PROGRAN STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
TUJUAN PENGEMBANGAN MANUSIA Pengembangan Manusia Melalui Peningkatan Kualitas Peningkatan Pilihan Hidup  Karir  Pengaruh  Penghasilan  Prestise 
Advertisements

UNDANG–UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
 Dedi saputra: wi fajar S:  Inna fathul F:  Tri wahyu N:  Utari tri U:
BAHAN KULIAH DDP 2010/ PERMASALAHAN PENDIDIKAN.
Strategi pemerataan prinsip keadilan sosial di Indonesia
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Dasim Budimansyah, M.Si.
BAB VII PERMASALAHAN PENDIDIKAN
PENGELOLAAN KURIKULUM
Komponen-Komponen Pendidikan
PERMASALAHAN PENDIDIKAN DAN SOLUSINYA                       MAKALAH KELOMPOK Disusun sebagai syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Pengantar Pendidikan”
SEMINAR SAP DAN GBPP PHP-PTS INSTITUT MANAJEMEN KOPERASI INDONESIA
MANAJEMEN PELAKSANAAN KBK
PENGEMBANGAN KURIKULUM PAUD
PENERIMAAN DIRI REMAJA PENYANDANG TUNADAKSA
(2)KARAKTERISTIK IPS SD
Namo Buddhaya.
KURIKULUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA.
Biro Administrasi Kesra dan Kemasyarakatan Setda DIY
PEDOMAN UMUM PENERIMAAN PESERTA DIDIK BARU TAHUN PELAJARAN 2017/2018
PERENCANAAN KURIKULUM
Kurikulum Berbasis Kompetensi
Masalah-masalah dalam belajar
PERENCANAAN PENGAJARAN BAHASA INDONESIA
PAPARAN CALON KEPALA SEKOLAH
Namo Buddhaya.
Standar Proses Pendidikan
Pelaksanaan Pendidikan Berdasarkan UUSPN 20 Tahun2003
POKOK PEMBAHASAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
KESUKARAN BELAJAR PART III
STANDAR PENDIDIK DAN TENAGA KEPENDIDIKAN (PTK)
Pengelolaan Pendidikan: Manajemen Kurikulum
PERTEMUAN 4 HARLINDA SYOFYAN, S.Si., M.Pd
Manajemen Pendidikan BAB 9 Manajemen Sekolah
Kondisi Belajar dan Masalah Belajar
PENGANTAR PENGEMBANGAN PROFESI
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
TES PENCAPAIAN PRESTASI TERSTANDARDISASI
BIMBINGAN KONSELING.
“Upaya-Upaya Penanggulangan Masalah Pendidikan”
MEDIA PEMBELAJARAN By: Durinda Puspasari.
Dasar – Dasar Ilmu Pendidikan
UNDANG–UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.
UNDANG–UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
KURIKULUM Pengertian Kurikulum 1. Kurikulum sebagai rencana belajar.
Penyusunan Peraturan Akademik SMA
RELEVANSI PENDIDIKAN Nurhafifah Siregar
TANTANGAN PENDIDIKAN, & SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Faktor yang Mempengaruhi Berkembangnya Permasalahan Pendidikan
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
PERENCANAAN KURIKULUM
Undang Undang Sisdiknas no. 20 Tahun 2003
Kementerian Pendidikan Nasional 2012
HAKIKAT BELAJAR & PEMBELAJARAN
“ INOVASI PENDIDIKAN” KELOMPOK 8 Anggota :
LANDAS AN PSIKOLOGIS DALAM PENGEM BANGAN KURIKULUM
LANDASAN PSIKOLOGIS PENGEMBANGAN KURIKULUM DOSEN : Dr. HASMI M.Pd
PEDOMAN PEMINATAN PESERTA DIDIK SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
GANGGUAN BELAJAR Kemampuan membaca, berhitung atau menulis jauh (2 SD) di bawah: Kemampuan rata-rata anak seusianya Kelayakan berdasarkan tingkat pendidikan.
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
BIRO HUKUM DAN ORGANISASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Peranan Kepala Sekolah dalam Pelaksanaan Bimbingan Konseling (BK)
Model-Model Pembelajaran di Sekolah Kecil Oleh: Dr. Reddy Siram, M.Pd.
SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL
Sosialisasi KTSP Departemen Pendidikan Nasional Sosialisasi KTSP UNDANG–UNDANG NO. 20 TH.2003 Tentang SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL.
Transcript presentasi:

