“Mata Kuliah STATISTIK SOSIAL & KEPENDUDUKAN” SUBDIT STATISTIK KESEHATAN DAN PERUMAHAN DIREKTORAT STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT.

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Penyajian Pokok-Pokok Hasil Riset Kesehatan Dasar 2013
Advertisements

Indikator Perumahan Materi Kuliah – 4 STIS – 3 SK 1 1.
BPS BKKBN DEPKES ORC MACRO
MASALAH KEPENDUDUKAN DI INDONESIA
UKURAN FERTILITAS.
DIREKTORAT STATISTIK KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
Beberapa Indikator Kesehatan yang Dapat Dihasilkan dari SUSENAS Blok V
DASAR-DASAR DEMOGRAFI
MDGs Goal 5 IMPROVE MATERNAL HEALTH Kelompok 6 IKMA 2010 Anggi Rekha Ulya April Yenni Angga Rizka Nova Indi.
PARDOMUAN B.M.SIANIPAR MORTALITAS.
Enny Zuliatie Die-J YPI (Drop in Center Cijantung Yayasan Pelita Ilmu)
Indikator Kesejahteraan Masyarakat
Blok vi. SANITASI LINGKUNGAN.
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012
Permasalahan lingkungan hidup dan penanggulangannya
DIREKTORAT STATISTIK KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
Data: karakteristik individu, sangat sulit diinterpretasikan karena jumlahnya sangat banyak dan beragam bentuknya [nominal, ordinal, interval] dan sifatnya.
Balita Kurang Gizi (BKG)
Data: karakteristik individu, sangat sulit diinterpretasikan karena jumlahnya sangat banyak dan beragam bentuknya [nominal, ordinal, interval] dan sifatnya.
SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL (SUSENAS) TAHUN 2009
DIREKTORAT STATISTIK KEPENDUDUKAN DAN KETENAGAKERJAAN
Persentase anak tahun menurut provinsi dan kepemilikan akte kelahiran
EVALUASI RPJMN/RENSTRA DAN ARAH KEBIJAKAN
Hasil Susenas 2014 (Rapat Kerja BKKBN, Jakarta, 29 Maret 2015)
KEBIJAKAN PROGRAM KB PASCA SALIN
KONSEP KELUARGA SEJAHTERA
SURVEI SOSIAL EKONOMI NASIONAL (SUSENAS) TAHUN 2012
Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (Sdki) 2012
Laporan Pendahuluan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 BADAN PUSAT STATISTIK.
PELAKSANAAN SPF DI PROVINSI MALUKU
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Gunungkidul
Menyongsong Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017
AGUS JOKO PITOYO, S,SI,, M,A Fakultas Geografi, UGM
KULIAH ONLINE Diskusi dan contoh beberapa masalah kesehatan OLEH
Rapat lanjutan penyusunan pemetaan indikator kependudukan dan keluarga berencana hasil Susenas Desember 2015.
PENDUDUK & KETENAGAKERJAAN
RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU TAHUN 2013
KONSUMSI ENERGI PROTEIN
PENGUKURAN KESEHATAN Definisi indikator
PROYEKSI PENDUDUK PROVINSI JAMBI
Ukuran Frekuensi Epidemiologi
KESEHATAN REPRODUKSI Analisis & Hasil RISKESDAS 2010.
DEASY ROSMALA DEWI, SKM,MKES
Pemerintah Kabupaten Grobogan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Epidemiologi-Susanto, 2012
Indikator Keberhasilan Pembangunan
Pertemuan ke-5 Fitriani Ulfatus Sa’adah
SUMBER DATA DEMOGRAFI (Bagian II)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS)
PENGANTAR KESEHATAN REPRODUKSI
Ukuran DEMOGRAFI.
FECUNDITAS/FECUNDITY :
DINAMIKA PENDUDUK Jumlah penduduk selalu berubah karena adanya peristiwa kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk (migrasi). Tingkat kelahiran adalah.
Kementerian Kesehatan RI
Definisi Fertilitas. Fertilitas merupakan hasil reproduksi yang nyata dari seorang wanita atau sekelompok wanita. Dengan kata lain fertilitas menyangkut.
KETERKAITAN PERTUMBUHAN PENDUDUK DENGAN KESEHATAN
PENGUMPULAN, ANALISIS DATA TINGKAT KABUPATEN
MORTALITAS ILSA WAHYUNI ( ) KELOMPOK 6 FITRIANI AHMAD
PEMANFAATAN DATA SURVEI DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
ICPD dan MDGS Indikator dan Pencapaian di Indonesia
MORTALITAS Rizka Esty Safriana, SST., M.Kes. Faktor penyebab dinamika penduduk: 1.Kelahiran (Fertilitas) 2.Kematian (Mortalitas) 3.Imigrasi ?  Kematian.
FERTILITAS.
DINAMIKA PENDUDUK Jumlah penduduk selalu berubah karena adanya peristiwa kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk (migrasi). Tingkat kelahiran adalah.
STATISTIK KESEHATAN (ANGKA KEMATIAN) PERTEMUAN 11
PEMANFAATAN DATA SUSENAS MODUL KONSUMSI
Balikpapan, 01 Nopember 2018 BAPPEDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR
KEBIJAKAN SATU DATA DAN STATISTIK PERUMAHAN DI JATENG
Tinjauan Sosial Ekonomi Kabupaten Sampang 2018
STATISTIK PENDIDIKAN. PARTISIPASI SEKOLAH Terdapat dua ukuran partisipasi sekolah yang utama: 1.Angka Partisipasi Kasar (APK) 2.Angka Partisipasi Murni.
Transcript presentasi:

“Mata Kuliah STATISTIK SOSIAL & KEPENDUDUKAN” SUBDIT STATISTIK KESEHATAN DAN PERUMAHAN DIREKTORAT STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT

UNDANG-UNDANG NO.16 TAHUN 1997 TENTANG STATISTIK REORGANISASI BPS DIREKTORAT STATISTIK KESEJAHTERAAN RAKYAT SUBDIT STATISTIK RUMAH TANGGA SUBDIT STATISTIK PENDIDIKAN DAN KESOS SUBDIT STATISTIK KESEHATAN DAN PERUMAHAN Data: Konsumsi/Pengeluaran Rumah Tangga Kesra lainnya Bahan kemiskinan Data: Pendidikan Sosial Budaya Agama Data: Kesehatan Perumahan

SUSENAS (kuesioner KOR dan MODUL) < 1992 Angka Nasional dan Provinsi (Kor) 1992 Angka Nasional dan Provinsi (Kor + 3 Modul) ≥ 1993 Kor dan Modul (setiap 3 tahun): Konsumsi Sosial Budaya dan Pendidikan (MSBP) Kesehatan dan Perumahan 1993 - 2007 2008 - 2009 2010 2011 - ….. KOR: Estimasi level Nasional, Provinsi dan Kab/Kota KOR dan Modul (Konsumsi, MSBP): Estimasi level Nasional, Provinsi dan Kab/Kota KOR : Estimasi level Nasional, Provinsi dan Kab/Kota KOR (Triwulanan) + MODUL Konsumsi: Estimasi level Nasional, Provinsi dan Kab/Kota MODUL: Estimasi level Nasional dan Provinsi MODUL MSBP (2012) & Kesrum (2013) (Triwulan 3): Estimasi level Nasional dan Provinsi

