Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Oleh: ASMUDI Disampaikan pada simantap 2012

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Oleh: ASMUDI Disampaikan pada simantap 2012"— Transcript presentasi:

1 Oleh: ASMUDI Disampaikan pada simantap 2012
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI TRIGONOMETRI DENGAN MODEL PEMBELAJARAN COOPERATIVE INTEGRATEDREADING AND COMPOSITION (CIRC) DI KELAS X MAN BIREUEN Oleh: ASMUDI Disampaikan pada simantap 2012

2 Data Pribadi Nama. : ASMUDI, S. Pd Jenis kelamin
Data Pribadi Nama                           : ASMUDI, S. Pd Jenis kelamin     : laki-laki Tempat, tanggal lahir     : Kp. RAYA (Aceh Utara),15 Juni 1977 Kewarganegaraan        : Indonesia Status perkawinan        : Menikah Tinggi, berat badan       : 65 cm, 65 kg Agama                         : Islam Alamat lengkap             : BTN Kupula Indah, Desa Geulanggang Baroh, Cot Gapu, Kec. Kota Juang, Kab. Bireuen Telepon, HP                 : HP =                          :

3 Apa masalahnya: Banyak Siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami arti kalimat-kalimat yaitu dalam soal cerita khususnya pada materi trigonometri Kurang mampu memisalkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan Kurang bisa menghubungkan secara fungsionalunsur-unsur yang diketahui untuk menyelesaikan masalah, dan unsur mana yang harus dimisalkan dengan variabel.

4 PERMASALAHAN PENELITIAN INI ADALAH:
“Bagaimanakah Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) yang dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Soal Cerita Trigonometri di Kelas X MAN Bireuen?”

5 A. Pengertian Model Pembelajaran CIRC Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) ini dikembangkan oleh Stevens, Madden, Slavin dan Farnish. Model pembelajaran kooperatif tipe CIRC dari segi bahasa dapat diartikan sebagai suatu model pembelajaran kooperatif yang mengintegrasikan suatu bacaan secara menyeluruh kemudian mengkomposisikannya menjadi bagian-bagian penting. Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) adalah termasuk salah satu model pembelajaran cooperative learning yang pada mulanya merupakan pengajaran kooperatif terpadu membaca dan menulis yaitu sebuah program komprehensif atau luas dan lengkap untuk pengajaran membaca dan menulis untuk kelas-kelas tinggi sekolah dasar. Namun, CIRC telah berkembang bukan hanya dipakai pada pelajaran bahasa tetapi juga pelajaran eksak dan matematika.

6 TUJUAN PENELITIAN INI Untuk mendeskripsikan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi Soal Cerita Trigonometri berbantuan media di Kelas X MAN Bireuen.

7 B. Langkah - Langkah Pembelajaran CIRC 1
B. Langkah - Langkah Pembelajaran CIRC 1. Membentuk kelompok yang anggotanya orang siswa secara heterogen. 2. Guru memberikan wacana/kliping sesuai dengan topik pembelajaran. 3. Siswa bekerja sama saling membacakan dan menemukan ide pokok dan memberi tanggapan terhadap wacana/kliping dan ditulis pada lembar kertas. 4. Mempresentasikan/membacakan hasil kelompok. 5. Guru dan siswa membuat kesimpulan bersama. 6. Penutup.