PROGRAN STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR   MAKALAH KELOMPOK Disusun sebagai syarat untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah “Pengantar Pendidikan” (Dosen : Tri Yuliansah Bintaro,S.Pd) Disusun oleh : Kelas : 1/F Kelompok 6 Riski Rahmawati 1201100252 Ardi Nurrosid S.A 1201100256 Moh Arri Huzzaka 1201100255 Linda Riana Sari 1201100267 Ragil Sugiarti 1201100276 PROGRAN STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO 2012

Menurut Barry F. Anderson (1989:1) dan Roger Kaufman (1087:11) masalah adalah kesenjangan antara apa yang senyatanya terjadi dengan apa yang seharusnya terjadi.

Secara makro masalah pendidikan dapat di identifikasikan yaitu : Masalah Pemerataan Pendidikan Masalah Relevensi Pendidikan Masalah Kualitas Pendidikan Masalah Efisiensi Pendidikan Masalah Nilai Nasionalisme,Humanisme, dan TheistisReligius Masalah Pembelajaran

1. Masalah Pemerataan Pendidikan Masalah pemerataan pendidikan timbul apabila masih banyak warga negara khususnya anak usia sekolah yang tidak dapat ditampung didalam sistem atau lembaga pendidikan karena kurangnya fasilitas pendidikan yang tersedia,yang meliputi : Pemerataan kesempatan, berarti setiap warga memiliki kesempatan yang sama untuk memperoleh pendidikan Aksesibilitas, berarti setiap orang tanpa memandang asal usulnya memiliki akses (kesempata masuk) yang sama kedalam pendidikan pada semua jenis, jenjang, maupun jalur pendidikan. Keadilan, berarti perbedaan perilaku pada peserta didik sesuai dengan kondisi internal dan eksternal. Masalah pemerataan memperoleh pendidikan dipandang penting sebab jika anak-anak usia sekolah memperoleh kesempatan belajar pada SD, maka mereka memiliki bekal dasar berupa kemampuan membaca, menulis dan berhitung, sehingga mereka dapat mengikuti perkembangan kemajuan melalui berbagai media massa dan sumber belajar yang tersedia baik mereka itu nantinya berperan sebagai produsen maupun konsumen. Dengan demikian mereka tidak terbelakang dan menjadi penghambat derap pembangunan.

2. Masalah Relevensi Pendidikan yaitu begayut dengan kebutuhan, kebutuhan yang dimaksud adalah berkaitan dengan kebutuhan peserta didik, keluarga, dan pembangunan yang mencangkup berbagai sektor dan sub sector. Masalah relevansi pendidikan mencakup sejauh mana sistem pendidikan dapat menghasilkan lulusan yang sesuai dengan kebutuhan pembangunan.Luaran pendidikan diharapkan dapat mengisi semua sektor pembangunan yang beranekaragam. Seperti sektor produksi, jasa, dll baik dari segi jumlah maupun kualitas. Sektor pembangunan baik yang aktual (yang tersedia) maupun yang potensial yang memenuhi kriteria yang dipersyaratkan oleh lapangan kerja, maka relevansi pendidikan pendidikan dianggap tinggi.Umumnya luaran yang diproduksi oleh sistem pendidikan (lembaga yang menyiapkan tenaga kerja) jumlahnya secara komulatif lebih besar daripada yang dibutuhkan dilapangan. Sebalikya ada jenis-jenis tenaga kerja yang dibutuhkan dilapangan kurang diproduksi /bahkan tidak diproduksi.