. Susenas Panel Feb Tahun 2003-2005 : 10.000 RT Maret Tahun 2006 : 10.000 RT Maret Tahun 2007- 2010 : 68.800 RT Maret Tahun 20011-2013 : 75.800 RT . Susenas Besar 1992, Feb Kor&Modul : 65.500 RT, Modul Pendidikan, Kesehatan, dan Perumahan 1993, Feb Kor : 202.500 RT, Modul Konsumsi: 65.600 RT 1994, Feb Kor : 204.416 RT, Modul Sosial Budaya, Krim, dan Perjalanan: 65.664 1995, Feb Kor : 206.240 RT, Modul Perumahan dan Kesehatan: 65.664 1996, Feb Kor : 206.848 RT, Modul Konsumsi: 65.664 1997, Feb Kor : 207.456 RT, Modul Sosial Budaya, Krim, dan Perjalanan: 65.664 1998, Feb Kor : 208.064 RT, Modul Perumahan Dan Kesehatan: 65.664 1999, Feb Kor : 208.064 RT, Modul Konsumsi: 65.664 2000, Feb Kor : 208.672 RT, Modul MSBP:65.664 2001, Mar Kor : 220.896 RT, Modul Perumahan Dan Kesehatan: 65.280 2002, Mar Kor : 213.088 RT, Modul Konsumsi: 62.720 2003, Juli Kor : 202.000 RT, Modul MSBP: 65.600 2004, Juli Kor : 249.376 RT, Modul Perumahan dan Kesehatan: 67.072 2005, Juli Kor : 278.352 RT, Modul Konsumsi: 68.288 2006, Juli Kor : 277.648 RT, Modul MSBP: 68.256 2007, Juli Kor : 285.904 RT, Modul Perumahan dan Pemukinan: 68.800 2008, Juli Kor dan Modul Konsumsi : 285.904 RT 2009, Juli Kor dan Modul MSBP : 291.888 RT 2010, Juli Kor : 304.368 RT 2011, Maret, Juni,September, Desember (pencacahan triwulanan @ 75.000 RT ) Kor dan Modul Konsumsi : 300.000 RT 2012, Maret, Juni, Desember : @75.000 RT dan September Kor+ MSBP: 75.000 RT, Total: 300.000 RT 2013, Maret, Juni, Desember : @75.000 RT dan September Kor+ Modul Kesrum: 75.000 RT, Total: 300.000 RT

Beberapa Indikator Kesehatan yang Dapat Dihasilkan dari SUSENAS Blok V Beberapa Indikator Kesehatan yang Dapat Dihasilkan dari SUSENAS Blok V.A. Keterangan Kesehatan (Untuk Semua Umur)

Persentase Penduduk yang Mempunyai Keluhan Kesehatan Presentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan diantaranya panas, batuk, pilek, asma/sesak nafas, diare, sakit kepala berulang, sakit gigi atau keluhan lainnya juga termasuk orang yang memiliki penyakit akut atau penyakit kronis (meskipun selama sebulan terakhir tidak mempunyai keluhan). Rumus penghitungan: PKK = (JPKK/JP) x 100% PKK : Persentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan. JPKK : Jumlah penduduk yang mengalami keluhan kesehatan JP : Jumlah penduduk.

Persentase Penduduk yang Menderita Sakit (Angka Morbiditas/Kesakitan). Merupakan presentase penduduk yang mengalami keluhan kesehatan dan menyebabkan terganggunya kegiatan sehari-hari (sakit). Rumus penghitungan: AM = (JPS/JP) x 100% AM : Angka morbiditas/kesakitan. JPS : Jumlah penduduk sakit. JP : Jumlah penduduk.

Rata-Rata Lama Sakit. Menunjukkan rata-rata lama hari sakit yang dialami penduduk. Rata-rata lama sakit dimaksud selama satu bulan terakhir (maksimal per individu 30 hari). Rumus penghitungan: RRLS = THLS / JPS RRLS : Rata-rata lama sakit. THLS : Total hari lama sakit. JPS : Jumlah penduduk yang sakit.

Persentase Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan atau Sakit yang Mengobati Sendiri. Menunjukkan persentase penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang mengobati sendiri. Rumus penghitungan: PPSO = (PSO/JPS) x 100% PPSO : Persentase penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang mengobati sendiri. PSO : Jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang mengobati sendiri. JPS : Jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit .

Persentase Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan atau Sakit yang Mengobati Sendiri Dengan Jenis Obat/Cara Pengobatan Tertentu. Indikator ini menggambarkan jenis obat/cara pengobatan yang digunakan oleh penduduk untuk mengobati sendiri keluhan kesehatan atau sakit yang dialami. Rumus penghitungan: PPSOX = (PSOX/JPS) x 100% PPSOX : Persentase penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang mengobati sendiri menggunakan jenis obat/cara pengobatan tertentu. PSOX : Jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang mengobati sendiri menggunakan jenis obat/cara pengobatan tertentu. JPS : Jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit .

Persentase Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan atau Sakit yang Berobat Jalan. Menunjukkan banyaknya penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang berobat dengan mengunjungi fasilitas kesehatan. Rumus penghitungan: PPSJ = (PSJ/JPS) x 100% PPSJ : Persentase penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang berobat dengan mengunjungi fasilitas kesehatan. PSJ : Jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang berobat dengan mengunjungi fasilitas kesehatan. JPS : Jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit.

