Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

TM KE-4 BUDAYA ORGANISASI.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "TM KE-4 BUDAYA ORGANISASI."— Transcript presentasi:

1 TM KE-4 BUDAYA ORGANISASI

2 BUDAYA ORGANISASI Edgar Schein (2002) dari MIT dalam tulisannya tentang Organizational Culture & Leadership mendefinisikan budaya sebagai: “A pattern of shared basic assumptions that the group learned as it solved its problems of external adaptation and internal integration, that has worked well enough to be considered valid and, therefore, to be taught to new members as the correct way you perceive, think, and feel inrelation to those problems”. Shared basic assumptions consists of Belief and Value Belief merupakan state of mind (lukisan pikiran) yang terlepas dari ekspresi material yang diperoleh suatu komunitas. Value merupakan suatu ukuran normatif yang mempengaruhi manusia untuk melaksanakan tindakan yang dihayatinya.

3 Budaya organisasi dapat diartikan sebagai sistem nilai yang diyakini oleh semua anggota perusahaan dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dapat dijadikan acuan berperilaku dalam perusahaan untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan Dalam budaya organisasi ditandai adanya sharing atau berbagi nilai dan keyakinan yang sama dengan seluruh anggota organisasi. Misalnya berbagi nilai dan keyakinan yang sama melalui pakaian seragam yang bisa membawa rasa bangga, menjadi alat kontrol dan membentuk citra organisasi. Dengan demikian, nilai pakaian seragam tertanam menjadi basic. Budaya organisasi yang mendasar untuk diperhatikan dalam rangka pencapaian tujuan organisasi adalah: Budaya Kerja (termasuk komitmen yang terbangun) dan Budaya Inovatif.

4 Belief and Value Saya bekerja Untuk Aktualisasi Diri Saya bekerja Untuk Ibadah Saya bekerja Untuk Karir dan Uang Motivasi untuk Menghasilkan karya bermutu

5 Budaya kerja dan bentuk komitmen karyawan
* Budaya kerja dalam organisasi diaktualisasikan sangat beragam, bisa dalam bentuk dedikasi/loyalitas, tanggung jawab, kerjasama, kedisiplinan, kejujuran, ketekunan, semangat, mutu kerja, keadilan, dan integritas kepribadian. * Semua bentuk aktualisasi budaya kerja itu sebenarnya bermakna komitmen. Ada suatu tindakan, dedikasi, dan kesetiaan seseorang pada janji yang telah dinyatakannya untuk memenuhi tujuan organisasi dan individunya.

6 Bentuk komitmen karyawan bisa diwujudkan dalam beberapa hal berikut ini:
Komitmen dalam mencapai visi,misi, dan tujuan organisasi. Komitmen dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan Standard Operating Procedure (SOP) yang telah ditetapkan. Komitmen dalam mengembangkan mutu sumberdaya manusia, mutu produk dan layanan Komitmen dalam mengembangkan kebersamaan tim kerja secara efektif dan efisien untuk mencapai tujuan bersama Komitmen untuk berdedikasi, jujur, disiplin dan bertanggungjawab terhadap setiap tugas yang diberikan.

7 Pada dasarnya melaksanakan komitmen sama saja maknanya dengan menjalankan kewajiban, tanggung jawab, dan janji yang membatasi kebebasan seseorang untuk melakukan sesuatu. Jadi karena sudah punya komitmen maka dia harus mendahulukan apa yang sudah dijanjikan buat organisasinya ketimbang untuk hanya kepentingan dirinya. Di sisi lain komitmen berarti adanya ketaatasasan seseorang dalam bertindak sejalan dengan janji-janjinya. Semakin tinggi derajad komitmen karyawan semakin tinggi pula kinerja yang dicapainya. Namun dalam prakteknya tidak semua karyawan melaksanakan komitmen seutuhnya. Ada komitmen yang sangat tinggi dan ada yang sangat rendah. Menegakkan komitmen berarti mengaktualisasikan budaya kerja secara total. Kalau sebagian dari karyawan ternyata berkomitmen rendah maka berarti masih ada yang kurang dalam penerapan budaya perusahaan. Karena itu sosialisasi dan internalisasi budaya kerja sejak karyawan masuk ke perusahaan seharusnya menjadi program utama. Selain itu pengembangan sumberdaya manusia karyawan utamanya yang menyangkut kecerdasan emosional dan kecerdasan sosial harus menjadi prioritas disamping ketrampilan teknis.