3.Masalah Kualitas Pendidikan Berarti menunjuk pada proses dan produk pendidikan. Di tinjau dari proses, pendidikan dikatakan berkualitas apabila proses belajar mengajar berlangsung secara efektif, dan peserta didik mengalami proses belajar yang lebih bermakna. Dan ada tiga indicator untuk menilai kualitas produk pendidikan, yaitu : Peserta didik mampu menunjukkan hasil belajar akademik yang ditunjukkan dalam prestasi belajar. Hasil pendidikan sesuai dengan kebutuhan peserta didik Hasil pendidikan relevan dengan tuntutan lingkungan, terutama dunia kerja. Jika terjadi belajar yang tidak optimal menghasilkan skor hasil ujian yang baik, maka hampir dapat dipastikan bahwa hasil belajar tersebut adalah semu. Ini berarti bahwa pokok permasalahan kualitas pendidikan lebih terletak pada masalah pemrosesan pendidikan. Selanjutnya kelancaran pemrosesan pendidikan ditunjang oleh komponen pendidik yang terdiri dari peserta didik. Tenaga kependidikan, kurikulum, sarana pembelajaran bahkan juga masyarakat sekitar. Seberapa besar dukungan tersebut diberikan oleh komponen pendidikan, sangat tergantung pada kualitas komponen dan kerja samanya serta mobilitas komponen yang mengarah pada pencapaian tujuan.

4. Masalah Efisiensi Pendidikan yaitu upaya pendidikan disebut efisiensi apabila hasil yang dicapai bersifat maksimal dengan menggunakan biaya yang wajar. Masalah efisiensi pendidikan mempersoalkan bagaimana suatu sistem pendidikan mendayagunakan sumber daya yang ada untuk mencapai tujuan pendidikan. Jika penggunaannya hemat dan tepat sasaran dikatakan efisiensinya tinggi. Jika terjadi yang sebaliknya maka efisiensinya rendah. Beberapa masalah efisiensi pendidikan yang penting adalah : Bagaimana tenaga kependidikan difungsikan Bagaimana prasarana dan sarana pendidikan digunakan Bagaimana pendidikan diselenggarakan Masalah efisiensi dalam memfungsikan tenaga

5.Masalah Nilai Nasionalisme,Humanisme, dan TheistisReligius Menurut Wilds dan Lotttich,Pendidikan harus diartikan sebagai tujuan untuk menenmkan nilai-nilai kebijakan warga negara,dan bukan nilai kebijakan yang tradisional dan moral kemanusiaan.Para pemikir- pemikir ini mempercaya bahwa pengajaran adalah masalah sipil kewargaan negaraan yang bertujuan untuk mengembangkan jiwa-jiwa nasionalisme,hak dan kewajiban warga negara harus diletarikan,dan kemampuan mengabdi pada negara dalam lembaga-lembaga yang demokratis. Tentang masalah nilai-nilai pendidikan ini,Butts menyatakan bahwa tradisi mendasar barat dan ethos liberalisme,humanitarianisme,serta kebebasan berfikir telah ditentang dengan ethos titani,teror,dan perkosaan penalaran maupun kejasmanian.

6.Masalah Pembelajaran permasalahan belajar yang ditinjau dari segi akademis, gangguan simbolik dan ganguan nonsimbolik.Sebagai contoh, sering kita dengar kecemasan seorang anak pada saat menempuh ujian. Tuti sangat cemas dan takut apabila ujiannya gagal. Keberhasilan dan kegagalan seorang anak belajar di SD sangat erat terkait dengan tingkat kemampuan anak. Ada tiga jenis kesulitan belajar yang seringkali ditemui dalam perkembangan seorang anak.

Kesulitan belajar akademis. Kesulitan belajar akademis siswa sekolah dasar sering dinamakan kesulitan “CALISTUNG” (membaca, menulis, berhitung). Kesulitan membaca dapat disebabkan karena gangguan pertumbuhan psikologisdan juga hambatan didaktik-metodik. Acapkali anak SD mengenal bunyi huruf, tetapi mereka kesulitan membacanya apabila huruf itu dirangkaikan menjadi kata. Disamping itu, anak SD juga mengalami ketidakmampuan membaca yang disebabkan karena faktor-faktor psikologis (gagap). Anak merasa malu ditertawakan teman-temannya, sehingga terjadi kesulitan pada saat membaca. Gangguan dalam membaca karena anak kehilangan kemampuan membaca disebut aphasia. Ketidakmampuannya untuk membaca karena gangguan fungsi saraf (neurologisnya rusak) disebut dyslexsia.