Persentase Penduduk Dengan Keluhan Kesehatan atau Sakit yang Berobat Jalan ke Fasilitas Kesehatan Tertentu. Menunjukkan banyaknya penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang berobat dengan mengunjungi fasilitas kesehatan tertentu. Rumus penghitungan: PPSJX = (PSJX/JPS) x 100% PPSJX : Persentase penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang berobat dengan mengunjungi fasilitas kesehatan tertentu. PSJX : Jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit yang berobat dengan mengunjungi fasilitas kesehatan tertentu. JPS : Jumlah penduduk dengan keluhan kesehatan atau sakit.

Persentase Penduduk yang Berobat Jalan Dalam 6 (enam) Bulan Terakhir. Menunjukkan banyaknya penduduk yang berobat dengan mengunjungi fasilitas kesehatan dalam 6 (enam) bulan terakhir. Rumus penghitungan: PPBJ6 = (PBJ6/JP) x 100% PPBJ6 : Persentase penduduk yang berobat dengan mengunjungi fasilitas kesehatan, dalam 6 (enam) bulan terakhir. PBJ6 : Jumlah penduduk yang berobat dengan mengunjungi fasilitas kesehatan, dalam 6 (enam) bulan terakhir. JP : Jumlah penduduk.

Persentase Penduduk yang Rawat Inap Dalam 1 (satu) Tahun Terakhir. Menunjukkan banyaknya penduduk yang rawat inap dalam 1 (satu) tahun terakhir. Rumus penghitungan: PPRI = (PRI/JP) x 100% PPRI : Persentase penduduk yang rawat inap dalam 1 (satu) tahun terakhir. PRI : Jumlah penduduk yang rawat inap dalam 1 (satu) tahun terakhir. JP : Jumlah penduduk.

Persentase Penduduk yang Rawat Inap Dalam 1 (satu) Tahun Terakhir ke Fasilitas Kesehatan Tertentu. Indikator ini menggambarkan jenis fasilitas kesehatan yang digunakan oleh penduduk untuk rawat inap dalam 1 (satu) tahun terakhir. Rumus penghitungan: PPRIX = (PRIX/PRI) x 100% PPRIX : Persentase penduduk yang rawat inap dalam 1 (satu) tahun terakhir ke fasilitas kesehatan tertentu. PRIX : Jumlah penduduk yang rawat inap dalam 1 (satu) tahun terakhir ke fasilitas kesehatan tertentu. PRI : Jumlah penduduk yang rawat inap dalam 1 (satu) tahun terakhir.

Beberapa Indikator Kesehatan yang Dapat Dihasilkan dari SUSENAS Blok V Beberapa Indikator Kesehatan yang Dapat Dihasilkan dari SUSENAS Blok V.B. Kesehatan BALITA (Untuk Angota Rumah Tangga Umur 0-59 Bulan)

Persentase Balita. Menunjukkan banyaknya jumlah penduduk usia 0 – 4 tahun atau dibawah lima tahun (balita) dibandingkan dengan jumlah penduduk seluruhnya. Rumus penghitungan: PPB = (PB/JP) x 100%   PPB : Persentase penduduk balita. PB : Jumlah penduduk balita. JP : Jumlah penduduk.

Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama. Menunjukkan banyaknya jumlah balita menurut siapa yang menolong proses kelahiran pertama. Rumus penghitungan: PBPX = (BPX/JB) x 100%   PBPX : Persentase balita dengan penolong kelahiran pertama tertentu. BPX : Jumlah balita dengan penolong kelahiran pertama tertentu. JB : Jumlah balita.

PBPNakes = (BPNakes/JB) x 100% Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Pertama Tenaga Kesehatan. Menunjukkan banyaknya jumlah balita dengan proses kelahiran pertama ditolong oleh dokter atau bidan atau tenaga paramedis lain (tenaga kesehatan).   Rumus penghitungan: PBPNakes = (BPNakes/JB) x 100% PBPNakes : Persentase balita dengan proses kelahiran pertama ditolong oleh tenaga kesehatan. BP Nakes : Jumlah balita dengan proses kelahiran pertama ditolong oleh tenaga kesehatan. JB : Jumlah balita.

Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran Terakhir. Menunjukkan banyaknya jumlah balita menurut siapa yang menolong proses kelahiran terakhir. Rumus penghitungan: PBTX = (BTX/JB) x 100%   PBTX : Persentase balita dengan penolong kelahiran terakhir tertentu. BTX : Jumlah balita dengan penolong kelahiran terakhir tertentu. JB : Jumlah balita.

PBTNakes = (BTNakes/JB) x 100% Persentase Balita Menurut Penolong Kelahiran TerakhirTenaga Kesehatan. Menunjukkan banyaknya jumlah balita dengan proses kelahiran terakhir ditolong oleh dokter atau bidan atau tenaga paramedis lain (tenaga kesehatan).   Rumus penghitungan: PBTNakes = (BTNakes/JB) x 100% PBTNakes : Persentase balita dengan proses kelahiran terakhir ditolong oleh tenaga kesehatan. BTNakes : Jumlah balita dengan proses kelahiran terakhir ditolong oleh tenaga kesehatan. JB : Jumlah balita.

Persentase Balita Pernah Imunisasi Tertentu. Menunjukkan banyaknya jumlah balita yang pernah mendapatkan imunisasi tertentu. Rumus penghitungan: PBIX = (BIX/JB) x 100% PBIX : Persentase balita yang pernah mendapatkan imunisasi tertentu. BIX : Jumlah balita yang pernah mendapatkan imunisasi tertentu. JB : Jumlah balita.

Persentase Balita Imunisasi Lengkap. Menunjukkan banyaknya jumlah balita yang mendapatkan imunisasi lengkap (lebih dari 1 (satu) kali imunisasi BCG dan lebih dari 3 (tiga) kali imunisasi DPT dan lebih dari 3 (tiga) kali imunisasi Polio dan lebih dari 1 (satu) imunisasi campak dan lebih dari 3 (tiga) kali imunisasi Hepatitis B) dibandingkan jumlah balita keseluruhan. Usia balita yang diperhitungkan pada imunisasi lengkap ini adalah 1-4 tahun, Hal ini mempertimbangkan bahwa usia pemberian imunisasi campak pada balita adalah usia 9 (sembilan) bulan. Sehingga untuk balita usia dibawah 1 (satu) tahun memiliki kemungkinan belum diberikan imunisasi lengkap, karena sedang dalam proses pemberian imunisasi lengkap. Rumus penghitungan: PBIL = (BIL/JB(1-4)) x 100% PBIL : Persentase balita (usia 1-4 tahun) yang mendapatkan imunisasi lengkap. BIL : Jumlah balita (usia 1-4 tahun) yang mendapatkan imunisasi lengkap. JB(1-4) : Jumlah balita usia 1-4 tahun.

RL_ASI+MP ASI(2-4) = TL_ ASI+MP ASI(2-4) / JB(2-4) Rata-Rata Lama Pemberian ASI Pada Balita (2-4 Tahun). Menunjukkan rata-rata lama pemberian air susu ibu (ASI) eksklusif dan ASI didampingi makanan pendamping ASI (MP ASI), dalam bulan, pada balita usia 2-4 tahun. Usia balita yang diperhitungkan pada rata-rata lama pemberian ASI adalah 2-4 tahun. Hal ini mempertimbangkan bahwa pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan harus diteruskan dengan ASI ditambah MP ASI sampai usia 2 (dua) tahun. Jika balita usia kurang dari 2 (dua) tahun disertakan dalam perhitungan ini maka akan mengakibatkan estimasi rata-rata lama pemberian ASI yang diperoleh menjadi lebih rendah, padahal terdapat kemungkinan bahwa balita tersebut akan diberikan ASI sampai usianya mencapai 2 (dua) tahun. Rumus penghitungan: RL_ASI+MP ASI(2-4) = TL_ ASI+MP ASI(2-4) / JB(2-4) RL_ ASI+MP ASI : Rata-rata lama pemberian ASI saja dan ASI+MP ASI (dalam bulan) pada balita usia 2-4 tahun. TL_ ASI+MP ASI : Total lama pemberian ASI saja dan ASI+MP ASI (dalam bulan) pada balita usia 2-4 tahun. JB(2-4) : Jumlah balita usia 2-4 tahun.

