Review….

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
BAB I KETENTUAN UMUM BAB II PENYELENGGARAAN PEKERJAAN KEFARMASIAN BAB III TENAGA KEFARMASIAN BAB IV DISIPLIN TENAGA KEFARMASIAN BAB V PEMBINAAN DAN.
Advertisements

Rekam Medik dan Kesehatan Sebuah Rumah Sakit
PENGELOLAAN PERBEKALAN FARMASI
Peraturan Daerah Kota Palembang Nomor 21 Tahun 2011
PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3
PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3
FARMASI RUMAH SAKIT.
PENGELOLAAN LOGISTIK RUMAH SAKIT
Perawatan Mesin dan Peralatan
Good Manufactory Practices
Pertemuan 7 Proyek Sistem Informasi Viska Armalina, ST., M.Eng
D 4 NBSS Outbreak management. Melembagakan rencana wabah Untuk mengkonfirmasi wabah, langkah segera harus diambil oleh Tim Pengendalian Infeksi di fasilitas.
PEDOMAN PENILAIAN PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN K3
Penerimaan &Penyimpanan
PERATURAN DAERAH KOTA PALEMBANG NOMOR 22 TAHUN 2011
Retno Endah Andayani, S. Pd
Application Audit Program
SISTEM MUTU LABORATORIUM SESUAI ISO/IEC : 2005.
PERATURAN KEPALA BADAN POM PENDAFTARAN PANGAN OLAHAN
SISTEM PRODUKSI TEPAT WAKTU (JUST IN TIME-JIT)
Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas
PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) DAN PEDAGANG BESAR ALAT KESEHATAN
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009
KONSTITUSI TERKAIT TENAGA TEKNIS KEFARMASIAN (TTK)
Good Manufactory Practices
TUGAS AKHIR UTS BUATLAH POSTER YG BERTEMA SANITASI MAKANAN & MINUMAN ATAU KEAMANAN PANGAN PRINTOUT DIKUMPULKAN SAAT UTS, DITARUH DITENGAH LEMBAR JAWAB.
PAFI JABAR 2017 Nova Petrika Maulana Mantik, S.Farm.,Apt
Menerapkan manajemen dan administrasi di bidang Farmasi
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501 Tahun 2010
Materi – 03 Sistem Kantor.
PRODUCTION MANAGEMENT
REZQI HANDAYANI, M.P.H., Apt
Mutu dalam Industri Pangan
Dr. drg. Haris Budi Widodo, M.Kes., A.P., SIP.
Ass.Apoteker pasca PP.51 th 2009
Oleh : Drs. Purwadi, Apt., MM, ME
Dasar Hukum: UU 38/2004 tentang Jalan
PERAN PENGAWASAN KFN DALAM RANGKA PENINGKATAN MUTU PRAKTIK APOTEKER
SIKLUS PENGELUARAN.
Manajemen Pergudangan
Mutu dalam Industri Pangan
Audit Lingkungan Ardaniah Abbas.
SUKRIADI DARMA, S.SI.,APT KEPALA BALAI POM DI GORONTALO
Siklus Pengeluaran: Pembelian dan Pengeluaran Kas
PENGELOLAAN OBAT Sesuai Kebijaksanaan Obat Nasional (KONAS) sebagai penjabaran aspek obat dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN), pembangunan kesehatan.
Oleh : I G.K.Wijasa,Drs MARS
HARIRI, SE., M.Ak Universitas Islam Malang 2016
TINDAKAN KARANTINA TUMBUHAN TERHADAP PEMASUKAN MEDIA PEMBAWA OPTK KE DALAM WILAYAH NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERMENTAN 09/2009.
STANDAR PRAKTEK KEPERAWATAN
Pekerjaan Kefarmasian
Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati 2013
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)
FARMASI RUMAH SAKIT KELOMPOK 6.
PERENCANAAN DAN PENGADAAN SEDIAAN FARMASI
Program Penyehatan Makanan
Risalandi Nugroho Santoso ( )
Penggudangan Dalam Industri Modern
Disusun oleh : Dra. Prasinta Dewi, MAP
AGENDA AKAMEDIK KBM NO.TANGGALKETERANGAN 111 JAN 2017PENDAHULUAN 218 JAN 2017BAHAS MATERI UNTUK SEMESTER II 325 JAN 2017PENGANTAR CDOB 41 FEB 2017PBF DAN.
MANAJEMEN INFORMASI DAN REKAM MEDIK (MIRM)
ASPEK LEGAL DOKUMEN KEPERAWATAN
Penerimaan &Penyimpanan
CPOTB. CPOB Vs CPOTB Ruang Lingkup CPOB : Industri farmasi yang memproduksi Obat dan Bahan Baku Obat; lembaga lain yg memproduksi sediaan radiofarmaka;
M. SIDROTULLAH PENGELOLAAN NARKOTIKA DAN PSIKOTROPIKA.
CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK
CARA PEMBUATAN OBAT TRADISIONAL YANG BAIK
PENGELOLAAN DAN PENGONTROLAN SUKU CADANG
Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban Pasien
PEDAGANG BESAR FARMASI (PBF) Fiqi daynul iqbal, S.Farm., Apt.
Guru Pengajar: Inda Listiani, S. Farm.. DEFINISI APOTEK PP 25 TAHUN 1980 Apotek adalah suatu tempat tertentu, tempat dilakukan pekerjaan kefarmasian dan.
Transcript presentasi:

Review…

Siklus pengelolaan obat Dukungan Manajemen Perencanaan Pengadaan Penyimpanan Distribusi Penggunaan

Tujuan pengelolaan obat Menjamin tersedianya obat dgn mutu yang baik, tersebar secara merata dan teratur, sehingga mudah diperoleh pada tempat dan waktu yang tepat

Disampaikan oleh: Nita Pujianti, MPH., Apt DISTRIBUSI OBAT Disampaikan oleh: Nita Pujianti, MPH., Apt

definisi Suatu rangkaian kegiatan dalam rangka pengeluaran dan pengiriman obat- obatan yang bermutu, terjamin keabsahan serta tepat jenis dan jumlah dari instalasi farmasi secara merata dan teratur untuk memenuhi kebutuhan unit-unit pelayanan kesehatan.

Tujuan Terlaksananya distribusi obat publik dan perbekkes secara merata dan teratur sehingga dapat diperoleh pada saat dibutuhkan. Terjaminnya ketersediaan obat publik dan perbekkes di unit pelayanan kesehatan.

Ciri distribusi obat yang baik Mutu obat terjamin Optimalisasi pengaturan ruangan (efisiensi penggunaan ruangan) Obat yg diperlukan selalu tersedia Penggunaan transportasi efisien Menghindari penipuan & pencurian Meminimalkan kerusakan & kadaluarsa

Kegiatan distribusi Kegiatan distribusi obat publik dan perbekkes di Instalasi Farmasi (IF) terdiri dari : 1. Kegiatan distribusi rutin 2. Kegiatan distribusi khusus

Kegiatan Distribusi Rutin Mencakup distribusi untuk kebutuhan pelayanan umum di unit pelayanan kesehatan a. Perencanaan Distribusi. IF merencanakan dan melaksanakan pendistribusian obat-obatan ke unit pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya

Kegiatan2nya… 1. Perumusan Stok Optimum memperhitungkan siklus distribusi rata-rata pemakaian, waktu tunggu serta ketentuan mengenai stok pengaman. Rencana distribusi obat ke setiap unit pelayanan kesehatan termasuk rencana tingkat ketersediaan, besarnya stok optimum setiap jenis obat di setiap unit pelayanan kesehatan.

Stok Kerja Stok Pengaman Stok Optimum Stok Kerja: Rata2 Pemakaian Obat Dalam Satu Periode Tertentu Stok Pengaman : Stok Yang Dipersiapkan Untuk Mengantisipasi Kenaikan Kunjungan, Kejadian Luar Biasa, Adanya Waktu Tunggu Dan Waktu Kekosongan .