Kesulitan menulis dapat disebabkan karena kemampuan psikomotor kurang terlatih. Ketidakmampuan motorik melakukan encoding atau menyandikan lambang atau bentuk-bentuk huruf tertentu, menyebabkan anak mengalami ketidakmampuan untuk menulis. Seorang anak SD yang tulisannya buruk, sulit untuk dibaca dan tidak rapi akibat ganguan syaraf disebut Disgraphia. Gerakan yang berlebih dan tidak normal misalnya menghentak-hentakan kaki, bergoyang–goyang terus, berkedip-kedip menggaruk-garuk kepala secara tidak teratur disebut hyperkenesis.

Kesulitan berhitung anak SD berkaitan dengan penerapan konsep-konsep kuantitatif. Mungkin ia pandai menyebutkan lambang-lambang bilangan. Tetapi, mereka kesulitan kalau lambing- lambang bilangan itu diterapkan dalam konteks penjumlahan, perkalian, pengurangan dan pembagian. Kesulitan untuk mengerjakan bilangan pada saat berhitung disebut discalculia.

Kesullitan belajar yang lain dapat disebabkan karena gangguan simbolik antara lain siswa itu mampu mendengar, tetapi tidak mengerti apa yang didengar. Ia juga mampu mengaitkan objek yang dilihat, namun mengalami gangguan pengamatan (visual reseptive). Anak juga mengalami gangguan gerak-gerik (motoraphasia). Siswa yang seperti ini sulit untuk dapat memahami suatu objek sekali pun ia memiliki pendengaran yang normal.

Gagguan nonsimbolik adalah ketidakmampuan anak memahami isi pelajaran karena ia mengalami kesulitan untuk mengenal kembali apa yang telah dipelajarinya pada pelajaran sebelumnya. Ketidakmampuan pengamatan akan menimbulkan gangguan keliru karena ia tidak mampu memanipulasi benda walaupun indra motornya normal. Kesulitan belajar yang telah dipaparkan tersebut sangat berdampak pada proses belajar. Namun, ada pula siswa SD yang karena proses kelahiran atau musibah mengalami cidera otak, sehingga siswa itu tidak mampu untuk belajar. Ketidakmampuan untuk melakukan tugas-tugas tertentu yang tidak dapat dilakukan anak-anak yang sebaya seperti: mandi sendiri, sikat gigi, menulis, membaca disebut learning disability. Anak yang mengalami kerusakan saraf yang berat disebut learning disorder. Anak yang mempunyai kecerdasan diatas rata-rata, namun prestasi akademiknya rendah disebut underachiever. Sedangkan anak yang lamban belajar dan tidak mampu menyelesaikan pekerjaannya dengan tepat serta waktu belajarnya lebih lama dibandingkan rata-rata anak seusianya disebut slow learner.

Solusi Dalam Permasalahan Pendidikan Solusi Pemerataan Kesempatan Solusi Relevansi Pendidikan Solusi Kualitas Pendidikan Solusi Efisiensi Pendidikan Solusi masalah nilai-nilai

1.Solusi Pemerataan Kesempatan. Pemecahan masalah pemerataan pendidikan.Banyak macam pemecahan masalah yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan pemerataan pendidikan dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Langkah-langkah ditempuh melalui cara kon vensional dan cara inovatif. Cara konvensional antara lain : Membangun gedung sekolah seperti SD inpres dan ruangan belajar Menggunakan gedung sekolah untuk double shift (sistem bergantian pagi dan sore) Sehubungan dengan itu yang perlu di galakan utamanya untuk pendidikan dasar ialah membangkitkan kemauan belajar bagi masyarakat atau keluarga yang kurang mampu agar mau menyekolahklan anaknya.

Cara Inovatif antara lain : Sistem pamong (pendidikan oleh masyarakat, orang tua dan guru) atau inpacts system (Instructional management by parent, community and teacher).sistem tersebut dirintis di Solo dan diseminasikan ke beberapa provinsi. SD kecil pada daerah terpencil. Sistem guru kunjung. SMP Terbuka (ISOSA – In school out of school approach). Kejar paket A dan B. Belajar jarak jauh seperti UT. Pelaksanaan wajib belajar 9 tahun melalui jalur sekolah dan luar sekolah. Peningkatan perhatian kepada populasi khusus (anak dari daerah terpencil, kurang berunung, cacat dan berkemampuan luar biasa). Perluasan investasi untuk infrastruktur dan tenaga kependidikan.

