Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Komunikasi dan Management Lintas Budaya

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Komunikasi dan Management Lintas Budaya"— Transcript presentasi:

1 Komunikasi dan Management Lintas Budaya
SOCIAL LEARNING KPM 401 Komunikasi dan Management Lintas Budaya Dep. Sains Komunikasi & Pengembangan Masyaraakt, Fak. Ekologi Manusia - IPB 20112/13

2 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB
PEMBAHASAN KONTEKS DARI KONSEP SOCIAL LEARNING DARI ‘ORGANISASI-BELAJAR’ KE ‘SOCIAL-LEARNING’ DIMENSI DARI SOCIAL-LEARNING WADAH KELEMBAGAAN SOCIAL-LEARNING INTERCULTURAL COMMUNICATION KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

3 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB
SOCIAL LEARNING Wollenberg, Edmunds, Buck, Fox & Brodt (eds.), Social Learning in Community forests. CIFOR, East-West Center, hl.2 Hutan terus meningkat sebagai sumberdaya yang diperebutkan oleh berbagai pihak yang seringkali saling bertentangan di dalam memanfaatkan sumberdaya tersebut, atau saling bersaing untuk menjadi yang pertama mendapatkan keuntungan. Berbagai strategi dan mekanisme yang mendorong kolaborasi diantara pihak-pihak yang berkepentingan untuk menyeimbangkan ragam kepentingan telah coba dikembangkan (2) KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

4 Wollenberg, Edmunds, Buck, Fox & Brodt (eds.), 2001, hl.2
It follows that collaborative management may improve when interest groups attempt to engage in an ongoing and evolving process of understanding each other’s knowledge, goals, interests, capacities and actions – In other words Joint or Social learning. KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

5 DARI ORGANISASI KE KOMUNITAS
ORGANISASI BELAJAR SOCIAL LEARNING “Organisasi dimana para anggotanya terus menerus meningkatkan kapasitasnya untuk meraih hasil yang benar-benar diinginkannya, dimana pola fikir baru dipupuk dan dikembangkan, dimana aspirasi kolektif diberi ruang kebebasan, dan dimana para anggotanya terus-menerus belajar untuk belajar semua hal bersama-sama” Peter Senge The Fifth Discipline: The Art and Practice of The Learning Organization Maarleveld & Dangbegnon (1999): Proses dialog yang ber-kesinambungan serta musyawarah antara ilmuan, perancang/ perencana, manajer dan pemanfaat, guna menggali permasalahan dan solusinya. Komunikasi serta experimentasi memungkinkan proses adaptasi diantara actor-aktor untuk penyesuaian dan meningkatkan manajemen Wollenberg, D. Edmunds, Buck, Fox dan Brodi (eds.), Social Learning in community forests KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

6 DIMENSI SOCIAL-LEARNING
DIMENSI POLITIK DIMENSI KNOWLEDGE SHARING DIMENSI COMMUNICATION AND RELATIONSHIP BUILDING DIMENSI KOLEKTIVE KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

7 Social Learning 1. DIMENSI POLITIK
Aspek politik ini terlihat didalam penggunaan pengertian collaborative learning sebagai kerangka untuk manajemen konflik di ranah kebijakan public. Dengan menekankan proses-politik menyangkut konflik antara kelompok-kelompok kepentingan dan masalah ketidak adilan, maka diakui pentingnya masalah k hubungan-kekuasaan didalam diskusi hal NRM. KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

8 Social Learning 2. DIMENSI KNOWLEDGE SHARING
social learning adalah mutual-learning , pertukaran perspective diantara pihak-pihak sehingga meningkatkan pengertian para pihak atas permasalahan. Social learning mengakui adanya perbedaan antara kelompok kepentingan dan memberi tempat untuk berbagi perspektif, pengetahuan, metoda kerja, sejarah pengalaman. Hal-hal yang bila dipertukarkan dengan efektif akan berperan penting didalam proses penyelesaian permasalahan (antar budaya). KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

9 Social Learning 3. DIMENSI COMMUNICATION & RELATIONSHIP BUILDING
Adalah penting bagi dimensi Politik dan Shared-Learning untuk menghapus halangan-halangan komunikasi, sehingga interaksi menjadi lebih terbuka dan responsive. Sosial learning mendorong penyelesaian masalah dengan menumbuhkan rasa saling ketergantungan, trust dan saling menghargai. SL mendemonstrasikan pada semua pihak bahwa masing-masing dapat menimba keuntungan dengan bekerja-sama. KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

