Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Teknologi Pengolahan Umbi

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Teknologi Pengolahan Umbi"— Transcript presentasi:

1 Teknologi Pengolahan Umbi
Dr. Ir. Sugiyono, M.AppSc. Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fateta IPB Telp/Fax

2 UBI KAYU / SINGKONG (Manihot esculenta)
Salah satu jenis umbi-umbian yang penting di daerah tropis. Berprospek baik di masa depan. Kelebihannya yaitu dapat tumbuh di tanah yang relatif kurang subur dan kering, mudah dipelihara, mempunyai daya tahan yang relatif tinggi terhadap penyakit, mampu bersaing dengan berbagai tumbuhan pengganggu, produksinya tinggi. Dapat dimakan sebagai makanan pokok penduduk di beberapa daerah serta dapat digunakan sebagai komoditas ekspor. Sebagai tanaman rakyat, ubi kayu lebih berperan sebagai pangan penduduk di daerah rawan pangan.

3 Bagian-bagian tanaman ubi kayu (Manihot utilisima Pohl)

4 Irisan melintang umbi ubi kayu.

5 PENGOLAHAN PATI DAN TEPUNG UBI KAYU
Pengolahan Tapioka Pemilihan Bahan Baku Pengupasan dan Pencucian Pemarutan/Penggilingan Penyaringan Pengendapan dan Pemurnian Pati Pengeringan Pengemasan Pengolahan Tepung Ubi kayu (Tepung Kasava) Pembuatan Tepung Asia

6 Pengolahan Tapioka (1) Cara tradisional (2) Cara modern
dilakukan oleh para pengusaha kecil atau pabrik tapioka kasar dengan produk akhir berupa aci kasar yang masih harus diolah lagi menjadi tapioka halus (2) Cara modern dilakukan oleh pabrik-pabrik besar dengan peralatan dan mesin yang dapat mengolah ubi kayu dalam skala besar. Perbedaan utama terletak pada cara penghancuran umbi, pemisahan pati/pengendapan dan pada produk akhir. Tahapan utama pembuatan tapioka adalah Pemisahan granula pati yang terperangkap di dalam sel bersama-sama dengan komponen protoplasma lainnya seperti protein, lemak, karbohidrat dan komponen lainnya. Pemisahan dilakukan dengan proses purifikasi di dalam fase air.

7 Tahapan utama pengolahan pati ubi kayu :
Penghancuran sel-sel parenkim dan pemisahan butiran pati dari bahan-bahan lain yang tidak larut. Pekerjaan ini dapat dilakukan dengan pemarutan (tradisional) atau penggilingan dengan mesin crusher (modern). Proses pada tahapan ini meliputi proses pengupasan, pencucian dan pemarutan atau penggilingan. Ekstraksi dan pemisahan pati dan serat/ampas dengan cara pemerasan dan penyaringan hancuran umbi hasil pemarutan dengan alat penyaring yang biasanya terdiri dari kain tipis atau kawat halus. Untuk melepaskan pati dari jaringan serat, peranan air sangat penting. Jumlah air yang digunakan sangat menentukan rendemen pati yang dihasilkan. Biasanya untuk 1 ton ubi kayu diperlukan sekitar – liter air.

8 Pengendapan butir-butir pati hasil ekstraksi dalam bak pengendap atau lajur-lajur pengendap diikuti dengan pencucian endapan. Pada industri besar pemisahan butiran pati dilakukan dengan sentrifugasi. Pengurangan kadar air tapioka basah sampai kadar air tertentu sehingga bahan tersebut menjadi awet. Fase ini terdiri dari proses pengeringan dengan cara penjemuran atau dengan pengering buatan (oven). Hasil dari proses ini adalah berupa butiran-butiran tapioka kasar. Penggilingan tapioka kasar dengan mesin penggiling dilanjutkan pengayakan sampai diperoleh kehalusan tepung dengan ukuran mesh tertentu (60 – 80 mesh).

9 Diagram alir proses pengolahan tapioka industri skala menengah

10 Pengupasan dan pencucian
Skema Pembuatan Tepung Ubi kayu (Kasava) Ubi kayu segar Penggilingan Pengupasan dan pencucian Perajangan Pemarutan Pengeringan Pemerasan Pengayakan Pengendapan Air perasan Ampas Pencampuran Tepung kasava Tepung Kasava

11 Tingkat penghilangan HCN pada tiap tahapan pengolahan tepung ubi kayu
UBI KAYU KUPAS, 41 ppm DIPARUT 38,07 PPM / 7,2 % DIRENDAM-TIRISKAN DIPRES 30,93 PPM / 24,6 % DIPARUT 37,35 ppm / 37,7 % DIOVEN DIJEMUR DIPRES 25,55 PPM / 37,7 % DIJEMUR DIJEMUR DIGILING DIOVEN DIJEMUR DIAYAK ( 30 – 40 MESH ) 16, , , , , ,01 (60,7%) (65,2%) (72,5%) (68,5%) (69,9%) (75,6%)