2 Penetapan frekuensi pengiriman obat-obatan ke unit pelayanan kesehatan (UPK) Frekuensi pengiriman obat-obatan ke unit pelayanan kesehatan ditetapkan dengan memperhatikan : a) Anggaran yang tersedia b) Jarak UPK dari IF c) Fasilitas gudang UPK d) Sarana yang ada di IF e) Jumlah tenaga di IF f) Faktor geografis dan cuaca

3 Penyusunan peta lokasi, jalur dan jumlah pengiriman. Rayonisasi wilayah pelayanan distribusi Memanfaatkan kegiatan/kunjungan rutin Jadwal pengiriman : perbulan, triwulan atau per enam bulan  sesuaikan anggaran

Kegiatan Distribusi Khusus Mencakup distribusi obat publik dan perbekkes diluar jadwal distribusi rutin. Ex : distribusi obat program

Jalur distribusi obat sektor pemerintah Industri Farmasi, Kimia farma Pusat Depo sentral Gudang Farmasi Kab. Kab/Kodya Puskesmas RS.Dati II Kecamatan Pus.Ling Bidan Posyandu Puskesmas Desa Pembantu Desa KONSUMEN

Obat2an yg dikirim ke PKM harus disertai dengan LPLPO Pemeriksaan obat yg dikirim meliputi: - jenis dan jumlah obat - kualitas / kondisi obat - isi kemasan dan kekuatan sediaan - kelengkapan dan kebenaran dokumen pengiriman obat - No. Batch - Tgl Kadaluarsa

Laporan Pemakaian Dan Lembar Permintaan Obat (LPLPO)

Apa guna LPLPO?!

Kegunaan LPLPO sebagai : 1) Bukti pengeluaran obat di Instalasi Farmasi Kab/ Kota 2) Bukti penerimaan obat di Puskesmas 3) Surat permintaan/pesanan obat dari Puskesmas kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota cq. Instalasi Farmasi Kab/ Kota. 4) Sebagai bukti penggunaan obat di Puskesmas.

PEDOMAN TEKNIS CARA DISTRIBUSI OBAT DAN JENIS2 DISTRIBUSI DI YANKES  PASIEN

Definisi… Cara Distribusi Obat yang Baik, yang selanjutnya disingkat CDOB, adalah cara distribusi/penyaluran obat dan/atau bahan obat yang bertujuan memastikan mutu sepanjang jalur distribusi/penyaluran sesuai persyaratan dan tujuan penggunaannya. Sertifikat CDOB adalah dokumen sah yang merupakan bukti bahwa PBF telah memenuhi persyaratan CDOB dalam mendistribusikan obat atau bahan obat.

Pedagang Besar Farmasi, yang selanjutnya disingkat PBF, adalah perusahaan berbentuk badan hukum yang memiliki izin untuk pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan. PBF Cabang adalah cabang PBF yang telah memiliki pengakuan untuk melakukan pengadaan, penyimpanan, penyaluran obat dan/atau bahan obat dalam jumlah besar sesuai ketentuan peraturan perundang- undangan.

Pengaturan CDOB dalam peraturan ini, meliputi: Obat (termasuk juga obat donasi, obat uji klinis) Bahan Obat (termasuk juga baku pembanding) Pelanggaran terhadap ketentuan Pedoman Teknis CDOB dapat dikenai sanksi administratif sebagai berikut: 1. Peringatan tertulis; 2. Penghentian sementara kegiatan; dan 3. Pencabutan Sertifikat CDOB.

PRINSIP Prinsip-prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB) berlaku untuk aspek pengadaan, penyimpanan, penyaluran termasuk pengembalian obat dan/atau bahan obat dalam rantai distribusi. RUANG LINGKUP Dokumen ini menetapkan pedoman untuk distribusi obat, bahan obat dan produk biologi termasuk vaksin yang digunakan untuk manusia.