8 Dari setiap fase tersebut di atas dapat kita perhatikan dengan jelas sebagai berikut: a. Fase Pertama, Pengenalan konsep. Fase ini guru mulai mengenalkan tentang suatu konsep atau istilah baru yang mengacu pada hasil penemuan selama eksplorasi. Pengenalan bisa didapat dari keterangan guru, buku paket, atau media lainnya. b. Fase Kedua, Eksplorasi dan aplikasi. Fase ini memberikan peluang pada siswa untuk mengungkap pengetahuan awalnya, mengembangkan pengetahuan baru, dan menjelaskan fenomena yang mereka alami dengan bimbingan guru minimal. Hal ini menyebabkan terjadinya konflik kognitif pada diri mereka dan berusaha melakukan pengujian dan berdiskusi untuk menjelaskan hasil observasinya. Pada dasarnya, tujuan fase ini untuk membangkitkan minat, rasa ingin tahu serta menerapkan konsepsi awal siswa terhadap kegiatan pembelajaran dengan memulai dari hal yang kongkrit c. Fase Ketiga, Publikasi. Pada fase ini Siswa mampu mengkomunikasikan hasil temuan-temuan, membuktikan, memperagakan tentang materi yang dibahas. Penemuan itu dapat bersifat sebagai sesuatu yang baru atau sekedar membuktikan hasil pengamatannya.. Siswa dapat memberikan pembuktian terkaan gagasan-gagasan barunya untuk diketahui oleh teman-teman sekelasnya. Siswa siap menerima kritikan, saran atau sebaliknya saling memperkuat argumen.

9 C. Kelebihan Model Pembelajaran CIRC 1) Pengalaman dan kegiatan belajar anak didik akan selalu relevan dengan tingkat perkembangan anak; 2) kegiatan yang dipilih sesuai dengan dan bertolak dari minat siswa dan kebutuhan anak; 3) seluruh kegiatan belajar lebih bermakna bagi anak didik sehingga hasil belajar anak didik akan dapat bertahan lebih lama; 4) pembelajaran terpadu dapat menumbuh-kembangkan keterampilan berpikir anak; 5) pembelajaran terpadu menyajikan kegiatan yang bersifat pragmatis (bermanfaat) sesuai dengan permasalahan yang sering ditemuai di lingkungan anak; 6) pembelajaran terpadu dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa kearah belajar yang dinamis, optimal dan tepat guna; 7) menumbuhkembangkan interaksi sosial anak seperti kerjasama, toleransi, komunikasi dan respek terhadap gagasan orang lain; 8) membangkitkan motivasi belajar, memperluas wawasan dan aspirasi guru dalam mengajar (Saifulloh, 2003).

10 D. KEKURANGAN MODEL PEMBELAJARAN CIRC: Dalam model pembelajaran ini hanya dapat dipakai untuk mata pelajaran yang menggunakan bahasa, sehingga model ini tidak dapat dipakai untuk mata pelajaran seperti: matematika dan mata pelajaran lain yang menggunakan prinsip menghitung.

11 Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Integrated Reading and\Composition (CIRC) pada Materi Trigonometri Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) merupakan model pembelajaran yang menuntut siswa untuk bekerja sama dan setiap siswa bertanggung jawab terhadap tugas kelompok. Setiap anggota kelompok saling membaca dan mengeluarkan ide-ide untuk memahami suatu konsep dan menyelesaikan tugas, sehingga terbentuk pemahaman yang benar dan pengalaman belajar yang lama. Sebelum memulai pembelajaran tentang Menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan trigonometri, peneliti mengulang kembali materi sebelumnya yang dijadikan prasyarat yang akan dipelajari siswa dan memberikan motivasi kepada siswa tentang pembelajaran yang akan dilaksanakan kemudian menjelaskan langkah-langkah pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC). Kemudian peneliti membagikan siswa dalam kelompok heterogen dan membimbing siswa mendiskusikan materi tentang masalah trigonometri. Setelah itu, peneliti membagikan Lembar Kerja Siswa (LKS) dan meminta siswa untuk mengerjakan bersama secara berkelompok. Setelah siswa selesai mengerjakan LKS, peneliti meminta kelompok untuk mempresentasikan temuannya di depan kelas. Kemudian kegiatan akhir dari pembelajaran ini adalah peneliti membimbing siswa menyimpulkan materi pelajaran.

12 Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap, tahun ajaran 2011/2012, sedangkan yang menjadi lokasi penelitian ini dilaksanakan di MAN Bireuen, yang terletak di Jl. Medan-Banda Aceh Desa Cot Gapu, Kec. Kota Juang, Kabupaten Bireuen. Alasannya: Sekolah ini sangat terbuka untuk pelaksanaan penelitian. Hasil observasi awal di MAN Bireuen belum diadakan penelitian melalui model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC).

