Silvana Beby Kwaitota 832014006 TEORI TES KLASIK
Teori tentang tes menyajikan sejenis kerangka umum untuk menjelaskan kaitan antara variabel-variabel yang teramati dalam praktik pengetesan dengan variabel-variabel yang tidak teramati Salah satu masalah utama dalam praktik pengukuran psikologis yang harus ditangani dengan menggunakan teori tentang tes adalah measurement errors atau kesalahan pengukuran
mengestimasikan abilitas testi dan cara meminimalkan sumbangan kesalahan pengukuran itu sendiri T eori tes yang baik mempengaruhi korelasi antar variabel memengaruhi skor murni dan skor abilitas
Model Tes Klasik tes score atau skor tampak dan diberi lambang X Teori tes klasik menjelaskan skor tes dengan mengajukan tiga macam konsep true score atau skor murni dan diberi lambang T error score atau skor kesalahan yang diberi lambang E
Model tes klasik adalah sebuah model linear sederhana yang mempostulasikan bahwa observable test score atau skor tampak (X) yang dicapai seorang testi dalam sebuah tes dapat diuraikan ke dalam dua latent variables atau variabel laten atau variabel yang tak teramati, yaitu skor murni (T) dan skor kesalahan (E) X = T + E
Dalam praktik administrasi tes, informasi yang dimiliki hanyalah tentang skor tampak X, yaitu skor total masing-masing testi dalam suatu tes, sedangkan dua unsur lainnya tidak diketahui karena bersifat laten Kepentingan utama kita adalah mengetahui dua unsur tersebut, yaitu besar skor murni dan skor kesalahan Namun karena dua unsur laten tersebut tidak diketahui, maka rumus X = T + E tidak mungkin diselesaikan dan tidak bisa menentukan kualitas dalam arti ketepatan hasil pengukuran yang diperoleh
Asumsi keenam dan ketujuh adalah tentang bentuk paralel tes Beberapa Asumsi Asumsi pertama sampai dengan asumsi kelima pada hakikatnya adalah definisi model tes klasik tentang error of measurement atau kesalahan pengukuran Asumsi keenam dan ketujuh adalah tentang bentuk paralel tes
X = T + E Skor tampak berupa skor total yang dicapai seorang testi dl suatu tes adalah hasil penjumlahan dari dua bagian atau komponen, yaitu skor murni dan skor kesalahan atau kesalahan pengukuran ɛ(X) = T Expected value atau nilai yang diharapkan, yaitu mean populasi, dari X adalah T ET = 0 Skor-skor kesalahan E dan skor-skor murni T yang dicapai oleh suatu populasi testi pada sebuah tes yang tidak saling berkorelasi E1E2 = 0 E1 adalah skor kesalahan pada Tes 1, sedangkan E2 adalah skor kesalahan pada Tes 2 E1T2 = 0 E1 adalah skor kesalahan pada Tes 1, sedangkan T2 adalah skor murni pada Tes 2
Tes-tes yang paralel Jika dua tes menghasilkan skor-skor tampak X dan X’ dan skor-skor tampak tersebut memnuhi asumsi 1 sampai dengan asumsi 5, dan jika untuk semua populasi testi, skor-skor murni T=T’ sedangkan varians kesalahan E2=E’2 maka kedua tes tersebut disebut tes-tes yang paralel Tes-tes dengan yang esensial ekuivalen Jika dua tes menghasilkan skor-skor tampak X1 dan X2 dan skor-skor tampak tersebut memenuhi asumsi 1 sampai 5, dan jika untuk semua populasi testi T1 = T 2+C12 di mana C12 berupa sqt bilangan konstan, maka tes-tes itu disebut essentially -equivalent tests atau tes-tes dengan yang secara esensial ekuivalen atau setara. adalah lambang skor murni T dalam populasi
Karakteristik model tes klasik Berbagai model tes dalam teori tes klasik pada dasarnya dikembangkan pada aras atau tataran skor (total) tes atau test based atau berbasis tes Kekurangan atau kelemahan pertama dan utama dari teori dan model tes klasik ini adalah sifatnya yang tergantung pada sampel (sample dependent) maupun pada tesnya (test dependent) sehingga mengurangi daya gunanya Kelebihan utama teori dan model-mode tes klasik adalah bahwa teori ini beserta aneka model turunannya didasarkan pada asumsi-asumsi yang relatif lemah atau longgar sehingga mudah dipenuhi oleh data tes yang lazim diperoleh
Salah satu cara mengestimasikan besarnya skor kesalahan E adalah dengan menghitung apa yang disebut standard error of measurement (SEM) atau kesalahan pengukuran baku X = SD skor total tes XX’ = estimasi koefisien reliabilitas