MANAJEMEN MUTU a) obat dan/atau bahan obat diperoleh, disimpan, disediakan, dikirimkan atau diekspor dengan cara yang sesuai dengan persyaratan CDOB; b) tanggung jawab manajemen ditetapkan secara jelas; c) obat dan/atau bahan obat dikirimkan ke penerima yang tepat dalam jangka waktu yang sesuai; d) kegiatan yang terkait dengan mutu dicatat pada saat kegiatan tersebut dilakukan; e) penyimpangan terhadap prosedur yang sudah ditetapkan didokumentasikan dan diselidiki; f) tindakan perbaikan dan pencegahan (CAPA) yang tepat diambil untuk memperbaiki dan mencegah terjadinya penyimpangan sesuai dengan prinsip manajemen risiko mutu.

ORGANISASI, MANAJEMEN DAN PERSONALIA Pelaksanaan dan pengelolaan sistem manajemen mutu yang baik serta distribusi obat dan/ atau bahan obat yang benar sangat bergantung pada personil yang menjalankannya. Harus ada personil yang cukup dan kompeten untuk melaksanakan semua tugas yang menjadi tanggung jawab fasilitas distribusi. Tanggung jawab masing- masing personil harus dipahami dengan jelas dan dicatat. Semua personil harus memahami prinsip CDOB dan harus menerima pelatihan dasar maupun pelatihan lanjutan yang sesuai dengan tanggung jawabnya.

BANGUNAN DAN PERALATAN Fasilitas distribusi harus memiliki bangunan dan peralatan untuk menjamin perlindungan dan distribusi obat dan/atau bahan obat.

OPERASIONAL Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat memastikan bahwa identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan distribusinya ditangani sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada kemasan. Fasilitas distribusi harus menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia untuk memastikan bahwa sumber obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal dari industri farmasi dan/atau fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai peraturan perundang-undangan untuk meminimalkan risiko obat dan/atau bahan obat palsu memasuki rantai distribusi resmi.

INSPEKSI DIRI Inspeksi diri harus dilakukan dalam rangka memantau pelaksanaan dan kepatuhan terhadap pemenuhan CDOB dan untuk bahan tindak lanjut langkah-langkah perbaikan yang diperlukan.

KELUHAN, OBAT DAN/ATAU BAHAN OBAT KEMBALIAN, DIDUGA PALSU DAN PENARIKAN KEMBALI Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat berpotensi rusak harus dikumpulkan, dikaji dan diselidiki sesuai dengan prosedur tertulis. Obat dan/atau bahan obat yang akan dijual kembali harus melalui persetujuan dari personil yang bertanggung jawab sesuai dengan kewenangannya.

Diperlukan koordinasi dari setiap instansi, industri farmasi dan fasilitas distribusi dalam menangani obat dan/atau bahan obat yang diduga palsu. Jika diperlukan, dibutuhkan suatu sistem yang komprehensif untuk menangani semua kasus, termasuk cara penarikan kembali. Harus tersedia dokumentasi untuk setiap proses penanganan keluhan termasuk pengembalian dan penarikan kembali serta dilaporkan kepada pihak yang berwenang.

TRANSPORTASI Selama proses transportasi, harus diterapkan metode transportasi yang memadai. Obat dan/atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan sesuai dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus digunakan mencakup transportasi melalui darat, laut, udara atau kombinasi di atas. Apapun model transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat dan/atau bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama transportasi yang dapat mengurangi mutu. Pendekatan berbasis risiko harus digunakan ketika merencanakan rute transportasi.

FASILITAS DISTRIBUSI BERDASAR KONTRAK Cakupan kegiatan kontrak terutama yang terkait dengan keamanan, khasiat dan mutu obat dan/atau bahan obat:  Kontrak antar fasilitas distribusi  Kontrak antara fasilitas distribusi dengan pihak penyedia jasa antara lain transportasi, pengendalian hama, pergudangan, kebersihan dan sebagainya Semua kegiatan kontrak harus tertulis antara pemberi kontrak dan penerima kontrak serta setiap kegiatan harus sesuai dengan persyaratan CDOB.