13 Data dan Sumber Data Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah bersumber dari: Hasil tes, yang meliputi hasil tes awal dan hasil tes akhir, 2. Hasil wawancara terhadap subjek penelitian, Hasil observasi selama kegiatan pembelajaran, Hasil catatan lapangan.

14 Prosedur Pengumpulan Data Tes, terdiri dari: Tes awal, tes ini diberikan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan penentuan subjek wawancara. Tes akhir tindakan, yaitu tes pada akhir tindakan dengan tujuan untuk mengetahui pemahaman siswa sebagai dasar analisis dan refleksi. Observasi, Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan dikelas selama pembelajaran berlangsung, meliputi aktivitas peneliti sebagai pengajar dan aktivitas siswa dalam pembelajaran. Dalam pelaksanaan observasi peneliti dibantu oleh 2 orang pengamat yaitu guru bidang studi matematika Wawancara dilakukan untuk mengetahui respon siswa yang mungkin sulit diperoleh dari hasil pekerjaaan siswa maupun dari lembar observasi. Wawancara ini dilakukan pada setiap akhir pembelajaran dan didasarkan pada format wawancara yang telah disediakan oleh peneliti. Catatan lapangan, meliputi kegiatan peneliti sebagai pengajar dan kegiatan siswa sebagai subjek yang diteliti, catatan lapangan ini memuat baik catatan objektif maupun hasil tafsiran peneliti dalam mengamati proses pelaksanaan pembelajaran selama pemberian tindakan berlangsung. Catatan lapangan untuk melengkapi data dan akan memuat deskripsi tentang pembelajaran.

15 Daritabel: : dapat dipersentasekan 9 siswa yang mendapat nilai < 65 yaitu 29,03% dan 22 siswa yang mendapat nilai ≥ 65 adalah 70,97%, berarti tes awal belum berhasil. Berdasarkan kriteria ketuntasan minimal bahwa tindakan dikatakan berhasil apabila 80% siswa mendapat skor ≥ 65, maka sebelum melaksanakan tindakan, peneliti mengulang materi prasyarat terlebih dahulu.

16 Berdasarkan hasil tes akhir tindakan diperoleh data bahwa siswa yang mendapat skor ≥ 65 sebanyak 15 siswa dan siswa yang mendapat skor < 65 adalah 14 siswa. Untuk menentukan skor persentase tes tindakan, maka digunakan rumus sebagai berikut: Skor Persentase (SP) = = x 100% = 51, 72% Setelah dihitung dengan persentase, keberhasilan siswa pada tes tindakan siklus I berdasarkan nilai siswa mencapai 51,72%, sedangkan kriteria yang ditetapkan untuk kriteria hasil adalah 80% siswa yang mendapat skor ≥ 65, maka tindakan siklus I berdasarkan hasil tes akhir belum berhasil, maka peneliti harus masuk dalam tindakan I siklus II.

17 Hasil Observasi Sedangkan untuk menentukan skor persentase rata-rata setiap tindakan terhadap kegiatan peneliti, maka rumus yang digunakan adalah: SPP = SP1+SP2 / Keterangan: SPP : Skor persentase rata-rata kegiatan peneliti SPP1 : Skor persentase pengamat I SPP2 : Skor persentase pengamat II Berdasarkan tabel 4.4 di atas hasil observasi pengamat I memperoleh skor 50 dan pengamat II memperoleh skor 49, sedangkan jumlah skor maksimal 60, kemudian jumlah skor dari masing-masing pengamat diubah dalam bentuk persen (%) dengan menggunakan rumus (1). Dengan demikian persentase dari pengamat adalah: SP1 = x 100% = 83,33% SP2 = x 100% = 81,67% Sedangkan skor persentase rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2), maka diperoleh: SPP = = 82,50% Dengan memperhatikan kriteria taraf keberhasilan pembelajaran terhadap kegiatan guru dari hasil observasi dua orang pengamat, maka pembelajaran terhadap kegiatan guru sudah termasuk katagori baik.

