERDAPAT DALAM SITOPLASMA
Gambar Mekanisme kerja hormon protein dan steroid
SUMBER HORMON REPRODUKSI HIPOTHALAMUS GnRH; TRH; PIH; Oksitosin HIPOFISIS ANTERIOR FSH; LH; PRL GONAD E2; P4; T4; RELAKSIN; INHIBIN UTERUS RELAKSIN; PGF PLASENTA hCG; PMSG; PL; PROTEIN B
DEHIDROEPIANDROSTERON Mekanisme Steroidogenesis KOLESTEROL PREGNANOLON PROGESTERON 17-OH – PREGNANOLON 17-OH – PROGESTERON ANDROSTERON TESTOSTERON DEHIDROEPIANDROSTERON 19-OH-TESTOSTERON 19-OH-ANDROSTENEDION ESTRON ESTRADIOL 17β Mekanisme Steroidogenesis
PENERAAN KADAR HORMON PHYSICOCHEMICAL ASSAY/ METODA KIMIA BIOASSAY / UJI BIOLOGIS - UJI GALIMAININI - PENENTUAN E2, T4, PMSG BINDING ASSAY - UJI PENENTUAN RESEPTOR IRMA (Immuno Radiometric Assay) IEMA (Immuno Enzymometric Assay) - UJI PENENTUAN LIGAND RIA (Radio Immuno Assay) EIA (Enzyme Immuno Assay) ELISA (Enzyme Linked Immuno Sorbent Assay)
Merupakan rangkaian kejadian biologis kelamin SIKLUS REPRODUKSI Merupakan rangkaian kejadian biologis kelamin pada mahluk hidup yang berlangsung sambung menyambung sehingga terlahir generasi baru dari mahluk hidup DIPENGARUHI OLEH : LINGKUNGAN GENETIK FISIOLOGIK HORMONAL PSYCHOSOSIAL Terputus /terhenti PUNAH 25
FISIOLOGI KEBUNTINGAN FISIOLOGI KELAHIRAN AKTIVITAS SEKSUAL POSTPARTUM TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS mahasiswa dapat menjelaskan siklus reproduksi pada ternak POKOK BAHASAN FISIOLOGI PRENATAL PUBERTAS MUSIM KELAMIN FISIOLOGI KEBUNTINGAN FISIOLOGI KELAHIRAN AKTIVITAS SEKSUAL POSTPARTUM 26
SINKRONISASI BIRAHI Membuat sekelompok ternak birahi dalam waktu yang bersamaan inseminasi bunting lahir pedet dengan umur yang sama Efisiensi : - pemendekan siklus - biaya inseminasi - pemeliharaan mudah Untuk terapi penyakit 27
PG POLA 1 X => 17/21 x 100 ekor = 75% Agar 100% DILAKUKAN PG POLA 2 X Fase Luteal Fase Folikuler 16 – 17 hari 4-5 hari 11 HARI 75% 100% PG 1 EST PG2 EST 2-3 Hr 9-14 Hr 9 Hr – 3 Hr = 6 Hr => AWAL LUTEAL 11 Hr – 3 Hr = 8 Hr => SUDAH LUTEAL 28
DOSIS PROSTAGLANDIN F2 SAPI KBG/ DB IM 20-25 mg 7,5 mg I.Ut 2,5 mg I. Vul I. Ovr 0,2-0,5 mg - 29
SUPEROVULASI BERTAMBAHNYA JUMLAH OVULASI DALAM SATU PERIODE BIRAHI YANG NORMAL OVULASI YANG BERLEBIH DARI NORMAL DALAM 1 SIKLUS BIRAHI (PERLU ADANYA MANIPULASI) INDUKSI SUPEROVULASI MENGGUNAKAN PREPARAT HORMON KOMBINASI DARI HORMON GONADOTROPIN 30
HORMON YANG DIGUNAKAN MERUPAKAN KOMBINASI FSH & LH PMSG & hCG 31
SUPEROVULASI DG PMSG & hCG - Sinkron dg PG IB Pagi DONOR PMSG PG1 11Hr PG2 9 Hr 2Hr PG3 3Hr EST 7 HR Flushing 1/6 12/6 21/6 23/6 26/6 3/7 IB Sore RESIPIEN PG1 11 Hr PG2 3Hr EST 7 HR Transfer 12/6 21/6 23/6 26/6 3/7 DOSIS PMSG : 2000 – 3000 IU DOSIS Hcg : 1500 -2000 IU 32
SUPEROVULASI DG PMSG & hCG - Sinkron dg P4 IB Pagi DONOR PMSG CABUT PRID 9 Hr EST 9 Hr 2Hr PG3 3Hr EST 7 Hr Flushing 1/6 12/6 15/6 24/6 26/6 29/6 6/7 IB Sore CABUT RESIPIEN PRID 9 Hr 3Hr EST 7 Hr Transfer 17/6 26/6 29/6 3/7 DOSIS PMSG : 2000 – 3000 IU DOSIS Hcg : 1500 -2000 IU DOSIS P4 DALAM PRID = 40 mg – 1 g KOMBINASI PG BIRAHI LEBIH BAGUS 33
SUPEROVULASI DG FSH & LH PAGI FSH PAGI IB Pagi FSH PAGI FSH PAGI LH DONOR PG1 11Hr PG2 9 Hr PG3 3Hr EST 7 HR Flushing 1/6 12/6 21/6 22/6 23/6 24/6 27/6 4/7 IB Sore FSH SORE FSH SORE FSH SORE FSH SORE RESIPIEN PG1 11 Hr PG2 3Hr EST 7 HR Transfer 12/6 21/6 23/6 27/6 4/7 FSH I : 6 mg FSH II : 5 mg FSH III : 4 mg FSH IV : 3 MG TOTAL 40 mg 34