12 Pengolahan Tepung Ubi kayu (Tepung Kasava)
Ubi kayu segar (bersih) 1000 kg 35% padatan Pati 252 kg 88% padatan Protein = 0,2% Abu = 0,15% PH = 4,5 – 5,5 Sludge 120 kg 10% padatan Protein = 35% Pakan ternak 114 kg 85% padatan Protein = 25% Karbohidrat = 30%

13 SIFAT FISIKO KIMIA TEPUNG DAN PATI UBI KAYU
Derajat Putih Sifat Mikroskopik Granula Pati Kekuatan Gel Pola Analisa Amilograph Kriteria Mutu Tepung dan Pati Ubi kayu Ukuran partikel (Mesh) Penampakan Serat (pulp) Viskositas (kekentalan) Kadar abu Kadar Air Keasaman Kadar HCN

14 Komposisi Kimia Tapioka dan Tepung Ubi kayu
(%,db) ubi kayu Air (wb) 11,47 8 – 11 Abu 0,06 1 – 2 Lemak 0,19 0,46 - 0,55 Protein 0,76 0,86 - 1,22 Serat 0,03 1,12 – 2,39 Karbohidrat 87,52 86,44 – 89,31 Pati 85,19 74,48 – 78,24 Amilosa 22,51 18, ,80 Total gula 1,43 5,68 - 7,38 HCN (ppm) 0,40 11,16 – 20,53

15 kurang dari 4ml 1N NaOH/100gr
Standar mutu tapioka (SNI ) Karakteristik Syarat I II III Kadar air, % b/b, maks. 17 Kadar abu, % b/b, maks 0,60 Serat dan kotoran, % b/b, maks Derajat Putih (BaSO4 = 100) min. 94,5 min. 92,0 Kurang dari 92,0 Kekentalan 0Engler 3 – 4 2,5 – 3 Kurang dari 2,5 Derajat asam kurang dari 4ml 1N NaOH/100gr Kadar HCN, % b/b Negatif

16 Standar mutu tepung ubi kayu (SNI 01-2997-1996)
NO JENIS UJI SATUAN PERSYARATAN 1 Keadaan 1.1 Bau Khas Ubi kayu 1.2 Rasa - 1.3 Warna Putih 2 Benda – Benda Asing Tidak Boleh Ada 3 Serangga 4 Jenis Pati 5 Abu, % b/b Maks. 1,5 6 Air, % b/b Maks. 12 7 Derajat Putih, % b/b (BaSO4) Min. 85 8 Serat Kasar, % b/b Maks. 4 9 Derajat Asam, ml N NaOH 100 g Maks 3 10 Asam Sianida mg/kg Maks. 40

17 NO JENIS UJI SATUAN PERSYARATAN 11 Kehalusan (lolos ayakan 80 mesh), % - Min. 90 12 Pati, % b/b Min. 75 13 Bahan tambahan makanan (bahan pemutih dan pematang tepung) Sesuai SNI 14 Cemaran Logam 14.1 Timbal (Pb) mg/kg Maks. 1,0 14.2 Tembaga (Cu) Maks. 10,0 14.3 Seng (Zn) Maks. 40,0 14.4 Raksa (Hg) Maks. 0,05 15 Arsen (As) Maks. 0,5 16 Cemaran Mikroba 16.1 Angka Lempeng koloni/g Maks. 1.0 x 106 16.2 E. Coli Maks. 10 15.3 Kapang Maks. 1.0 x 104

18 Penggunaan Pati dan Tepung Ubi Kayu
Pati dan bentuk yang termodifikasi digunakan langsung untuk memasak, pengental pada produk sop, makanan bayi, saus, pengisi, tablet dan produk-produk farmasi lainnya, sebagai bahan pengikat yang berguna untuk memperbaiki tekstur selama proses pemasakan seperti pada produk sosis dan olahan daging lainnya, dan sebagai stabilizer dengan tujuan meningkatkan kapasitas pengikatan air (water holding capacity). Pati ubi kayu dapat dikonversi menjadi sirup glukosa atau dekstrosa kristal. Kedua produk tersebut bersaing dengan sukrosa untuk penggunaannya pada produk buah kaleng, konfeksionari, jam, jelly, preserve, es krim, produk bakery, farmasi, minuman dan fermentasi alkohol.

