Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TEKNOLOGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI Oleh: Ir. HANTORO TAPARI, MS

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TEKNOLOGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI Oleh: Ir. HANTORO TAPARI, MS"— Transcript presentasi:

1 TEKNOLOGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI Oleh: Ir. HANTORO TAPARI, MS
Di Posting Untuk Materi Penyuluhan Pertanian Oleh : Maryana, SP Penyuluh Pertanian, Kec. Punggelan. Oleh: Ir. HANTORO TAPARI, MS PP Madya pada Set Bakorluh Prov Jateng Disampaikan pada PELATIHAN PL-II SL-PTT PADI Di BBI Padi Tegalgondo, 30 – 31 Maret 2009 1

2 LATAR BELAKANG KEBIJAKAN PENINGKATAN PRODUKSI PADI:
1. Meningkatkan produksi melalui peningkatan produktivitas dan luas panen 2. Meningkatkan pendapatan petani 3. Terciptanya ketahanan dan keamanan pangan Diperlukan inovasi teknologi PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) dengan metoda penyuluhan SEKOLAH LAPANG (SL) Salah satu komponen teknologi SL-PTT adalah PENANGANAN PASCA PANEN PADI Kenapa perlu Penanganan Pasca Panen? a. Pasca panen  tahapan kegiatan sejak panen s/d siap konsumsi atau dipasarkan b. Kehilangan hasil padi di Jateng (menurut BPS) masih tinggi, sekitar 20%. c. Penanganan pasca panen yang baik diperlukan untuk mengurangi kehilangan dan meningkatkan pendapatan petani 2

3 MASALAH DALAM PENANGANAN PASCA PANEN PADI
Hampir semua petani Jateng menanam padi varietas unggul yang berkarakteristik: tanaman pendek, jumlah anakan banyak dan mudah rontok  mengubah cara panen dari potong atas menjadi potong bawah  alat panen menggunakan sabit  merontok dengan cara dibanding atau diiles. Akibat perlakuan cara panen dan perontokan tersebut kehilangan hasil tinggi (± 19%), dan beras yang dihasilkan bermutu rendah. Penguasaan teknologi pasca panen di tingkat petani masih rendah, karena: 1. Proses adopsi inovasi teknologi berjalan sangat lamban 2. Teknologi belum sesuai, baik secara teknis, ekonomis dan sosial budaya 3. Belum ada insentif yang memadai untuk penerapan teknologi pasca panen 3

4 TAHAPAN PANEN DAN PASCA PANEN PADI
A. PENANGANAN PADA SAAT PANEN PADI 1. Penentuan Saat Panen 2. Cara dan Alat Panen 3. Penundaan Perontokan B. PENANGANAN PASCA PANEN GABAH 4. Perontokan 5. Pengeringan 6. Penyimpanan C. PENGGILINGAN GABAH 7. Persiapan Bahan Baku 8. Pecah Kulit 9. Penyosohan 10. Pengemasan 11. Penyimpanan Beras 12. Hasil Samping Padi 4

5 PENENTUAN UMUR PANEN 1. PENGAMATAN VISUAL
- Dengan cara melihat kenampakan padi pada hamparan sawah - Saat panen dicapai bila 90–95 % butir gabah berwarna kuning keemasan 2. PENGAMATAN TEORITIS - Berdasar umur padi yang disesuaikan dengan diskripsi masing- masing varietas, yaitu 30–35 HSB atau 130–135 HST - Berdasar kadar air gabah, umur panen optimal dicapai pada kadar air 22–23 % MK atau 24–27 % MH 3. STADIA MASAK BUTIR PADI ADA 4 FASE: - Masak Susu  10 hari setelah fase berbunga merata - Masak Kuning  7 hari setelah masak susu - Masak Penuh  7 hari setelah stadia masak kuning - Masak Mati  6 hari setelah masak penuh 5

6 PENENTUAN UMUR PANEN (lanjutan)
Penelitian Ruiz, 1985: HUBUNGAN UMUR TANAMAN DAN KEHILANGAN HASIL PADI Satu minggu sebelum masak fisiologis  0,77% Saat masak fisiologis  3,35% Satu minggu setelah fisiologis  5,63% Dua minggu setelah masak fisiologis  8,64% Tiga mnggu setelah masak fisiologis  40,70% Empat minggu setelah masak fisiologis = 60,45% Hamparan tanaman padi siap dipanen 6