18 Refleksi Pelaksanaan tindakan dikatakan berhasil apabila sudah memenuhi kriteria yang ditetapkan. Kriteria suatu siklus berhasil jika pelaksanaan pembelajaran tercapai dan proses pembelajaran termasuk katagori baik. Hasil pelaksanaan pembelajaran dikatakan tercapai bila 80% dari jumlah semua siswa (subjek penelitian) memperoleh skor akhir tindakan ≥ 65% dari skor total. Sedangkan proses pembelajaran dikatakan baik jika telah mencapai nilai taraf keberhasilan minimal 80% (Maidiyah, 2008:50). Berdasarkan hasil observasi terhadap kegiatan guru mencapai skor persentase rata-rata 82,50% dan hasil observasi terhadap kegiatan siswa mencapai skor persentase rata-rata 82,50%. Dengan demikain, proses pembelajaran berhasil karena telah memenuhi kriteria suatu tindakan yaitu mencapai skor ≥ 80%. Adapun hasil akhir tindakan siklus I diperoleh data bahwa 51,72% siswa mendapat skor ≥ 65, sesuai dengan kriteria hasil yang telah ditetapkan yaitu 80% siswa mendapat skor ≥ 65, maka tindakan I berdasarkan kriteria hasil belum berhasil. Dengan demikian diputuskan bahwa peneliti perlu untuk melanjutkan tindakan siklus II.

19 PERENCANAAN TINDAKAN SIKLUS II. Menyiapkan RPP
PERENCANAAN TINDAKAN SIKLUS II *Menyiapkan RPP *Menyiapkan materi pembelajaran *Menyiapkan LKS *Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa *Menyiapkan format wawancara *Menyiapkan soal tes akhir tindakaN

20 Kegiatan Inti Pada kegiatan ini peneliti mengorganisasikan siswa kedalam 8 kelompok heterogen yang masing-masing kelompok beranggotakan 4 siswa. Selanjutnya peneliti membagikan LKS kepada masing-masing kelompok dan memberikan arahan dan bimbingan kepada kelompok yang mengalami kesulitan dengan melakukan pendekatan dengan siswa, selain itu peneliti juga mengarahkan siswa agar bekerja sama dengan baik. Namun suasana sedikit berbeda dari sebelumnya, menurut pengamatan peneliti mereka lebih aktif dari sebelumnya dalam mengerjakan soal yang tersedia, peneliti membimbing setiap siswa untuk saling membaca dan menuliskan hal-hal yang penting agar mempermudah siswa dalam memahami soal serta memberi kesempatan menanyakan hal-hal yang kurang dimengerti. Setelah selesai, peneliti menyediakan waktu 10 menit kepada siswa untuk mendiskusikan hasil temuan dari kelompok lain dengan kelompoknya Selanjutnya peneliti menyampaikan kegiatan selanjutnya adalah mempresentasikan hasil kerja yang telah mereka kerjakan. Kali ini yang berkesempatan maju untuk mempresentasikan di depan kelas adalah kelompok yang belum maju dari kegiatan sebelumnya. Siswa memperhatikan presentasi dengan baik dan menanggapinya apabila ada jawaban yang kurang jelas. Waktu yang dialokasikan untuk kegiatan inti adalah 70 menit. Tahap inti selesai.

21 HASIL TES AKHIR TINDAKAN Berdasarkan hasil tes akhir tindakan diperoleh data bahwa siswa yang mendapat skor ≥ 65 sebanyak 24 siswa dan siswa yang mendapat skor < 65 adalah 5 siswa. Untuk menentukan skor persentase tes tindakan, maka digunakan rumus sebagai berikut: Skor persentase (SP) =jlh siswa skor lebih 65/jlh siswa x 100% = 21/24 x 100% = 82, 75% Setelah dihitung dengan persentase, keberhasilan siswa pada tes akhir tindakan siklus II mencapai 82,75%, dan kriteria yang ditetapkan untuk kriteria hasil adalah 80% siswa yang mendapat skor ≥ 65, Berdasarkan persentase hasil tes akhir tindakan siklus II dari segi kriteria hasil maka disimpulkan bahwa tindakan siklus II sudah berhasil.