19 Penggunaan Pati dan Tepung Ubi Kayu
Manfaat tepung ubi kayu sangat luas. Tepung ubi kayu dapat digunakan sebagai bahan baku utama atau sebagai bahan campuran untuk pembuatan berbagai jenis makanan antara lain roti, mie, kue-kue, donat, biskuit, dan lainnya. Tepung ubi kayu dapat digunakan untuk mensubstitusi tepung terigu dalam pembuatan produk-produk pangan seperti roti, biskuit, pasta dan kue. Disamping itu tepung kasava merupakan komoditas ekspor dan sebagai bahan pangan penganekaragaman menu makanan pokok rakyat (tiwul)

20 Tingkat substitusi tepung ubi kayu
Produk Bakery Roti tawar = 100% tepung terigu. Roti tawar dari tepung ubi kayu  modifikasi proses terutama dalam jumlah air yang digunakan dan waktu pengadukan. Analisa farinograph adonan roti Parameter Tingkat substitusi tepung ubi kayu 5 10 15 Daya serap air (%) Waktu pembentukan adonan (mnt) Waktu puncak Stabilitas adonan 62 20 - 15.5 5.5 6.5 61.5 13 3 6 61 10.5 2

21 Semakin tinggi tingkat substitusi tepung terigu dengan tepung ubi kayu, daya kembang roti semakin menurun Selain itu pembuatan roti dengan menggunakan tepung non terigu memerlukan tambahan beberapa bahan yang berkaitan dengan tidak tersedianya protein dalam bentuk gluten sebagaimana yang terkadung dalam tepung terigu. Gluten sendiri berfungsi untuk mempertahankan udara yang masuk kedalam adonan pada saat proses pengadukan dan gas yang dihasilkan oleh ragi pada waktu fermentasi sehingga adonan menjadi mengembang.

22 Pembuatan roti dari tepung ubi kayu memerlukan adanya penambahan bahan-bahan pengikat butir pati (bread improver). Antara lain xanthan gum dan bahan-bahan lain seperti CMC (carboksimetilcelulose), alginat, gliseril monostearat dan lain sebagainya. Bahan-bahan ini akan meningkatkan daya tarik menarik antar butir-butir pati sehingga sebagian besar gas yang terdapat di dalam adonan dapat dipertahankan. Dengan demikian akan dihasilkan adonan yang cukup mengembang dan pada akhirnya akan diperoleh roti dengan volume yang relatif besar, remah yang halus dan tekstur yang lembut.

23 Dalam pembuatan biskuit dan cookies
Substitusi tepung terigu dengan tepung ubi kayu dalam selang 10 – 40% menghasilkan roti manis yang masih dapat diterima. Dalam pembuatan biskuit dan cookies penggunaan tapioka dan tepung ubi kayu mampu menurunkan kekuatan gluten dan merupakan bahan yang perlu ditambahkan jika kandungan protein dalam tepung terigu terlalu tinggi karena akan menyebabkan biskuit atau cookies yang dihasilkan menjadi keras. Dengan demikian penggunaan tapioka dan tepung ubi kayu dapat meningkatkan volume dan kerenyahan biskuit atau cookies. Penggunaan tapioka untuk biskuit manis maupun asin berkisar pada konsentrasi 5 – 10 % untuk mendapatkan biskuit dengan tekstur yang lebih empuk, meningkatkan cita rasa dan menurunkan kelengketan di dalam mulut. Sedangkan perbandingan tepung ubi kayu terhadap tepung terigu dalam pembuatan biskuit yang menghasilkan karakteristik yang baik adalah 7 : 3.

24 Konfeksioneri Pati dan pati yang termodifikasi digunakan untuk berbagai macam permen seperti jelly beans, toffee, hard dan soft gums, hard candy, fondant dan sebagainya. Biasanya pati digunakan untuk membuat gum, pasta dan permen lainnya, terutama untuk mempermudah pencetakan dan bahan pelumur sehingga tidak lengket. Penggunaan dekstrosa yang merupakan hasil hidrolisis pati tapioka mampu mencegah kristalisasi pada hard candy serta menurunkan higroskopisitas dari produk akhir.

25 Buah kalengan, jam & preserve (olahan buah dengan gula)
Menggunakan dekstrosa dari tapioka menggantikan sukrosa yg membantu untuk : mempertahankan tingkat padatan dalam produk tanpa memberikan adanya efek kemanisan yang berlebih sehingga flavor buah-nya masih dapat dirasakan. mencegah kristalisasi gula.

26 Monosodium glutamat (MSG)
Pati ubi kayu dan molase sbg bahan baku utama. Pati biasanya dihidrolisis menjadi glukosa dengan pemanasan dalam larutan asam hidroklorat atau asam sulfat pada tekanan tertentu. Glukosa difilter dan dikonversi menjadi asam glutamat dengan fermentasi bakterial. Asam glutamat yang dihasilkan dimurnikan, difilter dan diperlakukan dengan soda kaustik untuk memproduksi monosodium glutamat.