7 CARA DAN ALAT PANEN PANEN PADI  Kelompok Jasa Pemanen
PERONTOKAN  Kelompok UPJA Perontokan Cara Panen Padi: (a) Kroyokan, pemanen saling berebut saat memotong padi (b) Ceblokan, ada perjanjian antara pemanen dan pemilik sawah (c) Kelompok, memanen dan merontok oleh kelompok pemanen Tk kehilangan padi pada berbagai cara pemanenan (%) Cara Panen Terlambat Jumlah panen s/d rontok malam Keroyokan 18, ,6 Ceblokan 3, ,2 14,3 Kelompok 5, ,9 7

8 CARA DAN ALAT PANEN (lanjutan)
Panen kelompok dilakukan dengan 2 kegiatan: 1. Panen oleh sekitar 20 orang + 4 orang untuk mengumpulkan 2. Perontokan dengan power thresher oleh 3 org + 3 org untuk mengantongi gabah Optimalisasi jumlah pemanen dengan tingkat kehilangan serendah mungkin (Nugraha, 1994) Jumlah anggota kelompok (orang) Kemampuan pemanenan s/d pengumpulan (jam-kelompok/ha) Kemampuan pemanenan s/d pengumpulan (jam-orang/ha) Kehilangan hasil (%) 20 30 40 50 6,75 4,42 2,77 2,14 135,0 132,6 110,8 107,0 4,39 6,58  7,70 9,90 8

9 CARA DAN ALAT PANEN (lanjutan)
B. ALAT PANEN MANUAL - ANI-ANI Bahan dari bambu bambu dan pisau baja tebal 1,5-3 mm Dipakai untuk pemotongan jerami potong pendek (atas) - Sabit Sabit biasa Sabit bergerigi ANI-ANI Mata pisau terbuat dari baja pada satu sisinya, jumlah mata gerigi buah per-inci SABIT BERGERIGI 9

10 Reaper (b) Bermesin  Reaper (mesin pemotong padi) Reaper binder (memotong dan mengikat padi) Combine harvester (memotong dan merontok Pemotongan dilakukan 2-4 baris tanaman dan terlempar di kanan mesin tertumpuk berjajar Pemotongan dilakukan 1-2 baris sebelum terlempar batang jerami sudah terikat dengan tali yute Gb 4. Reaper Reaper binder Pemotongan dilakukan 2-6 baris jerami yang terpotong dibawa conveyor ke unit perontok Padi dirontok dan dibersihkan dengan blower Combine harvester 10

11 PENUNDAAN PERONTOKAN Penundaan perontokan tidak boleh lebih dari 3 hari  padi ditumpuk dengan diberi alas Ukuran tumpukan mak: diameter x tinggi = 0,5 m x 1,5 m. Penundaan > 2 hari menurunkan rendemen BK, meningkatkan butir kuning, rusak oleh pertumbuhan jamur Damarjati (1989)  akibat penundaan perontokan (tertumpuk) di sawah selam 0-3 hari VAR / Jenis Kerusakan (%) 0 hari 1 hari 2 hari 3 hari MH MK CISADANE Gabah rusak Berkecambah Kehil hasil IR-64 2,30 0,0 1,8 1,1 0,8 2,1 10,8 0,9 0,1 3,1 1,2 3,2 1,0 3,9 1,7 9,0 5,7 1,3 10,2 2,4 22,9 2,2 11,9 6,1 11

12 PENANGANAN PASCA PANEN GABAH
PERONTOKAN Perontokan  proses membentur yang berulang terhadap massa tanaman, akibat adanya tumbukan dan gerak bergetar selama perontokan berlangsung, ikatan antara butiran padi dengan tangkainya terlepas Secara manual  dipukul, digepyok Merontok cara digepyok Merontok cara dipukul 12

13 Komponen dari Pedal Thresher adalah:
- kerangka utama - silinder perontok - unit transisi tenaga - tutup penahan gabah b) Alat sederhana (semi mekanis)  pedal thresher c) Mekanis  Power Thresher TH-6 Mod Cara kerja Power Thresher (kap 300 – 500 kg/jam): a. mesin dihidupkan, atur putaran silinder, jerami diumpankan b. terjadi gesekan dan pukulan jerami oleh gigi perontok dan sirip pembawa yang menuju lubang pengeluaran jerami, c. butiran padi dan potongan jerami akan jatuh ke ayakan dan juga terhembus oleh blower, d. gabah akan terpisah dari jerami dan kotoran lainnya 13

