Bioanor OT 24a OrgTin Organotimah(IV) sebagai antimalaria Menurut Munoz et al. (2000) hasil uji aktivitas in vivo antimalaria dikategorikan menjadi 4 kategori ED 50 (effective dose 50%) dalam konsentrasi (mg/kg/hari), jika ED 50 < 100, obat sangat bagus (sangat kuat); jika ED 50 < bagus; ED 50 < kategori sedang, dan jika ED 50 < 500 jelek dan tidak aktif. Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 24b OrgTin Hasil yang diperoleh oleh Hansch and Verma (2009), nilai ED 50 beberapa senyawa organotimah(IV) karbosilat menghasilkan nilai ED 50 6,2 sampai 32,7 mg/kg/hari. Hasil ini menunjukkan bahwa senyawa hasil sintesis sangat baik sebagai obat antimalaria, sementara ini penelitian masih berlanjut. Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 24c OrgTin Hidrolisis Organotimah Penting dilakukan dilihat dari faktor lingkungan dan aspek kesetimbangannya yaitu untuk mengetahui keadaan senyawa-senyawa ini di dalam air. Untuk lebih memudahkan mengetahui kereaktifan dari senyawa organotimah Spesies dari organotimah(IV) (4-n)+ digolongkan sebagai Asam Lewis kekuatannya dipengaruhi oleh gugus yang terikat pada logam Sn(IV). Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 25 OrgTin Karena bersifat Asam Lewis senyawa golongan ini menunjukkan kecenderungan untuk mengalami hidrolisis. Walaupun terdapat hubungan penting dengan keadaan di lingkungan, tetapi belum banyak studi tentang senyawa organotimah(IV) terutama R 3 Sn (IV)+ di larutan air (hidrolisis), walaupun penentuan strukturnya telah dilakukan baik dalam larutan ataupun dalam keadaan padat. Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 26 OrgTin Interaksi organotimah(IV) (4-n) + dengan berbagai Ligan Biologi aktif 1. Dengan Asam Amino dan Peptida Yang banyak dipelajari asam amino golongan yang gugus N dan S dari amino atau peptidanya dilindungi. Data dengan asam amino yang lain juga dapat diperoleh. Pada pelarut air dengan pH 7, tidak banyak bukti yang bisa diperoleh adanya pembentukan senyawa Me 3 Sn(IV) + dengan asam amino glisin (Gly). Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 27 OrgTin Interaksi asam amino yang memiliki Sulfur sebagai donor, seperti L-cysteine dan turunannya (S-Me- Cys, N-ac-cys) dengan Et 2 Sn(IV) 2+ menunjukkan bahwa bioligan yang dipakai terkoordinasi melalui gugus karbosilat (O) dan thiol (S) pada kondisi asam. Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 28 OrgTin Selain struktur senyawa yang terbentuk, ada kemungkinan lain terbentuknya senyawa berikut: Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 29 OrgTin Pada keadaan padat, di- dan triorganotimah(IV)- asam amino dengan mudah terbentuk dari interaksi antara asam amino dengan organotimah(IV) oksida atau hidroksida. Dari studi spektroskopi FTIR dan Mössbauer senyawa turunan organotimah(IV) dengan glisin membentuk polimer berjembatan N. - Struktur N:-Sn terjadi karena, oksigen dari karbonil membentuk network ikatan hidrogen C=O····H-N. Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 30 OrgTin Pada kompleks dengan N-glisin yang dilindungi, terjadi polimerisasi melalui gugus karboksilat bidentat atau berikatan melalui amida. (Coba anda cari sendiri struktur yang mungkin) Selain data yang diberikan pada pertemuan sebelumnya, diperoleh data bahwa interaksi antara N-Bz-Gly dengan Me 3 Sn(IV) + dan Me 2 Sn(IV) 2+ menunjukkan aktifitas terhadap sel tumor Leukemia P-388. Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 31 OrgTin 2. Interaksi dengan Karbohidrat Senyawa organotimah(IV) secara luas telah dipakai pada sintesis karbohidrat dengan alasan utama karena kemampuan regioselektif dari senyawa timah sehingga sisa gulanya tidak bereaksi lebih lanjut. - Hadirnya gugus gula pada senyawa timah(IV) meningkatkan keaktifan biologinya. sebagai contoh D-sukrosa-Ph 3 Sn(IV) + sebagai antifouling pada cat untuk kapal laut. Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 32 OrgTin Regioselektifitas dari gugus alkohol pada gula terhadap senyawa diorganotimah(IV) disebabkan karena kemampuan sistem gula untuk membentuk ikatan tambahan pada O dengan bentuk ikatan O: Sn. Sehingga 2 gugus OH yang berdekatan pada posisi cis-(axial, equitorial) merupakan yang paling reaktif. - Satu gugus OH pada posisi cis-(axial) juga reaktif, dan dua OH trans-(equatorial, equitorial) yang paling tidak reaktif kondisi kereaktifan ini juga dipengaruhi oleh kondisi reaksi. Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 33 OrgTin Senyawa karbohidratorganotimah(IV) sangat mudah dikarakterisasi terutama dengan analisis multinuclear NMR ( 119 Sn, 1 H dan 13 C). Senyawa golongan ini ditemukan dalam bentuk dimer atau oligomer dengan atom Sn sebagai pusat berkoordinasi 5 atau 6. Contoh karakteristik serapan 119 Sn terdapat pada Tabel 1 berikut ini: Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 34 OrgTin Senyawa Organotimah(Cont’d) Tabel Sn senyawa organotimah(IV), Bu 2 Sn(IV) 2+ karboksilat Pelarut Struktur Pergeseran Kimia (ppm) Chloroform dimer -126,8 Chloroform trimer -126,8, -283,0 Chloroform tetramer -131,4, -266,0 Padat polimer -231,0 Data terbaru senyawa R 2 Sn(IV) 2+ karboksilat telah ditemukan aktif sebagai antitumor dan jauh Lebih aktif dari 3 obat standar pada pengobatan kanker Tabel 1. Beberapa Serapan Karakteristik 119 Sn NMR
Bioanor OT 35 OrgTin 3. Interaksi dengan Asam Karboksilat dan turunannya Interaksi antara senyawa organotimah(IV) dengan berbagai asam karboksilat telah banyak diteliti. Uji bioaktifitas masih terus berlangsung pengujian baik sebagai antifungi, antibakteri, antikanker/ antitumor. - Saat ini sebagai bahan awal yang dipakai adalah diorganotimah (R 2 Sn(IV) 2+ ) dan triorganotimah(IV) (R 3 Sn(IV) + ) Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 36 OrgTin Reaksi dapat dilakukan dengan cara mengubah bahan awal yang berupa R 2 SnCl 2 menjadi R 2 SnO dengan cara penambahan NaOH dengan hasil yang cukup memuaskan baru direaksikan dengan asam karboksilat dengan perbandingan 1:2 untuk ligan alkil, sedangkan ligan aril/fenil dan turunannya, bahan awal diubah menjadi hidroksidanya. Atau dengan cara mengubah asam karboksilat sebagai garam perak dengan cara mereaksikannya dengan perak nitrat sehingga terbentuk Ag(RCOO - ) dan mereaksikannyadengan R 2 SnCl 2. Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 37 OrgTin Senyawa R 2 Sn(RCOO) 2 dengan mudah dilakukan karakterisasi. dengan FTIR mengasilkan beberapa serapan yang sangat spesifik seperti terdapat pada Tabel 2 berikut ini: Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 38 OrgTin Senyawa Organotimah(Cont’d) SenyawaV(Sn – Cl)V(Sn – O) V(C=O)V(CO 2 )V(Sn-O-C)Sn - BuButyl s , 595.3s 2956 – 2861s s , 595.3s 2947 – 2860s 3a--1687w1589s1079w562w2956 – 2865s Tabel 2. Serapan IR Karakteristik Organotimah(IV)
Bioanor OT 39 OrgTin Dengan 119 Sn NMR sangat berguna, dengan memberikan pergeseran kimia yang sangat spesifik yaitu berkisar antara -100 -300 ppm. 119 Sn NMR senyawa Organotimah(IV) PARAMETER 119 Sn NMR SANGAT BERGUNA UNTUK MENENTUKAN BENTUK STRUKTUR DAN KOORFINASI DARI SENYAWA ORGANOTIMAH(IV) YANG TERBENTUK HAL INI KARENA MASING-MASING KOORDINASI MEMBERIKAN SPEKTRUM SERAPAN YANG SPESIFIK Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT 40 OrgTin PADA SENYAWA AKLILTIMAH(IV) KARBOKSILAT NILAI YANG BIASANYA DITERIMA ADALAH SEPERTI TERDAPAT PADA TABEL 3 di bawah ini. NILAI PERGESERAN KIMIA MEMBERIKAN GAMBARAN STRUKTUR SEPERTI CONTOH YANG TERDAPAT PADA TABEL 1 DI ATAS. Senyawa Organotimah(Cont’d)
Bioanor OT41 OrgTin Senyawa Organotimah(Cont’d) STRUKTUR ORGANOTIMAH(IV) KARBOKSILAT RENTANG PEGESERAN KIMIA Koordinasi – (- 60) PPM Koordinasi – (-190) ppm Koordinasi – (-400) ppm Tabel 3. Perbedaan Serapan dari Tiap Bentuk Koordinasi Organotimah(IV) Karboksilat