27 Produksi Karamel Komersial
Karamel adalah zat pewarna makanan, konfeksionari dan minuman yang lebih disukai terbuat dari glukosa daripada sukrosa karena lebih murah. Jika gula inversi, dekstrosa atau glukosa dipanaskan maka akan terbentuk senyawa yang sangat berguna sebagai flavouring agent.

28 Pembuatan Tepung Asia Onggok sebagai ampas dari ekstraksi pati.
Onggok laku dijual sebagai bahan baku pakan ternak Disamping itu onggok ini merupakan bahan baku pembuatan tepung asia. Tepung asia adalah tepung yang dihasilkan dari onggok melalui proses Pengeringan Pengggilingan Pengayakan Tepung asia dapat digunakan sebagai bahan pencampur dalam pembuatan kerupuk dengan daya kembang yang cukup baik.

29 Pembuatan bongkahan onggok
Pengolahan onggok Pengepresan Pengepresan ampas pati dilakukan dengan cara meletakkan ampas pati yang telah dibungkus dengan kain dibawah tumpukan batu atau benda berat lain. Waktu pengepresan lebih kurang 5 – 12 jam atau satu hari. Pembuatan bongkahan onggok Ampas pati yang sudah ditumpuk beberapa hari atau yang sudah dipres dibuat berbongkah dengan kepalan tangan. Pengeringan Pengeringan onggok bertujuan untuk mengurangi kadar air onggok sampai batas air tertentu, sehingga onggok tersebut awet. Pengeringan dilakukan dengan cara penjemuran, yaitu bongkahan-bongkahan onggok basah diletakkan di atas jemurannya sampai kering. Penjemuran onggok kadang-kadang di tempat yang tidak cukup memperoleh sinar matahari, sehingga terjadi penjamuran onggok yang menyebabkan mutu onggok turun.

30 Pengolahan onggok belum diperhatikan betul oleh para pengusaha pabrik tapioka kasar, sebab harga onggok relatif murah tetapi usaha yang diperlukan untuk pengolahannya hampir sama dengan usaha yang diperlukan untuk tapioka kasar. Proses pengolahan dan peralatan pengolahan umbi ubi kayu yang sederhana dapat menghasilkan lebih kurang 25 –35 kilogram tapioka kasar kering dan lebih kurang 5 – 10 kilogram onggok kering dari 100 kg bahan baku umbi kayu tanpa kulit.

31 Gambaran Umum Pemanfaatan Ubi kayu Dalam Industri
Produk Olahan Ubi Kayu Konsumen Pengguna Tapioka Onggok Asam Sitrat Single Cell Protein Enzim Tapioka Pearls Dekstrin Pati Modifikasi Glukosa Ethanol Asam-Asam Organik Senyawa Kimia Lain Protein Sirup Fruktosa Glukosa Kristal Gaplek Pellet Tepung Kasava Cassapro Industri pangan Industri pakan ternak Industri pangan atau kimia Industri gula atau kimia Industri tekstil dan farmasi Industri kimia Industri kimia dan pangan Industri kimia/farmasi Industri farmasi/kimia

32 Ubi Jalar

33 Beberapa tipe penyebaran warna pada daging umbi

34 Penggunaan Bentuk Umbi
Kripik Ubi Jalar Kripik ubi jalar telah menjadi populer (terutama di Jawa Barat) baik untuk konsumsi dalam negeri maupun juga untuk ekspor. Jenis ubi jalar yang dipilih adalah yang mempunyai ukuran umbi sedang dengan warna yang spesifik. Untuk mempertahankan warna dan kerenyahan digunakan larutan Na-pirofosfat 0.3% untuk merendam irisan umbi selama 30 menit. Proses pembuatan kripik ubi jalar meliputi sortasi, pencucian, pengirisan umbi, perendaman dalam larutan Na-pirofosfat, penggorengan dan pengemasan.