14 PENGERINGAN Pengeringan adalah proses penurunan KA gabah sampai mencapai KA tertentu sehingga gabah siap untuk digiling atau aman disimpan Dijemur langsung dibawah sinar matahari b.Menggunakan mesin pengering (dryer) Penundaan pengeringan menyebabkan turunnya mutu gabah dan beras giling, seperti butir kuning dan gabah berkecambah. Keterangan: 1. blower 2. motor penggerak 3. pemanas 4. pengeluaran udara panas 5. tumpukan butir gabah 6. saringan kawat (lembaran plat berlubang) 7. udara panas 14

15 Purwadaria (1994)  Pengaruh kadar air gabah dan lama penundaan pengeringan terhadap persentase butir kuning Kadar air gabah (%) Penundaan (hari) Butir kuning (%) MK MH Rata2 25 1 3 5 0,25 1,18 0,28 0,21 1,21 3,38 0,36 1,19 2,10 22 – 24 0,55 0,62 0,75 1,25 0,60 0,65 0,93 19 –21 0,02 0,48 1,32 0,09 0,40 0,19 0,05 0,44 15

16 PENGERINGAN (lanjutan)
Dari segi fisik, kehilangan pada pengeringan relatif kecil dibandingkan panen yaitu berkisar 1 – 2 % (BPS, 1996), namun dari segi kualitas, sangat besar pengaruhnya terhadap hasil akhir (mutu beras). Pengeringan gabah dengan dryer resiko kehilangan lebih rendah (2,3%) daripada penjemuran (2,98%) karena gabah terlokalisasi pada suatu tempat yang terbatas Penggunaan dryer sebaiknya diintegrasikan dengan RMU  pengoperasian akan efektif dan petani cukup sekali mengangkut gabah ke tempat pengeringan untuk langsung digiling. 16

17 PENYIMPANAN Penyimpanan adalah cara untuk mempertahankan bahan agar tetap dalam keadaan baik dalam jangka waktu tertentu Faktor penting dalam penyimpanan: a) cara dan tempat, b) kondisi gabah bersih, sehat dan kering (KA air 13 – 14 %) Tempat penyimpanan: a) jangan dekat pupuk/pestisida, b) dekat dengan tempat pengeringan, c) dibuat dari bahan-bahan yang kuat, d) dilengkapi dengan ventilasi yang baik, e) bangunan cukup tinggi, dan f) ada alas tumpukan. 17

18 CARA PENYIMPANAN GABAH:. a) Penyimpanan dalam karung goni
CARA PENYIMPANAN GABAH: a) Penyimpanan dalam karung goni b) Penyimpanan dalam kaleng minyak tanah c) Penyimpanan dalam silo d) Penyimpanan di dalam ruangan biasa Cara penyimpanan gabah dalam gudang 18

19 TEKNIK PENGGILINGAN GABAH YANG BAIK
Untuk menghasilkan beras yang berkualitas harus menggunakan bahan baku gabah yang berkualitas pula Kenyataan di lapangan sering terjadi manipulasi penggunaan teknologi dengan cara: a) pengoplosan beras antar kualitas dan varietas, b) pemalsuan label tidak sesuai dengan isinya, c) penyosohan ulang (reprosesing) terhadap beras mutu rendah, d) penyemprotan zat aromatik, dan e) penyemprotan zat pemutih beras. PERSIAPAN BAHAN BAKU           a. Gabah  varietas, asal, kapan dipanen (gabah baru), KA 14%) b. Gabah terlalu lama  butir kuning, buram, rasa kurang pulen   19

20 PROSES PEMECAHAN KULIT a. Diproses dengan mesin pemecah kulit b
PROSES PEMECAHAN KULIT a. Diproses dengan mesin pemecah kulit b. Dilakukan 2 kali (diulang) dan diayak 1 kali c. Ayakan BPK 2 macam, beras bulir bulat Ø 0,8 inci dan bulir panjang Ø 1 inci d. Kualitas baik bila gabah pada BPK tidak ada e. Kalau masih ada (banyak) maka rubber roll dan kecepatan putar perlu distel kembali   Keterangan: 1. rol karet posisi tetap 2. rol karet yang dapat diatur 3. kotak penampung 4. katup pengatur pemasukan 5. katup yang dapat diatur 6. penyebar gabah yg berputar 7. pintu pengeluaran beras pecah kulit 8. pengeluaran udara (untuk pendingin) 20

