Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

KEBIJAKAN PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN TEKNOLOGI YANG MENDUKUNG “FEED THE WORLD” Disampaikan Pada Seminar Nasional “FEED THE WORLD” Pada Tanggal 28-29.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "KEBIJAKAN PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN TEKNOLOGI YANG MENDUKUNG “FEED THE WORLD” Disampaikan Pada Seminar Nasional “FEED THE WORLD” Pada Tanggal 28-29."— Transcript presentasi:

1 KEBIJAKAN PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN TEKNOLOGI YANG MENDUKUNG “FEED THE WORLD”
Disampaikan Pada Seminar Nasional “FEED THE WORLD” Pada Tanggal Januari 2010 di JCC, Jakarta

2 Ketahanan Pangan Nasional Berkelanjutan Peningkatan Daya Saing
Feed The World Ketahanan Pangan Nasional Berkelanjutan Swasembada Pangan Devisa dan Tenaga Kerja Peningkatan Daya Saing Komoditas Unggulan Beras, Kedelai, Jagung, Gula Kelapa Sawit, Teh, Kopi, Kakao Mangga, Jeruk, Pisang Sapi dan Ayam Tuna dan Udang Grand Strategy : Pembangunan Sektor Pertanian Menuju Swasembada Pangan yang Kompetitif & Berkelanjutan serta Mendorong Produk-produk Unggulan menjadi Primadona Dunia Perbaikan Perencanaan: - Penyempurnaan tata ruang wilayah - Perbaikan infrastruktur - Fokus pada komoditas unggulan/ kompetitif dengan pengembangan kawasan komoditas Peningkatan nilai tambah & Pemasaran: - Pengembangan pasar dalam & luar negeri - Membangun citra produk Indonesia & minimalisasi non-tariff barrier - Pengembangan industri hilir Pembiayaan: - Keberpihakan pada agribisnis - Pendirian bank pertanian - Penguatan lembaga keuangan non-bank (koperasi dan LKM) Peningkatan Produktivitas: - Pengembangan sumberdaya alam dan manusia yang kompeten - Pengembangan & penerapan teknologi dan R&D eco green - Akses terhadap teknologi Harmonisasi dan sinkronisasi kebijakan (fokus, ringkas, jelas, tegas dan konsisten) Roadmap (terintegrasi hulu-hilir, fokus produk unggulan yang bernilai tambah tinggi) Manajemen data yang akurat dan updated Prof. Dr. Erliza Hambali

3 TARGET PRODUKSI BAHAN PANGAN PENTING 2010-2020 (JUTA TON)
Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Beras 34,9 35,7 36,4 37,1 37,9 38,6 39,4 40,2 40,9 41,7 42,5 Jagung 16,5 17,3 18,2 19,1 20 20,9 21,9 22,8 23,8 24,8 25,8 Kedelai 1 1,1 1,2 1,4 1,5 1,7 1,8 2 2,1 2,3 2,5 Tebu 41,3 42,9 44,4 48 49,6 51,3 55,1 56,8 58,5 60,2 Gula Kristal Putih 2,6 2,78 2,8 2,9 3,0 3,1 3,06 3,142 3,2 3,3 Gula Rafinasi  0,3  0,45 0,75  1,05 1,5  1,75  2,0   2,5 CPO 23,6 26 28,5 31,1 33,8 36,6 39,5 45,7 48,9 52,3 Teh 0,155 0,156 0,157 0,159 0,160 0,161 0,163 0,164 0,166 0,167 0,168 Kopi 0,754 0,774 0,795 0,815 0,836 0,856 0,879 0,900 0,922 0,945 0,967 Kakao 0,855 0,886 0,917 0,948 0,980 1,011 1,043 1,074 1,106 1,138 1,170 Perikanan 11, 3 12,4 13,6 15,1 17,1 17,7 18,3 18,9 19,6 20,3 21,0 - Tangkap 5,4 5,5 5,6 - Budidaya 5,9 7,0 8,2 9,7 11,6 12,2 12,8 13,4 14,1 14,8 15,5 Sumber : Proyeksi Kadin, 2009 Prof. Dr. Erliza Hambali