8 Idealnya tiap perusahaan memiliki budaya kerja, yakni suatu sistem nilai yang merupakan kesepakatan kolektif dari semua yang terlibat dalam perusahaan. Yang dimaksud dengan kesepakatan di sini adalah dalam hal cara pandang tentang bekerja dan unsur-unsurnya. Suatu sistem nilai merupakan konsepsi nilai yang hidup dalam alam pemikiran sekelompok manusia/ individu karyawan dan manajemen. Dalam hal ini budaya kerja tentu saja berkaitan erat dengan budaya organisasi dan berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai-nilai dan lingkungannya. Lalu persepsi itu melahirkan makna dan pandangan hidup yang akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku karyawan dan manajemen dalam bekerja.

9 Berdasarkan hasil riset yang diselenggarakan oleh para konsultan manajemen McKinsey & Co (Lowney, 2005: p.341), untuk melancarkan strategi membantu perusahaan menarik dan mempertahankan para karyawan berbakat yang langka, McKinsey bertanya kepada para eksekutif puncak, apa yang telah memotivasi para karyawan mereka yang paling berbakat. Berikut ini adalah ringkasan di antara 200 eksekutif puncak mengenai peringkat faktor yang mutlak essensial untuk memotivasi karyawan berbakat:

10 Peringkat Faktor Untuk Memotivasi Karyawan (Sumber: Lowney 2005, p
Peringkat Faktor Untuk Memotivasi Karyawan (Sumber: Lowney 2005, p.341) Nilai-nilai Budaya = 58% Kebebasan Otonomi = 56% Tugas Mengandung Tantangan = 51% Pengelolaan yang baik = 50% Kompensasi yang tinggi = 23% Misi yang mengilhami = 16%

11 Hasil riset diatas menunjukkan bahwa nilai-nilai dalam budaya organisasi sangat mempengaruhi motivasi para anggota dalam bekerja. Supaya seseorang dapat menjalankan fungsinya secara efektif dalam suatu organisasi, seseorang perlu tahu bagaimana mengerjakan atau harus mengerjakan sesuatu, termasuk bagaimana berperilaku sebagai anggota organisasi, khususnya dalam lingkungan organisasinya. Dengan adanya budaya organisasi yang jelas, maka seseorang dapat mengerti aturan main yang harus dijalankan, baik dalam mengerjakan tugas-tugasnya, maupun dalam berinteraksi dengan sesama anggota dalam organisasi. Ketidakraguan dalam menjalani hal ini akan membawa peneguhan bagi seseorang, yang membuatnya mengerti apa yang harus dan tidak boleh dilakukan. Budaya akan meningkatkan komitmen organisasi dan meningkatkan konsistensi dari perilaku karyawan. Dari sudut pandang karyawan, budaya memberitahu mereka bagaimana segala sesuatu dilakukan dan apa yang penting (Gea, 2005, h.326).

12 Keahlian, kreativitas, kecerdasan maupun motivasi yang tinggi dari karyawan memang merupakan unsur kredibilitas yang harus dimiliki oleh karyawan agar perusahaan dapat mencapai sukses. Namun unsur-unsur tadi menjadi belum maksimal manfaatnya bila setiap karyawan belum memiliki satu budaya yang sama. Satu budaya yang sama maksudnya adalah sebuah pola pikir yang membuat mereka memiliki persepsi yang sama tentang nilai, dan kepercayaan yang dapat membantu mereka untuk memahami tentang bagaimana seharusnya berperilaku kerja pada perusahaan dimana mereka bekerja sekarang.

