Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Presentasi sedang didownload. Silahkan tunggu

Kelompok 9: Ardine Kumalasari 121810301017 Ratna Wahyu N 121810301029 Fenly Arismaya 121810301066.

Presentasi serupa


Presentasi berjudul: "Kelompok 9: Ardine Kumalasari 121810301017 Ratna Wahyu N 121810301029 Fenly Arismaya 121810301066."— Transcript presentasi:

1 Kelompok 9: Ardine Kumalasari Ratna Wahyu N Fenly Arismaya

2 Abstrak Penelitian ini merupakan salah satu analisis injeksi alir (FIA) dengan analisis potensiometri dan spektrofotometrik untuk menentukan konsentrasi asam askorbat (AA) dan tiol (sistein, CYS, N-asetil-L-sistein, NAC, penisilamin, pen, glutathione, glutathione) dalam campuran. Sinyal FIA potensiometri didasarkan pada reaksi pembentukan garam sedikit larut, RSAg, antara tiol (RSH) dan ion Ag+. Asam askorbat telah tidak mempengaruhi sinyal potensiometri pada setiap konsentrasi eksperimental. Sinyal FIA spektrofotometri didasarkan pada reaksi redoks senyawa yang dipilih dengan 1,10-phenanthrolineiron (III) kompleks. Untuk penentuan potensiometri tiol dan penentuan spektrofotometrik, grafik kalibrasi yang diperoleh berupa garis lurus. Kata kunci: analisis injeksi alir, tiol, asam askorbat, potensiometri, spektrofotometri

3 PENDAHULUAN

4 Gabungan detektor elektrokimia dan detektor optik dalam FIA
Antioksidan Agen detoxi melawan radikal bebas Mengurangi ion logam berlebih Metabolisme sel Tiol dan As. askorbat FUNGSI Teknik analisis Metode yang telah digunakan Metode baru Gabungan detektor elektrokimia dan detektor optik dalam FIA liquid chromatography, fluorimetry, spectrofluorimetry, voltametri, amperometri, potensiometri, spektrofotometri, dan sistem aliran dengan detector potentiometric atau spectrophotometric Metode FIA potensiometri dilakukan dalam medium asam, dan penentuan spektrofotometri tiol atau AA dilakukan pada pH berkisar dari 4 sampai 6. Penentuan kuantitas AA dan Cys dalam campuran menggunakan tembaga (II) sebagai katalis. potensiometri banyak digunakan pada teknik elektroanalitik karena kesederhanaan, fleksibilitas, dan biaya rendah. UV-Vis spektrofotometri juga banyak digunakan di laboratorium analisis sebagai teknik deteksi dalam FIA. mengembangkan metode penentuan asam askorbat dan tiol dalam campuran, pada media asam dengan tidak adanya efek katalitik, dan tanpa pemisahan sebelumnya

5 METODOLOGI PENELITIAN

6 ALAT BAHAN Manifold Spektofotometer, UV-Vis (UV Shimadzu, Kyoto, Jepang) Potensiometer, MA 5740 Iskra Katup injeksi, 5020 RHEODINE 1 Pompa peristaltik 8-channel, IPC ISMATEC Pipa silikon diameter 1,5 mm Dua Komputer Buffer asetat (pH 2.8), untuk pelarut dan menyesuaikan pH sistem alir. Larutan baku Tiol, 1×10-2 M (pelarut buffer asetat pH 2,8) : cis (Merck) NAC (Merck) pen (Fluka) glu (Sigma-Aldrich) AA (Merck) Larutan Besi(III), 1×10-1 M 1,10-phenantroline 2×10-1 M Larutan baku Perak(I), 1×10-3 M Larutan kerja senyawa RSH, AA dan campuran Fe(III)/Phen {c(Fe3+)= 1×10-2 M, c(phen)= 4×10-2 M } spektrofotometer (UV-1601 Shimadzu, Kyoto, Jepang) dengan aliran melalui sel (80 uL) dan potensiometer, MA 5740 Iskra, dengan ion iodida elektroda selektif (IISE) dan referensi elektroda persimpangan ganda (DJRE ) dikombinasikan dengan laboratorium yang terbuat aliran sel "jatuh" jenis, yang digunakan sebagai detektor.

