KELOMPOK 3 By: 1) Adam Wisnu W. (03) 2) Della Septa A .P (18) 3) Dian Nurlaili A. (20) 4) Heny Woro A. (35) 5) Intan Nugrohowati (36) KELOMPOK 3
ISI & SISTEMATIKA KARYAA TULIS I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Makanan merupakan sumber asupan energi bagi seluruh manusia. Manusia membutuhkan makanan yang bergizi, sehat dan bervitamin untuk memenuhi kebutuhan tubuh sebagai sumber tenaga dalam beraktivitas sehari-hari. Merebaknya produk makanan yang diawetkan dengan formalin membuat cemas masyarakat akan produk makanan tersebut. Indonesia merupakan sentra dari beberapa komoditas perkebunan. Salah satu komoditas perkebunan utama di Indonesia adalah kelapa (Cocos nucifera).
Peningkatan produksi kelapa juga menimbulkan beberapa masalah antara lain banyak sampah cangkang atau batok kelapa yang terbuang dengan sia-sia. Limbah batok kelapa adalah bahan organik pembuangan yang tidak beraturan dan limbah yang menumpuk dapat mengganggu kesehatan manusia. Tuntutan masyarakat terhadap kualitas produk makanan semakin bertambah. Makanan yang merupakan asupan energi utama pada manusia tidak lepas dari standarisasi mutu. Berbagai zat kimia ditambahkan pada makanan untuk meningkatkan kualitas pada masyarakat. Zat kimia biasa dipakai untuk pengolahan, pengemasan, dan pengemasan makanan. Zat kimia yang biasa disebut dengan Bahan Tambahan Makanan (BTM) atau food addittive tersebut memiliki berbagai fungsi pada makan yang dicampurkannya.
II. PERUMUSAN MASALAH Asap cair merupakan solusi permasalahan pengawetan makanan. Penggunaan bahan-bahan alami yang ramah lingkungan membuat asap cair mempunyai nilai lebih. Oleh karena itu permasalahan yang dapat dikaji adalah sebagai berikut: Bagaimana cara pengawetan makanan yang aman bagi tubuh? dan Bagaimana memanfaatkan limbah dari perkebunan kelapa sebagai bahan baku asap cair?
III. PEMBAHASAN Asap Cair Sebagai Bahan Pengawet Distilat asap tempurung kelapa memiliki kemampuan mengawetkan bahan makanan karena adanya senyawa asam, fenolat dan karbonil. Bahan-bahan yang dapat digunakan sebagai bahan baku asap cair antara lain kayu bakau, rasa mala, serbuk, serutan kayu jati, tempurung kelapa dan daun tembakau. Distilat asap tempurung kelapa juga bisa diaplikasikan dalam penanganan pascapanen hortikultura sebagai disinfektan dalam prosedur karantina produk ekspor. Setelah pelarangan etilen dibromida untuk proses disinfekstasi hama/penyakit oleh USDA sejak tahun 1984, satu-satunya prosedur karantina menggunakan perlakuan panas (heat treatmen). Selain itu distilat asap tempurung kelapa juga bisa diaplikasikan sebagai insektisda pada sayuran.
Distilat asap cair merupakan bahan alami dari asap tempurung kelapa yang diendapkan, diredistilasi (pemurnian) untuk menghilangkan tar dan partikel-partikel endapan. Distilat asap atau asap cair tempurung mengandung lebih dari 400 komponen dan memiliki fungsi sebagai penghambat perkembangan bakteri dan cukup aman sebagai pengawet alami. Cara memproduksi asap cair tempurung kelapa dikeringkan agar kadar airnya konsisten, kemudian dibakar dalam perapian dengan pengontrolan oksigen, waktu dan suhu. Asap kemudian dikondesikan (disublimkan) melalui suatu kondensor dengan menggunakan media air sebagai pendingin. Produk kasar ini didiamkan dalam tangki stainless steel selama kurang lebih 10 hari untuk mengendapkan komponen larut melalui distilasi multi tahap.
B. Limbah Cangkang Kelapa Sebagai Bahan Asap Cair Kelapa adalah salah satu komoditi andalan Indonesia yang perkembangannya demikian pesat. Selama ini limbah asap tersebut belum termanfaatkan kelola sehingga meresahkan masyarakat sekitar. Dengan kondisi yang semacam itu sebenarnya banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari pemanfaatan cangkang atau batok kelapa tersebut. Salah satunya apabila dilakukan pirolisis terhadap cangkang kelapa tersebut akan diperoleh rendemen berupa asap cair yang dapat digunakan sebagai biopreservatif baru pengganti preservatif kimia, arang maupun tar. Pembuatan Asap Cair dilakukan dengan cara Destilasi. Cangkang kelapa sendiri merupakan bahan organik yang memiliki kandungan utama sebagai berikut : LigninSelulosa 36,51% Selulosa 33,61% Hemiselulosa 19,27%
Senyawa-senyawa itulah yang nantinya mampumengawetkan makanan sehingga makanan itu mampu bertahan lama. Fungsi utama dari senyawa tersebut antara lain sebagai penghambat perkembangan bakteri. Penggunaan asap cair yang sesuai dosis tidak akan merubah rasa makanan yang diawetkan meskipun asap cair memiliki senyawa asam dan fenol. Meninjau hal tersebut diharapkan asap cair dapat menggantikan bahan pengawet makanan yang berbahaya bagi manusia. Selain itu adanya pengolahan asap cair diharapkan dapat menambah pendapatan petani dan industri-industri yang bersangkutan. Pembuatan asap cair juga tetap menjaga limbah pembuatannya karena masih bermanfaat.
A. Simpulan VI. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan pembahasan maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: Asap cair merupakan solusi yang baik sebagai pengganti pengawet makanan sintetik karena mengandung senyawa fenol sebesar 4,13%, karbonil 11,3% dan asam 10,2% sehingga mikro organisme sulit berkembang dan pada akhirnya makanan menjadi tahan lama. Limbah perkebunan berupa cangkang kelapa dapat digunakan sebagai bahan baku asap cair. Pembuatan dan pemakaian yang mudah merupakan nilai tambah dari penggunaan asap cair sebagai bahan pengawet makanan. Penggunaan asap cair pada makanan tidak merubah rasa, menjaga kandungan gizi, hemat, dan dapat diaplikasikan ke banyak jenis makanan.
B. Saran Pemanfaatan asap cair di masyarakat diharapkan mampu diaplikasikan sebagai pengawet makanan yang aman. Pemanfaatan limbah perkebunan kelapa sebagai bahan baku asap cair dapat menjadi sumber penghasilan bagi petani dan instansi yang terkait.
SEMOGA PRESENTASI KELOMPOK KAMI TERIMA KASIH ATAS PERHATIANNYA SEMOGA PRESENTASI KELOMPOK KAMI DAPAT BERMANFAAT BAGI KITA SEMUA