4 KONSUMSI PANGAN DAN PENGGUNAAN PANGAN UNTUK ENERGI DI DALAM NEGERI 2010-2020 (JUTA TON)
Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Beras 34,5 34,9 35,3 35,7 36,1 36,5 36,8 37,2 37,6 37,9 38,2 Jagung 14,4 14,5 14,7 14,9 15,1 15,2 15,4 15,5 15,7 15,8 16 Kedelai 2,1 2,2 2,3 Gula Konsumsi 3 3,1 3,2 3,3 CPO 7,5 8,6 9,8 11,1 12,4 13,9 17 18,7 20,5 22,4 Minyak Goreng 6 6,1 6,3 6,5 6,7 6,9 7,2 7,4 7,6 7,8 8 Lainnya *) 1,6 2,5 3,5 4,5 5,7 8,2 9,6 12,7 Teh 0,094 0,095 0,096 0,097 0,098 0,099 0,100 0,101 0,102 0,103 0,104 Kopi 0,304 0,308 0,312 0,315 0,319 0,322 0,325 0,328 0,332 0,335 0,338 Kakao 0,336 0,339 0,343 0,347 0,350 0,354 0,357 0,360 0,364 Ikan 6,6 6,8 7 7,3 7,7 8,5 8,8 9 *) termasuk kebutuhan untuk biodiesel Catatan: kebutuhan domestik perkapita per tahun: beras = 147 kg; jagung pangan=22.2 kg; jagung non pangan =39,7kg; kedelai 7.6 kg; gula konsumsi langsung = 12 kg; CPO migor=17.7 kg; CPO lainnya=12.2 kg; teh=0.4 kg; kopi=1.3 kg; kakao=1.4 kg; dan ikan=28 kg Sumber : Proyeksi Kadin, 2009 Prof. Dr. Erliza Hambali

5 SURPLUS PRODUKSI BAHAN PANGAN PENTING 2010 – 2020 (JUTA TON)
Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019 2020 Beras 0,4 0,8 1,1 1,4 1,8 2,1 2,6 3 3,3 3,8 4,3 Jagung 2,8 3,5 4,2 4,9 5,7 6,5 7,3 8,1 9,0 9,8 Kedelai -1,1 -1 -0,9 -0,8 -0,7 -0,5 -0,3 -0,2 0,0 0,2 Gula Konsumsi -0,4 0,3 0,6 0,9 1,5 2,4 3,2 CPO 16,1 17,4 18,7 20 21,4 22,7 24,1 25,5 27 28,4 29,9 Teh 0,061 0,062 0,063 0,064 Kopi 0,45 0,466 0,483 0,5 0,517 0,534 0,554 0,572 0,59 0,61 0,629 Kakao 0,527 0,581 0,609 0,637 0,664 0,693 0,72 0,749 0,778 0,806 Ikan 4,7 5,6 6,6 7,8 9,6 10 10,3 10,7 11,1 11,5 12 Sumber : Proyeksi Kadin, 2009 Prof. Dr. Erliza Hambali

6 TARGET PENERIMAAN DEVISA PRODUK PANGAN UNGGULAN EKSPOR 2010 – 2014 (Juta US$)
Komoditas 2010 2011 2012 2013 2014 CPO 13.947,1 15.040,4 16.159,7 17.304,0 18.471,7 80.922,9 Teh 98,8 91,2 91,6 92,1 92,6 466,3 Kopi 950,4 985,4 1.021,1 1.057,5 1.094,4 5.108,8 Kakao 1.173,5 1.231,3 1.289,1 1.347,1 1.405,2 6.446,2 Udang 1.237,8 1.290,4 1.343,2 1.396,3 1.449,5 6.717,2 Tuna/Cakalang/ Tongkol 340,4 358,6 377,3 396,4 415,8 1.888,5 Total 17.740,1 18.997,4 20.282,2 21.593,2 22.929,2 ,1 Sumber : Proyeksi Kadin, 2009 Prof. Dr. Erliza Hambali