DOKUMENTASI Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem manajemen mutu. Dokumentasi tertulis harus jelas untuk mencegah kesalahan dari komunikasi lisan dan untuk memudahkan penelusuran, antara lain sejarah bets, instruksi, prosedur. Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait dengan distribusi (pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), prosedur tertulis dan dokumen lain yang terkait dengan pemastian mutu.

jenis sistem distribusi obat di rumah sakit

Sistem distribusi obat resep individu Sistem distribusi obat resep individu menyatakan bahwa obat pasien dipenuhi berdasarkan resep obat dokter untuk tiap pasien.

Keuntungan dari sistem resep individu : a. Semua resep dikaji langsung oleh apoteker yang juga dapat memberi keterangan kepada perawat berkaitan dengan obat penderita. b. Member kesempatan interaksi professional antara apoteker – dokter – perawat – penderita. c. Memungkinkan pengendalian yang lebih dekat atas perbekalan. d. Mempermudah penagihan biaya obat penderita. Kelemahan dari sistem resep individu : a. Kemungkinan keterlambatan sediaan obat sampai pada penderita b. Jumlah kebutuhan personel di IFRS meningkat c. Memerlukan jumlah perawat dan waktu yang lebih banyak untuk penyiapan obat di ruang pada waktu konsumsi obat d. Kemungkinan kesalahan obat.

Sistem distribusi obat lengkap di ruangan Dalam sistem distribusi obat lengkap di ruangan, semua obat yang dibutuhkan penderita tersedia dan ruang penyimpanan obat di ruang tersebut, kecuali obat yang jarang digunakan atau obat yang sangat mahal. Biasanya setiap 1 minggu sekali, IFRS memeriksa persediaan obat di ruangan :

Keuntungan : a. Obat yang diperlukan penderita segera tersedia b. Mengurangi pengembalian obat c. Pengurangan penyalinan kembali resep obat d. Mengurangi jumlah personel IFRS. Kelemahan : a. Kesalahan obat meningkat, karena obat tidak dikaji oleh apoteker b. Persediaan obat di unit perawat meningkat c. Pencurian obat meningkat d. Meningkatnya kerusakan obat e. Menambah modal investasi f. Meningkatkan kerugian karena kerusakan obat.

Sistem distribusi obat unit dosis Obat-obatan yang diminta, disiapkan, diberikan dan dibayar dalam bentuk satuan unit dosis, yang berisi obat dalam jumlah yang telah ditentukan untuk satu kali penggunaan. Sistem ini biasa digunakan oleh rumah sakit tipe

Keuntungan : a. Pasien membayar hanya obat yang dikonsumsi saja b. Semua dosis yang diperlukan pada unit perawat telah disiapkan oleh IFRS c. Mengurangi kesalahan obat karena ada pemeriksaan obat d. Peniadaan duplikasi order obat yang berlebihan dan pengurangan pekerjaan menulis di unit perawat dan IFRS e. Mengurangi kerugian biaya obat yang tidak dibayar oleh pasien f. Penyiapan sediaan intravena dan rekonstruksi obat oleh IFRS g. Meningkatkan penggunaan personal professional dan non professional yang lebih efisien

h. Mengurangi kehilangan pendapatan i. Menghemat ruangan di unit perawat j. Meniadakan pencurian dan pemborosan obat k. Memperluas cakupan dan pengendalian IFRS di rumah sakit secara keseluruhan sejak dari dokter menulis resep sampai penderita menerima dosis unit l. Kemasan dosis unit secara tersendiri-sendiri diberi etiket dengan nama obat, kekuatan, nomor kendali dan kemasan tetap utuh sampai obat siap dikonsumsikan pada penderita m. Sistem komunikasi pengorderan dan penghantaran obat bertambah baik

n. Apoteker dapat datang ke unit perawat/ ruang penderita, untuk melakukan konsultasi obat, o. Pengurangan biaya total kegiatan yang berkaitan dengan obat p. Peningkatan pengendalian obat dan pemantauan penggunaan obat menyeluruh q. Pengendalian yang lebih besar oleh apoteker atas pola beban kerja IFRS dan penjadwalan staf.