22 Berdasarkan tabel : hasil observasi pengamat I memperoleh skor 53 dan pengamat II memperoleh skor 50, sedangkan jumlah skor maksimal 60, kemudian jumlah skor dari masing-masing pengamat diubah dalam bentuk persen (%) dengan menggunakan rumus (1). Dengan demikian persentase dari pengamat adalah: SP1 =53/60 x 100% = 88,33% SP2 =54/60 x 100% = 83,33% Sedangkan skor persentase rata-rata dapat dihitung dengan menggunakan rumus (2), maka diperoleh: SPP = 85,83% Dengan memperhatikan kriteria taraf keberhasilan pembelajaran terhadap kegiatan guru dari hasil observasi 2 orang pengamat, maka pembelajaran terhadap kegiatan guru sudah termasuk katagori sangat baik

23 Berdasarkan uraian dari hasil penelitian yang dilakukan, mulai dari pelaksanaan pembelajaran siklus I dan pengulangan siklus II yang diperoleh, dapat diketahui bahwa pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan prestasi belajar matematika, ini ditinjau dari segi proses dan segi hasil. Dilihat dari segi proses, hasil observasi terhadap kegiatan peneliti pada tindakan siklus I memperoleh skor 82,50% dan hasil observasi terhadap kegiatan siswa pada tindakan siklus I memperoleh skor 82,50%, Berdasarkan kriteria proses yang ditetapkan maka siklus I sudah berhasil. Dari hasil tes tindakan siklus I diperoleh 51, 72% siswa mendapat skor ≥ 65. Dengan demikian dari segi hasil, penelitian belum tuntas dan dilanjutkan pada tindakan siklus II. Hasil observasi terhadap kegiatan peneliti pada tindakan siklus II mencapai skor 85,83% dan hasil observasi terhadap kegiatan siswa pada tindakan siklus II memperoleh skor 85,83%. Sedangkan hasil tes akhir pada tindakan siklus II diperoleh 82, 75% siswa mendapat skor ≥ 65. Berdasarkan kriteria proses dan hasil, penelitian pada siklus II sudah tercapai

24 Refleksi Berdasarkan hasil observasi dua orang pengamat terhadap kegiatan guru dan siswa menunjukkan bahwa proses pembelajaran pada tindakan siklus II sudah berlangsung dengan baik. Hasil tes menunjukkan bahwa tingkat pemahaman siswa terhadap materi merancang model matematika dari masalah yang berkaitan dengan perbandingan trigonometri juga telah mengalami peningkatan. Berdasarkan hasil tes akhir tindakan diperoleh data bahwa 82,75% siswa mendapat skor ≥ 65. Adapun hasil observasi terhadap kegiatan guru mencapai skor persentase rata-rata 85,83% dan hasil observasi terhadap siswa mencapai skor persentase rata-rata 85,83%. Oleh karena itu, hasil pembelajaran telah dapat disimpulkan bahwa pembelajaran tindakan siklus II telah mencapai kriteria yang telah ditetapkan, baik dari segi proses maupun dari segi hasil. Dengan demikian pemberian tindakan siklus II sudah berhasil dan diputuskan bahwa penelitian sudah selesai.

25 KESIMPULAN Penerapan model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas X MAN Bireuen pada materi model matematika Trigonometri. Model pembelajaran Cooperative Integrated Reading and Composition dapat membuat siswa lebih memahami materi yang telah diajarkan, bertanggung jawab dalam belajarnya maupun dalam kelompoknya, serta meningkatkannya rasa percaya diri dan masing-masing siswa mempunyai kesempatan yang sama menjadi kelompok yang terbaik.


Download ppt "Oleh: ASMUDI Disampaikan pada simantap 2012"

Presentasi serupa


Iklan oleh Google