35 Skema proses pembuatan tepung ubi jalar
Ubi jalar segar Pengupasan Perendaman dalam larutan garam atau sulfit Penyawutan Perendaman dalam larutan bisulfit 0.3%, 30 menit Pengepresan Penepungan Pengayakan Tepung Ubi PembuatanChip Penirisan Pengeringan Cairan pati Pengendapan Pencucian Pengendapan

36 Komposisi kimia tepung ubi jalar
Komponen Varietas Hybrid 65 1) Hybrid 266 1) Lampeneng 2) Pati (%bb) 70.70 66.70 78.00 Protein (%bb) 2.80 3.00 - Lemak (%bb) 0.77 0.78 Abu (%bb) 2.81 2.94 2.53 Serat (%bb) 2.83 3.90 2.36 Gula (%bb) 3.80 7.75 2.43 Der. Asam (ml 0.1N NaOH) 3.51 3.38 pH 5.79 5.85 Konsistensi gel (mm) 100.00 Warna Suka Aroma Sedang

37 Mie Ubi Jalar Tepung Terigu Tepung ubi Air Pencampuran Pengadonan
Pembuatan Lembaran Mie Ubi Jalar Pemotongan lembaran Perebusan Penuntasan Penambahan Minyak Pengangin-anginan Mie Basah

38 Biskuit Ubi Jalar Tahapan pembuatan biskuit dari tepung ubi jalar pada prinsipnya sama dengan pembuatan biskuit pada umumnya yaitu meliputi : pencampuran bahan pembuatan adonan pencetakan pemanggangan Waktu pencampuran perlu diperhatikan karena akan menentukan tingkat pencampuran bahan, pengembangan gluten, pendistribusian lemak, pembentukan flavor, volume dan tektur produk. Waktu optimum untuk pencampuran adalah 15 menit. Untuk memperoleh biskuit yang renyah maka adonan biskuit perlu disimpan dalam lemari es sekitar 2 jam sebelum dicetak. Untuk mendapatkan tingkat pemanggangan yang merata pada biskuit perlu diusahakan agar ketebalan biskuit merata pada saat pencetakan.

39 Saus Ubi Jalar atau Analog Saus Tomat.
Saus warna merah yang beredar di pasaran dibuat dari ubi jalar umbi berwarna merah & umbi rebusnya lunak. Cara pembuatan: Pencucian umbi Perebusan Pelumatan umbi rebus  penumbukan. Pencampuran  dalam waring blender dengan menambah air, gula bumbu, zat warna merah Pemasakan  pengentalan dan pasteurisasi Penambahan asam Pengemasan  di botol

40 Selai Ubi Jalar. Dari umbi ubi jalar juga dapat dibuat masakan yang teksturnya menyerupai selai dan disebut selai ubi jalar. Cara pembuatannya mirip dengan pembuatan saus, bedanya pada bahan yang digunakan dalam campuran. Proses pembuatannya meliputi pencucian umbi, perebusan, pelumatan, pencampuran, pemasakan, penambahan pektin dan gula, pengemasan. Pada proses pencampuran digunakan waring blender dan ditambahkan air, gula pasir, dan hancuran/parutan nanas. Hasilnya berupa bubur encer lalu dimasak sampai kental. Menjelang akhir pemasakan ditambahkan pektin sampai mencapai kekentalan yang diinginkan. Apabila kurang manis ditambah lagi gula pasir. Selai ubi jalar dikemas dalam botol jem.

41 Bagan proses pembuatan pati
Ubi Jalar Pencucian Penghancuran Penyaringan (80 mesh) Air Larutan Pati Ampas Pengendapan I Endapan Pati Pengendapan II Pengeringan Tepung Pati Kering a

42 Produk industri hilir yang dapat dibuat dari pati
Proses Produk Hidrolisis Hidrolisisis sirup glukosa, sirup maltosa, dekstrinn, dekstra kristal. Fermentasi etanol, gliserol, butanol, aseton, asam butirat, asam laktat, 2,3 – butanadiol, asam propionat, ragi roti, asam cuka, asam sitrat, asam fumarat. Isomerasi High Fructose Syrup (HFS) Polimerasi Cross-bonded starch Hidrogenasi Sorbitol

43 Ubi jalar merupakan bahan industri yang potensial, misalnya untuk bahan industri tepung dan pembuatan alkohol, sari karoten, bahan perekat dan sirup (gula cair), dan sumber pati sebagai ingredient pangan. Dengan semakin menipisnya persediaan BBM di dunia, ubi jalar dapat dijadikan alternatif pengganti dengan diolah terlebih dahulu menjadi alkohol.

44 KENTANG

45 Komposisi kimia kentang untuk tiap 100 g bagian yang dapat dimakan
Komponen Jumlah Air, g 77,8 Karbohidrat,g 19,1 Protein, g 2,0 Lemak, g 0,1 Kalsium, mg 11 Fosfor, mg 56 Besi, mg 0,7 Vitamin A, SI Sedikit Vitamin B1, mg 0,11 Vitamin C, mg 17 Energi, Kal 83

46 Pengolahan Tepung Kentang
Pengolahan kentang menjadi bentuk tepung merupakan salah satu usaha pengawetan. Pada tahap awal, umbi kentang dicuci dan dipisahkan dari komponen asing (kerikil, pasir dam lain-lain). Selanjutnya umbi kentang dikukus pada tekanan 0,05 Mpa selama 30 – 40 menit Kemudian dikeringkan dengan pengering drum tunggal atau ganda. Pada pengering drum tersebut kentang mengalami pemipihan dan menempel pada permukaan drum membentuk lapisan tipis panas yang berputar lambat (2-8 rpm). Setelah ¾ putaran, lapisan kentang pada permukaan drum mengering dan dipisahkan dengan pisau pengerok. Lembaran kentang kering yang dihasilkan didinginkan kemudian digiling menjadi tepung kentang. Tepung kentang diayak kemudian dikemas dalam karung.