7 SKEMA

8 PROSEDUR PENGUKURAN Larutan sampel dan pembawa disuntikan pada aliran dan dipompa pada laju alir 6 ml/mnt Reagen AgNO3 diinjekkan ke aliran yang terhubung pada potensiometri dan elektroda reference dicelupkan dalam larutan. Reagen besi III phen disuntikan ke aliran yang terhubung pada spektrofotometri dan dimonitor pada panjang gelombang 510 nm Pada pengukuran spektrofotometri: diukur absorbansi ion kompleks Fe(II)-phen, dihasilkan dari reaksi di RC 300 cm yang selanjutnya dimonitor pada 510 nm. Larutan sampel dan pembawa disuntikan pada aliran dan dipompa pada laju alir 6 ml/mnt Reagen AgNO3 diinjekkan ke aliran yang terhubung pada potensiometri dan elektroda reference dicelupkan dalam larutan. Reagen besi III phen disuntikan ke aliran yang trhubung pada spektrofotometri dan dimonitor pada pj gel. 510 nm

9 Langkah – Langkah untuk Persiapan Kalibrasi Potensiometri
Tiga sampel aliquot 1 ml diinjeksikan dua kali ke aliran pembawa secara berurutan. Tiga aliquot pertama mengandung senyawa RSH Aliquot ke dua mengandung campuran (RSH+AA) Prosedure yang sama diulang untuk lima konsentrasi yang berbeda dalam range konsentrasi yang terpilih. prosedur penyiapan kurva kalibrasi pada pengukuran potensiometri: alikuot sampel (1 mL) diinjeksi berurutan sebanyak 2 kali pada aliran pembawa - 3 alikuot pertama mengandung salah satu senyawa RSH yang diuji - Alikuot selanjutnya berisi campuran RSH +AA. - Prosedur yang sama dilakukan untuk 5 konsentrasi yang berbeda pada range konsentrasi tertentu Tiga sampel aliquot 1 ml diinjeksikan dua kali ke aliran pembawa secara berurutan. Tiga aliquot pertama mengandung senyawa RSH Aliquot ke dua mengandung campuran (RSH+AA) Prosedure yang sama diulang untuk lima konsentrasi yang berbeda dalam range konsentrasi yang terpilih.

10 Langkah – Langkah untuk Persiapan Kalibrasi Spektrofotometri
larutan sampel dan reagen dipersiapkan buffer asetat pada pH 2,8. Nilai pH dalam sistem alir harus tetap konstan Semua pengukuran berlangsung pada suhu kamar prosedur penyiapan kurva kalibrasi pada pengukuran potensiometri: alikuot sampel (1 mL) diinjeksi berurutan sebanyak 2 kali pada aliran pembawa - 3 alikuot pertama mengandung salah satu senyawa RSH yang diuji - Alikuot selanjutnya berisi campuran RSH +AA. - Prosedur yang sama dilakukan untuk 5 konsentrasi yang berbeda pada range konsentrasi tertentu Tiga sampel aliquot 1 ml diinjeksikan dua kali ke aliran pembawa secara berurutan. Tiga aliquot pertama mengandung senyawa RSH Aliquot ke dua mengandung campuran (RSH+AA) Prosedure yang sama diulang untuk lima konsentrasi yang berbeda dalam range konsentrasi yang terpilih.

11 Optimalisasi FIA Parameter eksperimental hasil optimasi pada system FIA dengan 2 detektor ini antara lain : laju aliran 6 mL/min, volume sampling 1,0 mL, disesuaikan dengan dispersi, pengenceran, kecepatan respon sensor, laju pengukurannya, serta reprodusibilitas respon pada elektroda ataupun sel spektro, sehingga diperoleh sinyal tajam, tinggi, dengan baseline stabil. Berdasarkan kinetika reaksi untuk penentuan dengan spektro fotometri (pembentukan kompleks Fe(II)-phen), panjang coil reaksi yang digunakan 300 cm, volume sel 80 μL. pH 2,8 untuk mengurangi disosiasi –SH. Konsentrasi reagen perak nitrat 1,0x 10-6 M dan kompleks Fe(III)-phen 1,0x 10-2 M disesuaikan dengan laju sampel, linieritas, dan limit deteksi.