21 PROSES PENYOSOHAN BERAS
Proses yang baik alat penyosoh tipe friksi  gesekan antara butiran sehingga dihasilkan beras yang penampakannya bening. BPK disosoh 2 kali  sosoh (I) dengan mesin penyosoh merk ICHI N 120 sosoh (II) dengan mesin penyosoh merk ICHI N 70 a. Kecepatan putaran untuk mencapai beras berkualitas adal 1.100 RPM dengan menyetel gas pada mesin penggerak menyetel katup pengepresan keluarnya beras. b. Penyosohan berjalan baik bila rendemen beras > 65 % dan derajat sosoh > 95 %. c. Untuk mengelompokkan klas beras mutu (kualitas super) dapat ditambah ayakan beras. d. Untuk memproduksi beras kristal  pemolesan terakhir dengan pengabutan air agar penampakan beras lebih mengkilat 21

22 Beras giling super dedak/bekatul
Gabah kering giling Pemecah kulit 2 kali Sekam Pengayakan Beras pecah kulit Penyosohan 2 kali Beras giling super dedak/bekatul Pengkabutan air Pemolesan Beras kristal 22

23 PROSES PENGEMASAN a) Memilih jenis kemasan  kekuatan, bahan
(bersifat tidak korosif dan tidak mencemari produk beras, kedap udara) b) Label kemasan  mencantumkan nama varietas (untuk menghindari pemalsuan) c) Kemasan >=10 kg menggunakan karung plastik yang dijahit tutupnya, untuk 5 kg dpt dgn kantong plastik yg tebalnya 0,8 mm 23

24 PROSES PENYIMPANAN a) Sebelum beras disimpan sebaiknya dilakukan pemeriksaan kadar air beras harus =< 14 % b) Tempat penyimpanan  aman dari pencurian, tikus, bersih, bebas kontaminasi hama (Caliandra sp. dan Tribolium sp.) dan penyakit gudang c) Ada pengaturan aerasi, tidak bocor dan tidak lembab. d) Karung keras diletakkan diatas bantalan kayu, tidak langsung kontak dengan lantai untuk memudahkan fumigasi 24

25 HASIL SAMPING PADI   Hasil samping  % sekam, 8-18 % dedak dan 3-5 % menir 1) Sekam, sebagai bahan bakar baik dalam keadaan mentah/segar maupun dalam bentuk arang curah atau briket. 2) Dedak, proses pemanfaatan dedak menggunakan metoda penyangraian diatas kuali dan menghasilkan produk dedak dan bekatul awet. 3) Menir, pemanfaatan menir menjadi tepung dapat dilakukan melalui proses penepungan baik melalui metoda basah dan metoda kering. 25

26 DIAGRAM ALIR PROSES PEMBUATAN BERAS GILING DAN BERAS KRISTAL
SEKAM ± 23% GABAH ± 100% BPK ± 77% DL ± 8% BM ± 69% M ± 2% RBG ± 67% Keterangan: BPK : Beras Pecah Kulit. DL : Dedak dan Lembaga. BM : Beras dan Menir. M : Menir RBG : Rendemen Beras Giling. BK : Beras Kepala BP : Beras Patah BK BP 26

27 PENUTUP SUATU INOVASI TEKNOLOGI PASCA PANEN DAPAT DITERIMA PETANI KALAU MEMENUHI SYARAT: Keuntungan relatif, penggunaan teknologi baru tersebut secara ekonomi lebih menguntungkan dibanding dengan teknologi sebelumnya, 2) Kompatibitas, teknologi tersebut selaras dengan nilai- nilai yang berlaku, pengalaman sebelumnya dan kebiasaan petani, 3) Kompleksitas, teknologi tersebut tidak sulit untuk dimengerti dan diterapkan oleh petani, 4) Triabilitas, tersebut dapat dicoba dalam skala kecil, 5) Observabilitas, artinya hasil penerapan teknologi tersebut mudah dilihat. 27

28 TERIMA KASIH 28


Download ppt "TEKNOLOGI PENANGANAN PASCA PANEN PADI Oleh: Ir. HANTORO TAPARI, MS"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google