47 Kentang yang akan dibuat serpih (patato flake) ataupun tepung kentang maka ketebalan irisan yang paling baik adalah 0,5 inci, yang diiris secara slab yaitu irisan sejajar dengan sumbu vertical. Perlakuan blansir (blancing) pada kentang bertujuan untuk memperolah warna yang lebih seragam pada hasil penggorengan, mengurangi penyerapan minyak akibat adanya gelatinisasi pati pada permukaan kentang, mengurangi waktu penggorengan dan memperbaiki tekstur produk. Sulfurisasi bertujuan untuk mempertahankan warna, citarasa, asam askorbat, karotenoid dan mencegah kerusakan oleh mikroba atau aktivitas insekta serta mempertahankan stabilitas mutu selama Adonan kentang yang dikeringkan dengan alat pengering drum harus mengandung minimum 20% padatan. Pengenceran suspensi kentang yang mengandung 24% total padatan menjadi 20 – 22% dapat diperbaiki adesi pada rol alat pengering drum.

48 Pengolahan Tepung kentang
Teknologi pengolahan disebut add- back process. Kentang dibersihkan dari tanah, kerikil dan kotoran lain kemudian kentang dicuci dengan tanah lain dan melalui tahap pencucian. Kentang disortasi untuk memisahkan benda asing, umbi berwarna hijau dan umbi yang menyimpang lainnya. Kentang dipanaskan dengan uap air panas, diikuti dengan pengupasan. Kentang yang sudah dikupas disortasi kembali untuk memisahkan umbi yang tidak layak untuk diolah menjadi tepung. Kentang selanjutnya diiris menjadi dua atau lebih dan kemudian dipanaskan dalam air panas bersuhu 77 – 88 oC selama 10 – 20 menit dan mengandung sodium metal-sulfit. Pendinginan dilakukan dengan cara menyemprotkan air dingin. Kentang yang sudah dingin dikukus dengan uap air panas selama 35 – 50 menit kemudian digiling.

49 Tepung kentang + pasta kentang dalam alat pencampur, shg kadar air 30 – 35%. Campuran didinginkan sampai suhu 32 – 43oC kemudian dimasukkan dalam alat pencampur selama 25 – 35 menit. Pengeringan dilakukan secara bertahap. Pada tahap pertama kentang dikeringkan dengan pengering pneumatik, 177oC. Kadar air produk menjadi 17 – 19%. Pengering tahap kedua dilakukan dengan pengering fluidisasi, dihasilkan produk dengan kadar air 10 – 12%. Pengayakan bertingkat 6 mesh, 40 mesh dan 105 mesh. Produk yang lolos ayakan terakhir dikeringkan lebih lanjut dengan pengering fluidasasi sehingga diperoleh kadar air 6 – 8%. Setelah didinginkan hingga mencapai suhu 27 – 32oC, produk dikemas dalam kaleng atau karung. Produk untuk penambahan kembali (add back) umumnya dicampur dengan sodium metabisulfit (350 g/g), BHA (10 g/ton) dan gliserida (6,6 kg/ton). Pada tepung kentang seringkali ditambah bahan pengemulsi (emulsifier) untuk memperbaiki daya rehidrasi dan konsistensi setelah rehidrasi karena kemampuannya mengikat pati bebas pada produk

50 Karakteristik tepung kentang
Karakteristik Produk 1. Warna Kecoklatan - kuning 2. Densitas 0,85 – 1,059 3. Kadar air 6 – 8 % 4. SO2 < 125 ppm 5. Monogliserida dan digliserida < 0,5 % 6. BHA < 50 ppm

51 Komposisi kimia tepung kentang
Komponen % bk Pati 73,3 Protein 7,0 Gula 2,4 Serat kasar 3,3 Lemak

52 Kerusakan dalam penyimpanan
Pencoklatan non-enzimatis Penambahan warna karena oksidasi Kerusakan ini dapat dihambat dengan pengemasan dalam gas nitrogen. Akan tetapi cara pengemasan seperti ini biayanya mahal Cara lain untuk menghambat oksidasi adalah dengan penambahan antioksidan misalnya butylated hydroxyanisonik (BHA) atau butylated hydroxytoluene (BHT). Kombinasi pengemasan dalam gas nitrogen dengan penambahan antioksidan menghambat oksidasi lebih baik. Selain itu reaksi pencoklatan pada tepung kentang selama penyimpanan juga dapat terhambat pada suhu simpan dan kadar air tepung yang rendah.