7 SWOT KOMODITAS UNGGULAN
Strength Weakness Indonesia memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah (mega biodiversity), termasuk plasma nutfah. Indonesia memiliki potensi ketersediaan lahan yang cukup besar dan belum dimanfaatkan secara optimal Potensi tenaga kerja untuk mendukung pengembangan pertanian Pasar dan Pertumbuhan Jumlah serta Daya Beli Penduduk Terbatasnya Infrastruktur, Sarana jalan, jembatan, pelabuhan, listrik dan jaringan irigasi. Lemahnya sistem perbenihan dan perbibitan nasional Skala pemilikan lahan sempit, dan degradasi mutu lahan. Belum Padunya Antar Sektor dalam Menunjang Pembangunan Komoditas Unggulan Kegiatan R&D kurang terkoordinasi dan tidak terintegrasi Industri hilir belum berkembang Opportunity Threat Peluang pasar internasional yang terbuka Tekanan Globalisasi Pasar dan Liberalisasi Perdagangan Kenaikan harga pangan dunia Prof. Dr. Erliza Hambali

8 Peluang (Opportunity)
STRATEGI Kekuatan (Strength) Kelemahan (Weaknes) Strategi SO Strategi WO Peluang (Opportunity) Melakukan promosi dan kampanye komoditas/produk unggulan Memanfaatkan potensi sumberdaya untuk menghasilkan produk yang mampu memenuhi peluang pasar domestik yang sangat besar Memperbaiki dan membangun infrastruktur, perluasan lahan, perbaikan perbenihan dan pembibitan. Pengembangan industri hilir melalui pendekatan klaster yang melibatkan semua sektor dan stakeholder. Mendorong kegiatan R&D oleh pemerintah maupun perusahaan Strategi ST Strategi WT Ancaman (Threat) Peningkatan nilai tambah dengan Pengembangan diversifikasi produk olahan yang berdaya saing Keberpihakan kebijakan perdagangan pada produksi pangan domestik Meningkatkan daya saing produk, pengembangan produk, serta memperluas pangsa pasar yang didorong dengan upaya peningkatan kerjasama ekonomi antar wilayah dan kerja sama regional Prof. Dr. Erliza Hambali

9 Pendekatan Pengembangan Klaster Industri Hilir Kelapa Sawit
Industri Terkait (Industri Margarin, surfaktan, kosmetik, sabun, dll) Fasilitas umum (air bersih, penanganan limbah, RS, Training Center, dll), settlement facility, lembaga promosi & pemasaran bersama Regulasi dan Insentif (Pusat, Daerah) Industri Pemasok (CPO dan CPKO) Industri Inti (Industri olein, stearin, fatty acid, fatty alcohol, & biodiesel) Pembeli (pasar domestik, internasional) Industri Pendukung (industri bahan kimia, kemasan, mesin & peralatan) Institusi Pendukung (Pendidikan, Keuangan, Litbang) Infrastruktur (jalan, pelabuhan, listrik, tangki timbun, dll) Sumber: SBRC- IPB Prof. Dr. Erliza Hambali

10 Peringkat CGI Negara Asia
Peringkat dari 133 Negara Rangking CGI Insti-tusi Infra-struktur Stabilitas ekonomi Pendi-dikan Dasar & Kese-hatan Pendi-dikan Tinggi & Pelati-han Efisi-ensi Pasar Ba-rang Efisi-ensi Pasar TK Kecanggihan Pasar Keuangan Kesiapan Tekno-logi Ukuran Pa-sar Kecanggihan Usaha Inova-si SINGAPORE 3 1 4 35 13 5 2 6 39 14 8 JAPAN 28 97 19 23 17 12 40 25 KOREA, REP 53 11 27 16 36 84 58 15 21 MALAYSIA 24 43 26 42 34 41 30 31 37 CHINA 29 48 46 45 61 32 81 79 38 BRUNEI 62 100 10 68 60 115 75 THAILAND 22 54 44 49 63 57 INDIA 51 76 96 101 66 83 INDONESIA 52 82 69 88 VIETNAM 94 112 92 67 73 70 PHILIPPINES 87 113 98 93 95 65 99 CAMBODIA 122 107 85 TIMOR-LESTE 126 109 130 123 116 128 91 133 127 Sumber : World Economic Forum, The Global Competitiveness Report Prof. Dr. Erliza Hambali

11 Peringkat CGI Indonesia Tahun 2009
Prof. Dr. Erliza Hambali

12 Belanja Litbang Indonesia Dibandingkan Dengan Negara Lain
GERD : Gross National R&D Expenditure, BERD : Business R&D Expenditure Sumber IMD, Report Dalam Draft Jakstranas , Ristek 15 Desember 2009 Prof. Dr. Erliza Hambali 12