10 Social Learning 4. DIMENSI KOLEKTIVE
SL juga mengenai proses-proses kolektif dimana pengetahuan dipertukarkan di sebarkan diantara anggota/warga dari suatu komunitas didalam rangka memperoleh pengetahuan bersama yang baru, mengembangkan motive-motive baru untuk berkegiatan/action dan dalam membangun kerangka-interaksi yang baru. KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

11 WADAH KELEMBAGAAN BAGI SOCIAL-LEARNING
PERAN FASILITASI merupakan katalisator bagi social/joint learning. Peran fasilitasi ternyata penting terutama dimana terdapat persaingan keras dan/atau konflik antara para pihak/stake-holders. Dalam menjalankan perannya fasilitor wajib sensitif terhadap keterhubungan yang ada antara aktor. Terutama pada aspek politik dari Social-Learning. PLATFORM - Suatu “ruang” yang harus diciptakan sehingga semua stakeholders bisa berinteraksi dan belajar bersama. Suatu platform bisa berupa: rapat, komite hasil pemilihan, dewan pengurus, dll. Prinsip utama adalah semua stakeholder kunci harus terwakili dan ada akuntabilitas terhadap konstituennya. KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

12 PENDEKATAN INTER-CULTURAL COMMUNICATION
Perbadaan budaya barier komunikasi Training untuk menjembatani gab budaya Cultural Criticality Emic & Etic Perspectives Cultural Dynamic Experiential Learning Cognitive Affective Behavioural Emic –mempelajari budaya dari perspektive warga budaya tsb. Memberi alat analisa untuk telaah budaya sendiri maupun lainnya – pd level: nasional – pok - indiv KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB
PERSPECTIVE CULTURAL CRITICS PERSPECTIVE CULTURAL DYNAMICS Pengertian ‘critic’ yang digunakan disini menekankan betapa perbedaan kritikal dan vital berpotensi menjadi sumber dari putusnya komunikasi Pendukung pendekatan Cultural critics memandang perbedaan berpotensi menjadi penghalang. Penghalang seperti ini harus dipahami dan perbedaan harus dihargai. Menganjurkan pelatihan untuk menjembatani jurang budaya yang ada. Mempelajari budaya dan komunikasi dari perspektive bahwa budaya dan komunikasi adalah dinamis, terus berubah, berlapis-lapis dan kompleks Budaya bukan kesatuan monolitik yang menentukan prilaku individu dan kelompok  Namun sebagai campur-sari dari sumbangan individu2 - dari latar sosial, kependidikan, ethnik, pengalaman nasional dan internasional – kedalam arena komunikasi. KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

14 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB
The Emic and Etic approaches Source: Berry, J. (1980). 'Introduction to methodology'. In: H. C. Triandis & J. Berry (eds.). (1980) Handbook of cross-cultural psychology (Vol. 2: 1-28). Boston: Allyn & Bacon. EMIC APPROACH ETIC APPROACH Studies the behaviour from within the system – sebagaimana diartikan warganya Studies the behaviour from outside the system Examines only one culture Examines many cultures, comparing them Structure discovered by the analyst Structure created by the analyst Criteria are relative to internal characteristics – ukuran, nilai ber-beda2 sesuai budayanya. Criteria considered absolute or universal KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

15 Pendekatan ‘Etic’ dan ‘Emic’
Pendekatan ‘Etic’ berpendapat bahwa suatu perbandinghan lintas budaya (cross-cultural comparisons) akan menghasilkan kategori-kategori pengamatan yang merupakan metoda yang berguna dalam membandingkan beragam budaya. Sedangkank pendekatan ’Emik’ menghasilkan cara untuk memahami bagaimana realitas dibangun menurut suatu perspektive budaya tertentu. KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB

16 The experiential learning approach
Kolb (1984) argues that if the cycle is to be effective, learning activities need to engage the cognitive, the affective and the behavioural dimensions of the learning process. In the process, cognitive learning allows an understanding of the experience through reflection. Reflection engages the affective dimensions of the learning process (e.g. perception, appreciation, re-evaluation) and may result in the implementation of what has been learnt in future actions and behaviours (the behavioural dimension).

17 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB
terimakasih KPM /13 Komunikasi & Manajemen Lintas Budaya/SKPM - FEMA - IPB


Download ppt "Komunikasi dan Management Lintas Budaya"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google