53 Pengolahan Pati Kentang
Penghancuran umbi kentang Pemisahan pati Pemurnian Pengeringan.

54 Alat penggiling berupa drum yang mempunyai permukaan bergerigi
Alat penggiling berupa drum yang mempunyai permukaan bergerigi. Alat penggiling digerakkan dengan motor dan berputar dengan kecepatan rpm. Kapasitas alat penggiling ini mencapai ratusan ton per hari. Pada hasil penggilingan ditambahkan sulfur dioksida (terlarut dalam air) sampai pH 5,6 –5,8. kemudian bubur dipindahkan ke decanter. Alat ini berupa sentrifus horizontal. Gaya sentrifugal ditimbulkan dari putaran rotar 3000 – 4000 rpm memisahkan cairan dari padatan. Bagian padatan diencerkan dengan air bersih kemudian dipindahkan untuk proses ekstraksi. Ekstraksi pati didasarkan pada pemisahan pati dari padatan dengan semprotan air dan gaya sentrifugal. Ekstraksi dilakukan dua tahap untuk mendapatkan sebanyak mungkin pati menggunakan ekstraktor satu tahap atau dua tahap yang berupa sentrifuse horisontal.

55 Pemisahan dilakukan dengan cara pencucian pati dengan air beberapa kali, pengenceran dan pemekatan.
Alat yang digunakan meliputi sentrifus, saringan berputar dan hidrosiklon. Sentrifus memisahkan kontaminan dan memekatkan pati sedangkan saringan berputar memisahkan komponen serat. Hidrosiklon digunakan untuk memisahkan pati dari air yang mengandung padatan terlarut dan padatan yang ringan. Pengurangan air pati juga dapat dilakukan dengan sentrifus. Alat ini berupa drum berlubang-lubang yang berputar 1000 rpm. Pati dikeringkan dengan pengering pneumatik. Siklon digunakan untuk memisahkan pati kering dan udara basah. Setelah pengering didapatkan kadar air pati 20%. Setelah didinginkan pati diayak kemudian dikemas.

56 Karakteristik dari pati kentang
Nilai Densitas granula (g/cm3) 1,65 (pengeringan dalam air) 1,50 (dalam pelarut organik) Luas spesifik granula (cm2/g) 0,853 Diameter granula (µm) 6-100 Luas rata-rata granula (mm2) 29,47 x 10-4 Volume rata-rata granula (mm3) 17,16 x 10-6 Koofisien refraksi 1,5153 Suhu gelatinisasi (oC) 58-62 Panas gelatinisasi (dari scanning kalorimetri yang berbeda) (cal/g) (J/g) 4,1-5,5 (17,2-23,0) Panas spesifik (cal/oC/g)(J/oC/g) 0,2697 (1,26) Panas yang dibakar (cal/g)(kJ/g) 4,019 (16,83) Sumber : Lisinska and W. Leszczynski (1989)

57 Sifat pati kentang vs tapioka
Komponen Pati kentang Tapioka Diameter rata-rata granula (µm) 30 20 Amilosa (%, berat kering) 21 17 Amilopektin (%, berat kering 79 83 Flavor pati (starchy flavor) Rendah

58 APLIKASI TEPUNG KENTANG
Sebagai bahan pengental, bahan pengisi, dalam pembuataan kue-kue (cake, pastries, cracker), pemberi flavor pada saus, makanan bayi, roti dan lain-lain. Tepung kentang dapat diolah menjadi bubur kentang, perkedel, kroket dan lain-lain. Penggunaan tepung kentang untuk membuat produk-produk tersebut mempermudah proses pengolahannya. Tepung kentang direhidrasi dengan air atau susu. Pati kentang dengan granula berukuran besar lebih mudah diolah menjadi dekstrin dan menghasilkan dekstrin dengan mutu lebih baik dibandingkan pati, kentang dengan granula kecil.