13 Budaya perusahaan dapat membantu perusahaan mencapai sukses
Budaya perusahaan dapat membantu perusahaan mencapai sukses. Untuk dapat memanfaatkan budaya perusahaan dengan maksimal, maka perusahaan perlu menanamkan nilai-nilai yang sama pada setiap karyawannya. Kebersamaan dalam menganut budaya atau nilai-nilai yang sama menciptakan rasa kesatuan dan percaya dari masing-masing karyawan. Bila hal ini telah terjadi, maka akan tercipta lingkungan kerja yang baik dan sehat. Lingkungan seperti ini dapat membangun kreativitas dan komitmen yang tinggi dari para karyawan sehingga pada akhirnya mereka mampu mengakomodasi perubahan dalam perusahaan ke arah yang positif.

14 BUDAYA INOVASI Budaya inovasi merupakan budaya yang ingin dimiliki oleh tiap bisnis. Namun, menciptakan budaya ini tidaklah mudah. Butuh komitmen untuk melakukan terobosan yang `berbeda` dari perusahaan-perusahaan pada umumnya. Inovasi dapat mewujudkan strategi diferensiasi untuk mencapai SCA (Sustainable Competitive Advantage). Inovasi lahir dari orang-orang (karyawan) yang kreatif dalam menjalankan pekerjaan.

15 Bagaimana pemimpin dapat menciptakan budaya inovasi?
Kesatu, yakni perusahaan harus dapat menghargai kreativitas. Kreativitas memungkinkan ide-ide inovasi untuk mengalir dengan baik. Google contohnya, yang membebaskan karyawannya untuk memberikan mengerjakan proyek sesuai inovasi yang mereka ciptakan sendiri. Selain itu, suasana Googleplex yang nyaman juga memungkinkan kreativitas untuk mengalir bebas. Kedua, menerapkan open communication, dimana karyawan dapat mengemukakan ide dan pendapatnya secara terbuka. Birokrasi harus minimum, sehingga komunikasi dapat tercipta tanpa hambatan. Ketiga, perusahaan juga harus punya kolaborasi yang baik antar departemen. Dengan gabungan perspektif yang bermacam-macam antar departemen, maka ide inovasi akan tercipta lebih baik. Keempat, budaya inovasi hanya dapat tercipta jika ada komitmen dari pemimpinnya. Pemimpin harus mengembangkan skill-skill yang diperlukan untuk inovasi, baik untuk dirinya maupun karyawan-karyawan dalam perusahaan.

16 skill-skill apa saja yang dibutuhkan untuk menciptakan budaya inovasi?
Penelitian yang dilakukan INSEAD membantu menemukan skill-skill apa saja yang penting dimiliki oleh seorang innovator dan entrepreneur. 1) Associating. Seorang inovator dapat menggabungkan titik-titik yang merupakan informasi terpisah kemudian menjadi suatu ide yang inovatif. Contohnya adalah Steve Jobs yang punya ketertarikan di kaligrafi, sehingga kemudian perusahaannya dapat menciptakan Mac yang user-friendly dan graphic-based. 2) Observing Seorang innovator punya kebiasaan mengobservasi sesuatu secara intensif. Mereka melakukan observasi yang ketat terhadap sekelilingnya, sehingga mereka kemudian dapat mengembangkan produk yang inovatif dan memberikan solusi yang tepat.

17 3) Experimenting Inovator selalu melakukan eksperimen
3) Experimenting Inovator selalu melakukan eksperimen. Bagi mereka, eksperimen adalah sebuah tantangan yang harus ditaklukkan. Mereka tidak akan berhenti sebelum eksperimennya memberikan hasil yang berarti. Jeff Bezos, misalnya, ide pertama bisnisnya adalah menjual buku via internet tanpa memiliki inventory. Namun, setelah eksperimen berkali-kali kemudian akhirnya mereka membangun kapasitas gudang yang isinya penuh dengan buku. 4) Questioning Semua orang bisa melakukan observasi, namun tanpa ada pertanyaan, maka observasi tersebut jadi kurang powerful, karena informasi yang diperoleh tentunya terbatas. Para innovator adalah orang yang selalu memiliki rasa ingin tahu dan kritis. 5) Networking Inovator cenderung untuk bersosialisasi dengan berbagai macam orang,. sehingga dengan mengenal dan menjalin hubungan mereka kemudian dapat mendiskusikan ide-ide yang sebelumnya mungkin tidak terpikirkan.


Download ppt "TM KE-4 BUDAYA ORGANISASI."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google