12 Hasil dan Pembahasan

13 Pendekatan Termodinamika
memberikan oksidasi semua senyawa yang diuji dalam percobaan spektrofotometri potensial reduksi standar (E0= 0,799 V) Ag+/Ag(s) menyediakan oksidasi senyawa yang diuji dalam aliran potensiometri

14 Pendeteksian dengan Metode Potensiometri
larutan sampel detektor potensiometri konsentrasi yang cukup tinggi menyebabkan proses pengendapan RSAg atau redoks

15 Reaksi yang terjadi pada permukaan membran
Atau Dimana: - H2A hasil reduksi dari AA - DA adalah dehidrogenasi dari AA

16 Sinyal untuk cys (a-e) dan cys dalam campuran dengan AA (a1-e1)
menunjukkan respon khas Ag+ penginderaan sensor untuk CYS diperoleh FIA. The serupa respon diperoleh untuk senyawa RSH lainnya. Membandingkan tinggi puncak yang diperoleh untuk CYS dan tinggi puncak yang diperoleh untuk campuran (CYS + AA) solusi, dengan konsentrasi yang sama CYS, jelas bahwa AA tidak berpengaruh terhadap respon detektor potensiometri, pada kondisi percobaan yang dipilih. Menurut hasil eksperimen kami menyimpulkan bahwa kedua reaksi yang diusulkan (persamaan 4 dan 5) mengenakan't terjadi pada permukaan sensor atau solusi streaming. Perubahan potensi aliran sel potensiometri, dalam kondisi optimal, mengikuti perubahan konsentrasi RSH di disuntikkan sampel. Puncak yang diperoleh adalah tajam dan direproduksi. Sinyal kembali ke garis dasar dalam waktu singkat.

17 Berdasarkan Penelitian Sebelumnya

18 Pendeteksian dengan Metode Spektrofotometri
Senyawa RSH dan asam askorbat dalam campuran Kompleks Fe(III)-phen

19 Sinyal untuk cys (a1-a5), AA (b1-b5), dan campuran (c1-c5)

20 Metode Optimalisasi Konsentrasi Ag (I), Fe (III) dan Phen dalam campuran dan pH adalah variabel yang berpengaruh terhadap respon IISE dan detektor spektrofotometri, serta pada jangkauan dan linearitas determinasi. Pengaruh Ag + dalam rentang konsentrasi dari 1,0 × sampai 1,0 × 10-6 M dan telah ditentukan sebelumnya pada [cys], dimana konsentrasinya antara lain: 1,0 × M, 1,0 × 10-4 M, 1,0 × 10-5 M.

21 Nilai konsentrasi yang optimum berada pada konsentrasi (Ag +) = 1,0 × 10-6 M, karena pada konsentrasi ini sensitivitasnnya tinggi. Pengaruh pH pada penentuan spektrofotometri dan potensiometri tiol dilakukan uji penentuan 1,0 × 10-4 M CYS dalam kisaran pH antara 1 dan 5. Kisaran pH yang sama diuji untuk penentuan spektrofotometri AA. Nilai absorbansi dan potensi yang diperoleh meningkat dengan meningkatnya pH larutan reaksi. Campuran dari RSH dan AA tersebut lebih stabil pada pH terendah. Pengukuran lebih baik pada pH yang rendah.

22 Penentuan senyawa yang dipilih dilakukan pada pH = 2,8
Penentuan senyawa yang dipilih dilakukan pada pH = 2,8. Pengaruh Fe (III) konsentrasi dilakukan dalam kisaran dari 2,0 × 10-3 sampai 3,0 × 10-2 M, sedangkan pada penentuan CYS pada kisaran 5.0 × 10-4 M dan AA pada kisaran 4.0 × 10-5 M. Hasil penelitian menunjukkan bahwa absorbansi terbesar diperoleh pada 1,0 × 10-2 M Fe (III), sehingga konsentrasi ini dianggap konsentrasi optimal.

23 Berikut ini adalah Pengaruh [Fe3+] pada Absorbansi {penentuan cys 5
Berikut ini adalah Pengaruh [Fe3+] pada Absorbansi {penentuan cys 5.0×10-4M dan AA 4.0×10-5M}: Range [Fe(III)] adalah 2.0×10-3 sampai 3.0×10-2 Range [phen] dalam larutan campuran adalah 8.0×10-3 sampai 1.2×10-1M Rasio mole Fe(III)/phen adalah 0.25 Nilai optimum pada Fe(III) 1.0×10-2M

24 Studi Interferensi (Gangguan)
Konsentrasi yang diuji untuk CYS dan AA masing- masing adalah 5.0 × 10-4 M dan 4,0 × 10-5 M. Batas toleransi diambil sebagai jumlah spesies ditambahkan yang menyebabkan kesalahan (error) kurang dari ± 3%. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.