RL_ASI(2-4) = TL_ASI(2-4) / JB(2-4) Rata-Rata Lama Pemberian ASI Saja Pada Balita (2-4 Tahun). Menunjukkan rata-rata lama pemberian ASI saja (tanpa susu formula maupun makanan atau minuman pendamping ASI ataupun makanan tambahan lainnya) pada balita usia 2-4 tahun. Rumus penghitungan: RL_ASI(2-4) = TL_ASI(2-4) / JB(2-4) RL_ASI(2-4) : Rata-rata lama pemberian ASI saja pada balita usia 2-4 tahun (dalam bulan). TL_ASI : Total lama pemberian ASI saja pada balita usia 2-4 tahun (dalam bulan). JB(2-4) : Jumlah balita usia 2-4 tahun.

RL_MP ASI (2-4) = TL_+MP ASI / JB(2-4) Rata-Rata Lama Pemberian ASI Didampingi MP ASI Pada Balita (2-4 Tahun). Menunjukkan rata-rata lama pemberian ASI yang didampingi dengan MP ASI pada balita usia 2-4 tahun. Rumus penghitungan: RL_MP ASI (2-4) = TL_+MP ASI / JB(2-4)   RL_MP ASI : Rata-rata lama pemberian ASI didampingi MP ASI pada balita usia 2-4 tahun (dalam bulan). TL_MP ASI : Total lama pemberian ASI didampingi MP ASI pada balita usia 2-4 tahun (dalam bulan). JB(2-4) : Jumlah balita usia 2-4 tahun.

Persentase Balita yang Pernah Diberi ASI. Menunjukkan banyaknya jumlah balita yang pernah mendapatkan ASI. Rumus penghitungan: PB_ASI = (B_ASI/JB) x 100% PB_ASI : Persentase balita yang pernah mendapatkan ASI. B_ASI : Jumlah balita yang pernah mendapatkan ASI. JB : Jumlah balita.

PB_ASI_ex = (B_ASI_ex/JB(1-4)) x 100% Persentase Balita yang Pernah Mendapat ASI Eksklusif. Menunjukkan banyaknya jumlah balita yang mendapatkan ASI eksklusif/ ASI saja selama 6 (enam) bulan. Usia balita yang diperhitungkan pada ASI eksklusif ini adalah 1-4 tahun, Hal ini mempertimbangkan bahwa untuk balita usia dibawah 1 (satu) tahun, khususnya 0-6 bulan belum dapat diketahui status pemberian ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan. Terdapat kemungkinan bahwa balita tersebut sedang dalam proses pemberian ASI eksklusif sampai 6 (enam) bulan, atau ada juga kemungkinan nantinya balita tersebut tidak mendapat ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan. Rumus penghitungan: PB_ASI_ex = (B_ASI_ex/JB(1-4)) x 100%    PB_ASI_ex : Persentase balita (usia 1-4 tahun) yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan. PB_ASI_ex : Jumlah balita (usia 1-4 tahun) yang mendapatkan ASI eksklusif selama 6 (enam) bulan. JB(1-4) : Jumlah balita usia 1-4 tahun.

Beberapa Indikator Kesehatan yang Dapat Dihasilkan dari SUSENAS Blok V Beberapa Indikator Kesehatan yang Dapat Dihasilkan dari SUSENAS Blok V.E. Fertilitas dan Keluarga Berencana (Untuk Wanita Berumur 10 Tahun ke Atas Berstatus Kawin, Cerai Hidup atau Cerai Mati)

Singulate Mean Age at Marriage (SMAM). Singulate Mean Age at Marriage (SMAM) adalah perkiraan (estimasi) rata-rata umur kawin pertama berdasarkan jumlah penduduk yang tetap lajang (belum kawin) Kegunaan: Tersedianya indikator rata-rata umur kawin pertama dengan metode SMAM akan memudahkan para penentu kebijakan dan perencana pembangunan untuk mengembangkan program pemberdayaan orang muda agar meneruskan sekolah, dan bagi yang terpaksa putus sekolah diberikan pendidikan ketrampilan agar tidak segera memasuki jenjang pernikahan. Program untuk pendewasaan usia perkawinan bagi perempuan juga dapat dikembangkan sesuai dengan keadaan daerah. Bagi pelaksanaan program KB diketahuinya rata rata SMAM akan memudahkan para perencana program untuk mengembangkan kegiatan penyuluhan penundaan kehamilan anak pertama dan persiapan menjadi orangtua yang bertanggung jawab. Bagi perencana program peningkatan kesehatan reproduksi (kespro), rata-rata SMAM akan memberikan gambaran mengenai berapa besar permintaan akan pelayanan kespro di suatu daerah pada suatu waktu tertentu. Indikator SMAM juga berguna untuk pengembangan kespro untuk remaja.

