ALIRAN MURJI’AH, QADARIAH DAN JABARIAH PERTEMUAN KESEPULUH ALIRAN MURJI’AH, QADARIAH DAN JABARIAH
ALIRAN MURJI’AH Secara bahasa, murji’ah berarti menunda, mengembalikan, memberi harapan. Secara istilah, yaitu satu golongan manusia yang tidak mau turut campur dalam pertentangan yang terjadi waktu itu, dan mengambil sikap menyerahkan persoalan kafir atau tidaknya seseorang kepada Allah. Secara umum, kemunculan aliran murji’ah merupakan antitesa terhadap aliran khawarij, terutama dalam persoalan iman kafir.
SEJARAH DAN KONSEP AKIDAH Menurut informasi sejarah, murji’ah muncul hampir bersamaan dengan khawarij. Hal ini dapat diterima karena memang kehadiran murji’ah ini merupakan respon terhadap konsep akidah yang sangat ekstrim yang dikemukakan oleh khawarij. Karena itu sejarah perkembangannya juga sejalan seiring dengan perkembangan kjhawarij. Mulai dari masa kekhalifahan Ali sampai masa Bani Umayyah.
KONSEP AKIDAH Persoalan utama yang menjadi fokus murji’ah adalah persoalan iman dan kafir. Iman bagi mereka adalah pengakuan seseorang dalam hati dan diucapkan dengan lisan. Sedangkan amal perbuatan bukanlah bagian daripada iman. Dengan demikian, jika orang tersebut melakukan dosa besar, maka tidak akan berpengaruh terhadap imannya. Bagi mereka iman seseorang bersifat paten, tidak bertambah karena amal soleh dan tidak berkurang karena maksiat.
Pelaku dosa besar tetap dianggap mukmin, bukan kafir (sebagaimana khawarij). Mereka tidak akan kekal dalam neraka (sebagaimana khawarij). Bahkan bisa saja Allah mengampuninya sehingga tidak disiksa dalam neraka, karena rahmat Allah. Menurut mereka yang berhak menentukan kafir atau tidaknya seseorang hanyalah Allah, asal orang tersebut masih mengakui keesaan Allah (iman secara batin). Karena itulah murji’ah selalu bertanya siapa yang masih mukmin, sedangkan khawarij bertanya siapa yang sudah kafir.
PERPECAHAN ALIRAN MURJI’AH Secara umum, murji’ah pecah menjadi dua, yakni moderat dan ekstrim. Murji’ah moderat: pelaku dosa besar tidak kafir dan setelah disiksa dalam neraka sesuai dengan dosanya, akan dimasukkan ke dalam sorga. Tokohnya adalah al-Hasan bin Muhammad dan Abu Yusuf. Murji’ah ekstrim: pelaku dosa besar, bahkan orang yang menyatakan dirinya kafir secara lisan, tetap dianggap mukmin, karena iman dan kafir itu ada dalam hati, dan yang mengetahui hati manusia hanyalah Allah. Tokohnya adalah Jahm bin Safwan.
Sekte Salihiyah: dipimpin oleh Abu Hasan al-Salihi Sekte Salihiyah: dipimpin oleh Abu Hasan al-Salihi. Dia menyatakan bahwa iman adalah mengetahui adanya Tuhan, dan kafir adalah tidak tahu tentang Tuhan. Shalat bukanlah bagian dari ibadah, tetapi hanyalah tanda kepatuhan. Sedangkan ibadah itu adalah iman itu sendiri. Sekte Yunusiyah: melakukan maksiat atau perbuatan jahat lainnya tidak akan merusak iman seseorang. Sekte Khassaniyah: sesuatu yang diwajibkan atau diharamkan boleh dilanggar jika tidak diketahui secara pasti mana yang diwajibkan dan mana yang diharamkan, sehingga pelakunya tetap dianggap mukmin.
KESIMPULAN Aliran Murji’ah moderat masih dapat diterima, yang kemudian menjadi inspirasi bagi aliran Asy’ariyah. Aliran murji’ah ekstrim lebih bersifat moral latitude (merusak moral). Karena itu tidak diterima oleh masyarakat. Ada empat ciri khas aliran murji’ah: 1) menunda pemberian label kafir sampai hari kiamat, 2) tanda mukmin bagi seseorang hanyalah berkaitan dengan keyakinan dalam hati, sedangkan amal soleh tidak berpengaruh, 3) menyerahkan hukuman pelaku maksiat kepada Allah (dengan rahmat-Nya), 4) perbuatan manusia ditentukan oleh Tuhan (jabariah).