2.Solusi Relevansi Pendidikan Umumnya luaran yang diproduksi oleh sistem pendidikan (lembaga yang menyiapkan tenaga kerja) jumlahnya secara komulatif lebih besar daripada yang dibutuhkan dilapangan. Sebalikya ada jenis-jenis tenaga kerja yang dibutuhkan dilapangan kurang diproduksi /bahkan tidak diproduksi.Dari masalah diatas pemecahannya adalah hasil pendidikan harus sesuai dengan kebutuhan masyarkat dan pembangunan,diantarnya: Pemenuhan kebutuhan individu peserta didik dan tenaga kerja melalui “coop erative education/dua system”. Penguatan program pendidikan kejuruan menengah dan tinggi. Penguatan pendidikan ketrampilan sebagai bagian integral dari kurikulum SLTP. Peningkatan program ketrampilan diluar sekolah melalui kejar paketB dan pemanfaatan BLK/KLK bekerjasama dengan Depnaker. Penguatan program pendidikanprofesional di perguruan tinggi (Diploma dan poltiteknik).

3.Solusi Kualitas Pendidikan Upaya pemecahan masalah mutu pendidikan dalam garis besarnya meliputi hal-hal yang bersifat fisik dan perangkat lunak, personalia dan management sebagai berikut : Seleksi yang lebih rasional terhadap pasukan mentah, khususnya untuk SLTA dan PT. Pengembangan kemampuan tenaga kependidikan melalui studi lanjut misalnya berupa pelatihan, penataran, seminar, kegiatan-kegiatan kelompok studi seperti PKG dll. Penyempurnaan kurikulum, misalnya dengan memberi yang lebih esensial dan mengandung muatan lokal, metode yang menantang dan menggairahkan belajar dan melaksanakan evaluasi yang beracuan PAP. Pengembangan prasarana yang menciptakan lingkungan yang tentram untuk belajar. Penyempurnaan sarana belajar seperti buku paket, media pembelajaran, dan peralatan laboratorium. Peningkatan administrasi management khususnya yang mengenai anggaran.

4.Solusi Efisiensi Pendidikan Pemecahan masalah : Tenaga kependidikan khususnya guru dipersiapkan juga untuk pendidikan berwirausaha Dibangunnya unit baru yang disebut PSB (Pusat Sumber Belajar) Pada perguruan tinggi sebelum tahun 19980, unit tersebut dirancang untuk membantu meningkatkan pendidikan tenaga pendidikan. Pemrosesan pendidikan sesuai rancangan dan tujuan yang ditulis dalam rancangan. Meninkatkan koordinasi, intergrasi , sinkronisasi (KIS) di dalam Depdikbud dan antara Depdikbutdengan departemen yang lain dan para users. Peningkatan profesionalisme meliputi keahlian, cost effectivess, dan penggunaan secara efektif seluruh sumberdaya pendidikan. Dan lain-lain.

5.Solusi masalah nilai-nilai Cara bagaimana merumuskan nilai-nilai pendidikan atau isi moral pendidikan dan yang akan merupakan pedoman,kriteria atas dasar mana kita akan mengadakan penilain terhadap kegiatan pendidikan dan pengajaran kita.Suatu sistem nilai atau ethos yang mendasari tingkah laku perbuatan manusia baik sebagai makhluk individu,makhluk anggota masyarakat sampai tugas tanggung jawabnya,sebagai warganegara tinggi rendahnya moral kesusilaan individu dan masyarakat ditentukan oleh tingkat terapan . Sekolah harus berusaha dengan segala daya upaya untuk mengembangkan dalam setiap murid lima cinta yang terdiri atas cinta pada tanah air,rakyat,masyarakat,kerja,ilmu pengetahuan dan memilik bersama.Jelas dalam rumusan sistem nilai diatas tidak mengakui segala suatu yang ada kaitanya dengan kebebasan pribadi dan hak milik pribadi,apalagi dengan masalah agama,moral maupun bakat,minat yang erat hubunganya dengan masalah hak-hak asasi manusia yang bermatabat dengan manusia.