Indikator yang dapat diestimasi secara tidak langsung menggunakan software Mortpack (The United Nations Software Package for Mortality Measurement) : Jumlah Kelahiran. Banyaknya kelahiran hidup yang terjadi pada waktu tertentu di wilayah tertentu.  Angka Kelahiran Kasar (Crude Birth Rate/CBR). Banyaknya kelahiran pada tahun tertentu per 1000 penduduk pada pertengahan tahun yang sama.  Angka Kelahiran Menurut Umur (Age Specific Fertility Rate/ASFR). Banyaknya kelahiran per 1000 perempuan pada kelompok umur tertentu antara 15-49 tahun. Untuk memperoleh data ASFR dan jumlah kelahiran yang akurat, diperlukan penggabungan informasi dari beberapa Susenas yang digabung dan hasilnya dirata-ratakan. Angka Fertilitas Total (Total Fertility Rate/TFR). Rata-rata anak yang dilahirkan seorang wanita selama masa usia suburnya.

Anak Lahir Hidup (ALH). Menunjukkan banyaknya kelahiran hidup dari sekelompok atau beberapa kelompok wanita sesuai kelompok umur selama masa reproduksinya atau suburnya (15-49 tahun). Rumus penghitungan: R_ALHi  = ALHi / JPi R_ALHi  : Rata-rata anak lahir hidup pada kelompok umur wanita (i). ALHi  : Jumlah anak lahir hidup pada kelompok umur wanita (i). JPi  : Jumlah wanita pada kelompok umur (i).

Anak Masih Hidup (AMH). Menunjukkan banyaknya Jumlah anak yang masih hidup yang dimiliki seorang wanita sampai saat wawancara dilakukan, sesuai kelompok umur (15-49 tahun). Rumus penghitungan: R_AMHi  = AMHi / Jpi R_AMHi  : Rata-rata anak masih hidup pada kelompok umur wanita (i). AMHi  : Jumlah anak masih hidup pada kelompok umur wanita (i). JPi  : Jumlah wanita pada kelompok umur (i).

Rasio Anak – Wanita / Children -Woman Ratio (CWR). Menunjukkan perbandingan jumlah anak usia dibawah lima tahun (0-4 tahun) atau dibawah 10 tahun (0-9) dibagi dengan jumlah wanita usia subur (yang termasuk kelompok umur 15-49 tahun). Rumus penghitungan: CWR  = JA(0-4) / JP(15-49) x 100 AMHi  : Jumlah anak USIA 0-4 tahun. JPi  : Jumlah wanita pada kelompok umur (i).

Angka Prevalensi Pemakaian Kontrasepsi / Contraceptive Prevalence Rate (CPR). Menunjukkan perbandingan banyaknya Pasangan (wanita berstatus kawin) pada Usia Subur 15-49 tahun (PUS) yang sedang memakai kontrasepsi pada saat pencacahan dibandingkan dengan jumlah seluruh PUS, dalam persen. Rumus penghitungan: CPR  = JPUS_SKB / JPUS x 100% JPUS_KB   : Jumlah PUS yang sedang menggunakan alat/cara KB. JPUS  : Jumlah PUS.

Persentase Pernah KB = JPUS_PKB / JPUS x 100% Presentase PUS Pernah KB/ Ever User. Menunjukkan perbandingan banyaknya PUS yang pernah memakai kontrasepsi pada saat pencacahan dibandingkan dengan jumlah seluruh PUS, dalam persen. Rumus penghitungan: Persentase Pernah KB  = JPUS_PKB / JPUS x 100% JPUS_PKB   : Jumlah PUS yang pernah menggunakan alat/cara KB. JPUS  : Jumlah PUS.

