2. kemotaktik menarik fagosit ke lokasi infeksi

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
Respon imun terhadap infeksi penyakit
Advertisements

MEKANISME TRANSPOR ZAT MELALUI MEMBRAN
Sistem Imun (Antibodi)
IMUNOLOGI DASAR DAN IMPLIKASI KLINIS
Matrissya Hermita Biopsikologi UG
RADANG = INFLAMASI HERU SWN.
Imunitas Humoral.
Radang Burhannudin Ichsan.
RESPON TUBUH TERHADAP CEDERA
FAGOSITOSIS Istilah fagositosis (memakan / mencaplok) :
IMMUNOLOGI Antigen.
ERYATI DARWIN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
Sistem Pertahanan Tubuh
Sistem Pertahanan Tubuh
ERNAWATI-SITH DEBBIE S. RETNONINGRUM- SF INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG
RESPON IMUN SEL IMUNOKOMPETEN.
Respon Imun Nonspesifik
Fisiologi dan mekanisme respon imun adaptif
SANTI KARTIKASARI,dr SISTEM IMUNITAS.
RESPONS IMUN ALAMIAH ADAPTIF HUMORAL SELULAR HUMORAL SELULAR KOMPLEMEN
Annisa Rizki Damayanti
LEUKOSIT Disusun oleh : Tita Izatul Mubarokah (20/XI MIA 1)
SISTEM IMUN.
Fagositosis Inflamasi Sel-sel yang berperan dalam respon imun
Sistem Pertahanan Tubuh
SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Sistem Kekebalan Tubuh
PENGANTAR FISIOLOGI MANUSIA
SISTEM IMUNOLOGI BY. WINDA ELSA
TUGAS BIOLOGI DASAR MANUSIA ELMA SURYANI PANE NIM :151362
Sistem Komplemen Kelompok 2 Ali Budhi Kusuma
Imunologi DISUSUN OLEH: MILA ASTASIA TINGKAT: 1A.
Pengantar Biopsikologi – KUL VII
RESPON IMUN ALAMI (NON SPESIFIK)
“(SISTEM PERTAHANAN TUBUH)”
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL. PERTEMUAN 3
BIOLOGI DASAR MANUSIA IMUNOLOGI DAN SISTEM ORGAN LIMFATIK
SISTEM PEREDARAN DARAH
Lisa Andina, S.Farm, Apt. RESPON IMUN SPESIFIK.
KONSEP DASAR IMUNOLOGI
Penangkapan dan presentasi antigen ke limfosit
HIPERSENSITIFITAS Lisa Andina, S.farm, Apt..
LEUKOSIT (Sel Darah Putih) Disusun Oleh : ANNISA RIZQI DAMYANTI
Imunologi Oleh: Irene Katrin 1A AKBID ALIFAH PADANG.
KOMPLEMEN.
HIPERSENSITIVITAS TYPE III
Senjata Cerdas Manusia : “ANTIBODY”
Materi Ajar Sistem Kekebalan
NILAI PCV DAN DIFERENSIAL LEUKOSIT KELINCI YANG DIINDUKSI PROTEIN B SPESIFIK DARI SAPI BUNTING Bogor, 8-9 Agustus 2017.
OLEH : MILDA RAHMANA ARISKA SESI A DOSEN PENGAMPUH;
Sistem Kekebalan Tubuh
BAB 11 Sistem Imun.
BAB 11 SISTEM IMUN.
Sitokin Dr.Henny Saraswati, S.Si, M,Biomed.
DASAR IMUNOLOGI 11 JANUARI 2018.
Kemampuan Patogen Menghindari Respon Imun
Respon Imun Non Spesifik (Respon Imun Innate)
BAB 10 SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Resistensi mikroorganisme dan penanganannya
Sistem Kekebalan Pada Manusia.
Organ Limfoid & Sel-sel Imun yang berperan
ADAPTASI A. Pengertian Sistem Kekebalan Tubuh Sistem kekebalan tubuh atau sistem imun adalah sistem perlindungan dari pengaruh luar biologis yang dilakukan.
 Imunologi: Ilmu yang mempelajari sistim imunitas tubuh  Sistim imunitas : mekanisme pertahanan tubuh terhadap foreign antigen.
BAB 4 SISTEM PEREDARAN DARAH By : Anna Laura Silaban, S.Si.
Wahyu Siswandari Bagian Patologi Klinik PPD UNSOED
ANTIGEN. Antigen merupakan suatu substansi yang bila memasuki tubuh mampu merangsang sistem imunologik untuk menghasilkan respon imunitas terhadap substansi.
KELOMPOK 3 DOSEN PEMBIMBING SISTEM IMUN NON SPESIFIK DAN PERADANGAN TUGAS IMUNOBIOLOGI SUWARNY, S.Si, M.Si.
IMMUNOLOGY ALLERGIC AND AUTOIMMUNE RESPONSES OF FISH Nn. K. D. Rahalus, S.Pd, M.Si.
“Imunologi dan Sistem Imunitas” KELOMPOK III Dedi Yanto B. A Andi NadilaA Dwi Surya NigrumA HasnaA RahmayantiA
BAB 11 SISTEM PERTAHANAN TUBUH
Transcript presentasi:

2. kemotaktik menarik fagosit ke lokasi infeksi C5a juga berfungsi sebagai kemoatraktan untuk fagosit. Fagosit akan bergerak menuju peningkatan konsentrasi C5a dan kemudian menempel, melalui reseptor CR1 mereka ke molekul C3b yang menempel pada antigen

Mekanisme C3b dan C4b pada tingkat lebih rendah dapat berfungsi sebagai opsonin yaitu mereka dapat menempelkan antigen fagosit. Salah satu bagian dari C3b yang mengikat protein dan polisakarida pada permukaan mikroba, sebagian lainnya menempel pada reseptor pada fagosit CR1, limfosit B, dan sel dendritik untuk peningkatan fagositosis. Sebenarnya molekul C3b dapat mengikat cukup banyak protein atau polisakarida. Sel manusia menghasilkan Faktor H yang mengikat C3b dan memungkinkan Faktor I untuk men-nonaktifkan C3b tersebut. Di sisi lain, zat-zat seperti LPS pada sel bakteri memfasilitasi pengikatan faktor B untuk C3b dan ini melindungi C3b dari inaktivasi oleh Faktor I. Dengan cara ini, C3b tidak berinteraksi dengan sel-sel kita sendiri tetapi mampu berinteraksi dengan mikroba sel. C3a dan C5a meningkatkan ekspresi reseptor C3b pada fagosit dan meningkatkan aktivitas metabolismenya.

Mekanisme no 1 C3a, C4a dan C5a disebut anafilatoksin oleh karena dapat memacu sel mast dan sel basofil untuk melepaskan mediator kimia yang dapat meningkatkan permeabilitas dan kontraksi otot polos vaskular. Reseptor C3a dan C4a terdapat pada permukaan sel mast, sel basofil, otot polos dan limfosit. Reseptor C5a terdapat pada permukaan sel mast, basofil, netrofil, monosit, makrofag, dan sel endotelium. Anafilatoksin adalah fragmen protein yang terbentuk saat sistem komplemen teraktivasi dan terdiri dari C3a, C4a, C5a. Anafilatoksin mampu memicu degranulasi pada sel endotelial, mastosit dan fagosit, yang lebih lanjut memicu respon peradangan. Ketika proses degranulasi tersebut begitu kuat, ia akan menyebabkan sindrom shock-like yang mirip dengan reaksi alergi. Secara indirek, anafilatoksin turut memicu: kontraksi otot halus, seperti bronkospasm meningkatkan permeabilitas pada pembuluh darah kapiler kemotaksis C3a dan C5a merupakan polipeptida yang berfungsi layaknya sitokina yang hanya dilepaskan pada area peradangan. Eksperimen Cloning blot dan Northern blot menunjukkan bahwa pencerap keduanya, C3aR dan C5aR, dimiliki oleh sel mieloid dan sel non-mieloid seperti sel endotelial dan sel epitelial, termasuk sel T CD3, sel T CD4 dan sel T CD8. Pada percobaan dengan model sel endotelial pada tali pusar (HUVEC), C3a dan C5a memicu kenaikan IL-8, IL-1ß, RANTES mRNA, dan menurunkan rasio IL-6 mRNA, serta mengaktivasi lintasan MAPK. Banyaknya sel T dengan pencerap C5aR yang bermukim pada sistem saraf pusat menunjukkan sindrom EAE

Melekatnya anafilatoksin pada reseptor yang terdapat pada otot polos menyebabkan kontraksi otot polos tersebut. Untuk mekanisme ini C5a adalah yang paling poten dan C4a adalah yang paling lemah. C5a juga mempunyai sifat yang tidak dimiliki oleh C3a dan C4a. Oleh karena C5a juga mempunyai reseptor yang spesifik pada permukaan sel-sel fagosit maka C5a dapat menarik sel-sel fagosit tersebut bergerak ke tempat mikroorganisme, benda asing atau jaringan yang rusak proses ini disebut kemotaksis. Setelah melekat C5a dapat merangsang metabolisme oksidatif dari sel fagosit tersebut sehingga dapat meningkatkan daya untuk memusnahkan mikroorganisme atau benda asing Kombinasi dari semua fungsi yang tersebut diatas mengakibatkan terkumpulnya sel-sel dan serum protein yang diperlukan untuk terjadinya proses dalam rangka memusnahkan mikroorganisme atau benda asing tersebut. Proses in disebut peradangan