25

26 Aplikasi Analitik Metode regresi linier Garis lurus Tinggi sinyal Vs –Log [RSH] Grafik Kalibrasi dengan linearitas yang baik [cys] dan [NAC] pada range 1.0x10-5M sampai M, serta [pena] pada range 3.0x10-5 M sampai 3.0x10-3 M

27 Persamaan garis dan koefisien regresi linier (R2) untuk senyawa RSH menggunakan potensiometer adalah sebagai berikut: Delta E :hasil dari kurva kalibrasi menggunakan pers.nerst

28 Persamaan garis dan koefisien regresi linier (R2) untuk campuran (RSH + AA) menggunakan potensiometer adalah sebagai berikut:

29 Persamaan garis dan koefisien regresi linier (R2) menggunakan potensiometer pada:
[AA] dengan range 8,0×10-6 M sampai 8,0×10-5M [NAC] pada dua rentang (1,0×10-4 M-1,0×10-3M; dan 1,6×10-5M-1,6×10-4M) [cys] dengan range 8,0×10-4M sampai 8,0×10-3M

30

31 Analisis Sampel Nyata Metode ini diaplikasikan pada analisis komersial dari sampel obat-obatan yang ada. Campuran cys dan AA terdapat dalam preparat obat HAIRFACTOR. Larutan sampel nyata dibuat dengan melarutkan satu tablet obat kedalam buffer asetat, pH = 2,8

32 Tabel 6. Hasil penentuan NAC,CYS dan AA dalam bidang farmasi dengan menggunakan detektor Potensiometer dan Spektrofotomet

33 Tabel 7. Hasil penentuan NAC,CYS dan AA dalam sampel nyata dengan menggunakan detektor potensiometri

34 PENUTUP

35 KESIMPULAN Prosedur Flow Injection Analysis (FIA) dengan detektor potensiometrik dan spektrofotometrik pada penentuan AA dan tiol (cys, NAC, pen, glu) dalam campuran dapat diterapkan dalam analisis laboratorium sebagai prosedur yang sederhana, cepat dan ekonomi. Linearitas yang baik antara diukur sinyal (absorbansi) dan konsentrasi dicapai dalam kisaran konsentrasi AA dari 8,0 × 10-6 menjadi 8,0 × 10-5 M, untuk NAC dalam dua rentang 1,0 × 10-4 sampai 1,0 × 10-3M dan dari 1,6 × ,6 × 10-4M dan CYS dari 8,0 × 10-4 menjadi 8,0 × 10-3M. Kalibrasi grafik dengan linearitas yang baik untuk potensiometri penentuan CYS dan NAC pada rentang konsentrasi dari 1,0 × sampai 1,0 × 10-3M dan pena dalam kisaran dari 3,0 × 10-5 menjadi 3,0 × 10-3M diperoleh Penggunaaan metode yang berhasil ditunjukkan oleh analisis sediaan farmasi.

36 TERIMAKASIH 

37 Diskusi Rika: preparasi sampel nyata direaksikan dengan buffer, apa sama perlakuan dengan prosedur awal? Lubis: jelaskan jalannya skema kerja! Agung: optimalisasi pengukuran, hasilnya grafik jelaskan kembali!

38 Jawab Rika: ya sama, proses pada sampel nyata sama sesuai prosedur.
Lubis: Skema bisa dilihat dari gambar skema, sampel dibagi 2 untuk masuk ke detektor potensiometri dan spektrofotometri. Agung: dapat dilihat di metode optimalisasi, dan untuk kecepatan 6 mL/min dipeorleh dari jurnal sebelumnya. pH optimalisasi diperoleh 2,8; karena gugus -SH tidak terdisosiasi.


Download ppt "Kelompok 9: Ardine Kumalasari 121810301017 Ratna Wahyu N 121810301029 Fenly Arismaya 121810301066."

Presentasi serupa


Iklan oleh Google