Persentase PUS KB Tertentu =(JPUS_SKBX / JPUS_SKB) x 100% Presentase PUS Pemakai KB Tertentu/Contraceptive Mix. Menunjukkan perbandingan banyaknya PUS yang sedang memakai alat/cara KB tertentu pada saat pencacahan dibandingkan dengan jumlah seluruh PUS yang sedang memakai alat/cara KB, dalam persen. Rumus penghitungan: Persentase PUS KB Tertentu  =(JPUS_SKBX / JPUS_SKB) x 100% JPUS_SKBX   : Jumlah PUS yang sedang menggunakan alat/cara KB tertentu. JPUS_SKB : Jumlah PUS yang sedang menggunakan alat/cara KB.

Persentase PUS KB Tertentu =(JPUS_SKBX / JPUS_SKB) x 100% Presentase PUS Pemakai KB Tertentu/Contraceptive Mix. Menunjukkan perbandingan banyaknya PUS yang sedang memakai alat/cara KB tertentu pada saat pencacahan dibandingkan dengan jumlah seluruh PUS yang sedang memakai alat/cara KB, dalam persen. Rumus penghitungan: Persentase PUS KB Tertentu  =(JPUS_SKBX / JPUS_SKB) x 100% JPUS_SKBX   : Jumlah PUS yang sedang menggunakan alat/cara KB tertentu. JPUS_SKB : Jumlah PUS yang sedang menggunakan alat/cara KB.

2 indikator (baik perumahan dan atau kesehatan) UNMET NEED atau 2 indikator (baik perumahan dan atau kesehatan) Selain yang ada pada slide ini. Konsep dan definisi: Kegunaan: Data yang dibutuhkan: Tugas Kelompok Buat ADEK2 YA……. Satu Kelas Buat 4 Kelompok Dikumpulkan via email ke: din_nurika@bps.go.id

Beberapa Indikator Komposit Perumahan yang Dapat Dihasilkan dari SUSENAS Blok VI. Keterangan Perumahan

1. Proporsi penduduk terhadap sumber air minum yang terlindungi (air bersih) Sumber air minum yang terlindungi (air bersih) adalah berasal dari air kemasan, leding, pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung Khusus pompa, sumur terlindung, dan mata air terlindung harus berjarak 10 meter atau lebih dari penampungan tinja/kotoran Banyaknya rumah tangga dengan akses terhadap sumber air minum terlindung Air Minum Bersih = X 100 % Jumlah rumah tangga

2. Persentase rumah tangga yang menggunakan biomassa untuk memasak Rumah tangga yang menggunakan biomassa untuk memasak adalah rumah tangga yang menggunakan kayu bakar, briket, arang, batubara dan lainnya Banyaknya rumah tangga yg menggunakan biomassa untuk memasak Jumlah rumah tangga X 100 % Ruta pengguna Biomassa =

Banyaknya rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak 3. Persentase rumah tangga dengan akses terhadap fasilitas sanitasi yang layak Fasilitas sanitasi layak menurut indikator MDGs adalah rumah tangga yang menggunakan jamban sendiri/bersama, kloset leher angsa dan tempat pembuangan akhir tinja menggunakan tangki septik Banyaknya rumah tangga yang menggunakan sanitasi layak Jumlah rumah tangga X 100 % Sanitasi Layak =

4. Persentase rumah tangga dengan status tempat tinggal tetap dan terjamin Gambaran mengenai masyarakat yang mempunyai tempat tinggal tetap dan terjamin. Rumah tinggal tetap dan terjamin adalah rumah dengan status milik sendiri, sewa dan kontrak. Banyaknya rumah tangga dengan status tempat tinggal tetap & terjamin Jumlah rumah tangga X 100 % Tmpt tinggal tetap dan terjamin =

6. Persentase rumah tangga dengan luas lantai per kapita kurang dari 7,2 m2 Gambaran mengenai masyarakat yang mempunyai tempat tinggal dengan lantai hunian yg sempit atau padat. Luas lantai per kapita adalah perbandingan total luas lantai dengan jumlah ART. Banyaknya rumah tangga dengan luas lantai per kapita  7,2 m2 Jumlah rumah tangga X 100 % Kepadatan luas lantai ruta =