59 SAGU

60 Batang sagu yang siap diangkut

61 Alat penokok sagu

62 Proses pembuatan pati sagu
Proses cara tradisional Tahap penebangan pohon Tahap penyerpihan dan pemisahan empulur Tahap ekstraksi pati Tahap pengemasan

63 Proses cara pabrik Tahap penyiapan batang sagu Tahap pemarutan
Tahap ekstraksi pati Tahap pengendapan pati Tahap pencucian Tahap pengeringan pati sagu Tahap pengemasan dan penggudangan

64 Proses cara semi mekanik
Persiapan batang dan pemarutan Ekstraksi dan pengendapan pati sagu Penjemuran dan pengemasan

65 Gati, alat ekstraksi sagu di maluku dan Irian Jaya.

66 Cara menokok sagu di Irian

67 Pengolahan sagu pola industri di Riau

68 Bak penyaringan dan bagian-bagiannya

69 Cara penjemuran tepung sagu

70 Pemanfaatan pati sagu Sagu untuk makanan lokal, industri pengolahan dan ekspor. Di daerah tertentu sagu juga digunakan untuk pakan ternak. Volume ekspor masih kecil terutama dari daerah Riau yaitu dalam bentuk sagu mutiara. Pengunaan pati sagu untuk industri sebagian besar sebagai bahan mentah untuk industri pangan, terutama industri kerupuk dan mie. Pati sagu juga telah digunakan untuk industri non pangan yaitu industri dekstrin dan lem perekat, sebagai pengganti bahan yang biasanya dari tapioka. Sementara itu telah banyak penelitian pemanfaatan pati sagu untuk kemungkinan diindustrikan.

71 Pemanfaatan pati sagu Penggunaan pati sagu terbesar adalah untuk pembuatan makanan, baik ditingkat keluarga, makanan jajanan (Street foods) maupun pada industri rumah tangga. Jenis makanannya juga berbeda-beda menurut daerahnya.

72 Tanaman garut (Maranta arundinacea L.)
Cara Pembuatan Pati Garut Proses Tradisional Proses Masinal Pembuatan Tepung Garut Proses Kering Proses Basah Tanaman garut (Maranta arundinacea L.)

73 Umbi garut setelah disimpan sehari
Umbi garut tanpa sisik

74 Skema pembuatan pati garut secara tradisional
Umbi garut Sortasi umbi Pengupasan Pencucian Pemarutan Ekstraksi pati Pengendapan Pengeringan pati garut Skema pembuatan pati garut secara tradisional

75 Skema pembuatan pati garut secara industri
Umbi garut Sortasi umbi Pengupasan Pencucian umbi Skema pembuatan pati garut secara industri Penggilingan umbi 2-3 kali sehari Ekstraksi pati Penyaringan Pengendapan pati Pencucian pati 2-3 kali sehari Pengendapan pati Pengeringan Penggilingan Pengemasan Penggudangan

76 Komposisi Kimia Pati Garut
Komponen Rukmana (2000) Chilmijati (1999) Murdiyati (1983) Air Pati Protein Lemak Serat Abu 12 85.2 0.7 0.2 - 12.8 84.1 1.3 13.1 83.2 0.5

77 Pembuatan Tepung Gaplek Garut (Cara Kering)
Umbi garut Sortasi umbi Pengupasan Pencucian Perajangan umbi Penjemuran Penggilingan Pengayakan Tepung Gaplek Garut

78 Pembuatan tepung cara basah
Sortasi umbi Pengupasan Pencucian Pemarutan Pembuatan tepung cara basah Pemerasan Cairan pati Pengeringan Pengendapan pati Penggilingan Penyangraian Tepung kering

79 PENGGUNAAN UMBI GARUT Keripik Garut Emping Garut Enyek-enyek Garut
PENGGUNAAN TEPUNG GARUT Opak Garut Kerupuk PENGGUNAAN PATI GARUT Kerupuk Pati Mie Basah Makanan Anak Sapihan

80 Pembuatan keripik garut
Umbi garut Sortasi umbi Pengupasan Pencucian Pengukusan Pengirisan membujur Pengeringan Keripik kering Penggorengan Keripik goreng

81 Pembuatan emping garut
Umbi garut Sortasi umbi Pengupasan Pencucian Pembuatan emping garut Perebusan * garam/gula * flavor Pengirisan melintang Pengempingan/pemukulan Penjemuran Emping Mentah Penggorengan Emping Goreng

82 Pengulenan/pengadonan
Umbi garut muda Sortasi umbi Pengupasan Pembuatan enyek-enyek garut Pencucian Pemarutan Garam Bumbu Pengulenan/pengadonan Pencetakan Pemanggangan Penjemuran Enyek-enyek kering Enyek-enyek goreng Penggorengan

83 Pembuatan tiwul garut Tepung garut Garam dan gula Air Tiwul garut
Pencampuran Pengukusan Tiwul garut

84 Pencetakan ( keping tipis )
Garam + bumbu Air (+ tepung lain) Tepung garut Pencampuran Pemasakan bubur Pencetakan ( keping tipis ) Pengangin - anginan Penjemuran Opak mentah Penggorengan Opak goreng

85 Terima Kasih


Download ppt "Teknologi Pengolahan Umbi"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google