13 Anggaran Lembaga Litbang Berdasarkan Sumber Pendanaan
Sumber: Survai Penelitian dan Pengembangan Pemerintah tahun 2007 (2008), Dalam Draft Jakstranas , Ristek 15 Desember 2009 Prof. Dr. Erliza Hambali 13

14 MANDATORY PENGGUNAAN BIODIESEL
Permen ESDM N0. 32 Tahun 2008 (PERSENTASE MINIMUM)

15 Prof. Dr. Erliza Hambali

16 KRONOLOGIS ACFTA < 1990 - China belum berhubungan dengan ASEAN
- Hanya sebatas dengan anggotanya saja 19 Juli 1991 Menteri luar negeri Cina Qian Qichen menghadiri ASEAN Ministerial Meeting (AMM) ke-24 di Kuala Lumpur sebagai tamu dari Malaysia. Di pertemuan tersebut Qian Qichen menyampaikan ketertarikan Cina untuk bekerja sama Dengan ASEAN terutama di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi September 1993 Sekretaris Jenderal ASEAN Datuk Ajit Singh mengunjungi Beijing dan setuju untuk menjalin dua kerjasama. Satu kerjasama dibidang ilmu pengetahuan dan teknologi dan satu lagi dibidang ekonomi dan perdagangan 23 Juli 1994 Penandatangan perjanjian di Bangkok meresmikan kedua kerjasama tersebut. Selain itu ASEAN dan China sepakat untuk terlibat dalam konsultasi di bidang politik dan masalah keamanan di tingkat pejabat senior. Prof. Dr. Erliza Hambali

17 ASEAN memberikan status mitra dialog penuh kepada Cina pada AMM ke-
Juli 1996 ASEAN memberikan status mitra dialog penuh kepada Cina pada AMM ke- 29 di Jakarta. Desember 1997 Presiden Cina Jiang Zemin dan semua pemimpin ASEAN mengadakan pertemuan informal pertama (ASEAN Plus One) dan mengeluarkan pernyataan bersama untuk membangun kemitraan bertetangga baik dan saling percaya menuju abad ke-21. November 2001 Pada pertemuan ASEAN-Cina pada bulan November 2001, Perdana Menteri Zhu secara resmi membuat proposal untuk pembentukan FTA Cina-ASEAN (CAFTA) dengan jangka waktu sepuluh tahun November 2002 ASEAN-ChinaFree Trade Area secara resmi ditandatangani Prof. Dr. Erliza Hambali

18 KAWASAN PERDAGANGAN BEBAS ASEAN-CHINA (ACFTA)
Penandatanganan “Persetujuan Kerangka Kerja mengenai Kerjasama Ekonomi Menyeluruh antara Negara-negara Anggota ASEAN dan Republik Rakyat China” di Phnom Penh, Kamboja pada tanggal 4 Nopember 2002 oleh sebelas kepala pemerintahan. Hassanal Bolkiah, Sultan Brunei Darussalam Hun Sen, Perdana Menteri Kamboja Megawati Sukarnoputri, Presiden Indonesia Bounnhang Vorachith, Perdana Menteri Laos Mahathir bin Mohamad, Perdana Menteri Malaysia Than Shwe, Perdana Menteri Myanmar Gloria Macapagal-Arroyo, Presiden Filipina Goh Chok Tong, Perdana Menteri Singapura Thaksin Shinawatra, Perdana Menteri Thailand Phan Văn Khải, Perdana Menteri Vietnam Zhu Rongji, Perdana Menteri Dewan Negara Republik Rakyat Cina Prof. Dr. Erliza Hambali

19 Ruang lingkup kerjasama dalam Framework Agreement:
Liberalisasi di bidang: Perdagangan Barang (Trade in Goods) Perdagangan Jasa (Trade in Services) Investasi (Investment) Kerjasama Ekonomi : Di beberapa bidang, seperti: Sektor Pertanian Teknologi Informasi dan Komunikasi Pengembangan Sumber Daya Manusia Prof. Dr. Erliza Hambali

20 Teknologi dan akses terhadap teknologi
PROPOSAL RENCANA AKSI Isu Pokok Output yang diharapkan Rencana Aksi Teknologi dan akses terhadap teknologi Tersedia dana yang memadai bagi kegiatan R&D untuk komoditas unggulan dari hulu sampai hilir yang efektif dan efisien Koordinasi dan integrasi kegiatan R&D antar instansi pemerintah, perguruan tinggi dan swasta Penyediaan dana pemerintah yang lebih besar bagi penelitian hulu (benih, pupuk dan teknik budidaya), hilir dan studi pemasaran untuk komoditas unggulan Insentif pajak bagi swasta yang melakukan kolaborasi riset dengan pusat penelitian di kementrian dan perguruan tinggi (di bidang benih, teknik budidaya, pengembangan teknologi proses dan sosial budaya) Benih dan saprotan lebih terjangkau Pembangunan Plasma Nutfah Kelapa Sawit, Padi, Jagung, Kedelai, Kakao, Pisang, Mangga, Jeruk Mempermudah proses sertifikasi benih Membangun sistem waralaba benih berbantuan Penghapusan pajak dan bea masuk alsintan dan komponennya Subsidi benih bagi petani kecil, pembebasan PPN atas benih Subsidi pupuk bagi petani kecil termasuk petani perkebunan (kelapa sawit, jagung dan kedelai), dan subsidi atas penggunaan pupuk organik Penataan kembali sistem distribusi pupuk bersubsidi Tersedianya teknologi/akses teknologi pengolahan hasil pertanian yang efisien dan efektif untuk meningkatkan nilai tambah Revitalisasi industri pengolah hasil pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan -Audit teknologi dan peningkatan efisiensi pabrik gula -Dukungan pendanaan bagi peremajaan mesin dan peralatan pabrik pengolahan gula Penyediaan insentif bagi pembangunan industri hilir pengolah hasil pertanian Sumber : Kadin, 2009 Prof. Dr. Erliza Hambali

21 PROPOSAL RENCANA AKSI Isu Pokok Output yang diharapkan Rencana Aksi
Iklim Usaha Kebijakan perdagangan berpihak pada produksi dan pengolahan pangan domestik Memanfaatkan skema WTO untuk perlindungan non-tarif atas produk pangan domestik Jaminan pasokan feedstock bagi industri pengolahan dalam negeri (contoh jagung untuk industri pakan ternak) Pajak ekspor digunakan untuk kepentingan petani dan konsumsi domestik Pengelolaan pajak ekspor oleh asosiasi industri terkait untuk kegiatan penelitian, promosi dan membangun citra positif produk pangan Indonesia Pengalokasian sebagian dana pajak ekspor untuk perbaikan infrastruktur di daerah penghasil dan untuk stabilisasi harga di pasar domestik Menghapus pemeriksaan ganda oleh bea cukai (dipelabuhan asal dan pelabuhan transit) Menghapus peraturan daerah (Perda) di berbagai daerah tentang retribusi kegiatan usaha, pemakaian fasilitas jalan dan pelabuhan, perizinan, pemanfaatan air tanah, karantika, uji mutu, perdagangan antar daerah dan antar pulau, dll. Ketersediaan pangan terkelola Kebijakan buffer stock pangan nasional Subsidi bunga untuk program stabilisasi harga oleh Bulog Terdapat lembaga yang bertanggung jawab atas pencapaian target produksi komoditas pangan stratgis Membangun lembaga sertfikasi penerapan GAP yang kredibel secara internasional Sumber : Kadin, 2009 Prof. Dr. Erliza Hambali

22 Konsumsi pangan lebih beragam Ketepatan kuantitas pangan untuk energi
PROPOSAL RENCANA AKSI Isu Pokok Output yang diharapkan Rencana Aksi Diversivikasi Pangan Konsumsi pangan lebih beragam Insentif bagi diversifikasi pangan Ketepatan kuantitas pangan untuk energi Diperlukan kebijakan kebutuhan komoditas pangan (jenis, kuantitas, dan subsidi) yang akan digunakan untuk energi Sumber : Kadin, 2009 Prof. Dr. Erliza Hambali

23 TERIMA KASIH Prof. Dr. Erliza Hambali


Download ppt "KEBIJAKAN PERINDUSTRIAN, PERDAGANGAN DAN TEKNOLOGI YANG MENDUKUNG “FEED THE WORLD” Disampaikan Pada Seminar Nasional “FEED THE WORLD” Pada Tanggal 28-29."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google