TEORI SASTRA Peni Puspitasari, M.Pd.
Rancangan Perkuliahan PERTEMUAN 1 Rancangan Perkuliahan Pertemuan ke- Materi 1 Tujuan mata kuliah Ruang lingkup mata kuliah Kebijakan pelaksanaan perkuliahan Kebijakan penilaian hasil belajar Tugas yang harus diselesaikan Buku ajar yang digunakan dan sumber belajar lainnya Hal-hal lain yang esensial dalam pelaksanaan perkuliahan. 2 Sastra dan Ilmu Sastra Teori, kritik, dan sejarah sastra Sifat-sifat sastra Fungsi sastra 3 Klasifikasi sastra: sastra umum, sastra anak, sastra bandingan, sastra nusantara. 4 Genre Sastra secara umum 5 Teks puisi 6 Teks drama 7 Teks naratif 8 UTS
Rancangan Perkuliahan Pertemuan ke- Materi 9 Sastra dan pendekatan intrinsik 10 11 Sastra dan pendekatan ekstrinsik 12 13 Pendekatan-Pendekatan studi sastra: struktural, semiotik, dst 14 Aliran/mahdzab sastra 15 Perkembangan teori sastra 16 UAS
DAFTAR RUJUKAN Luxemburg, jan van, dkk. 1992. Pengantar Ilmu Sastra (diterjemahkan oleh Dick Hartoko). Jakarta: Gramedia. Sudjiman, Panuti. 1991. Memahami Cerita Rekaan. Jakarta: Pustaka Jaya Tarigan, Henry Guntur. 1983. Prinsip-prinsip Dasar Sastra. Bandung: Angkasa. Teeuw, A. 1988 (cet ke-2). Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya dan Gimukti Pusaka. Wellek, rene dan Austin Warren. 1995. (Cet. ke4). Teori kesusastraan. Jakarta. Gramedia.
PERTEMUAN 2 KONSEP DASAR SASTRA
Cabang ilmu pengetahuan SASTRA Sebuah karya seni ILMU SASTRA Cabang ilmu pengetahuan TEORI KRITIK SEJARAH KONSEP SASTRA PENDEKATAN INTRINSIK PENDEKATAN EKSTRINSIK KLASIFIKASI SASTRA ALIRAN/MAHDZAB SASTRA GENRE KARYA SASTRA PERKEMBANGAN TEORI SASTRA PERTEMUAN 2
PENDEKATAN STUDI SASTRA TEORI SASTRA KONSEP SASTRA KLASIFIKASI SASTRA GENRE SASTRA PENDEKATAN STUDI SASTRA ALIRAN/MAHDZAB KARYA SASTRA PERKEMBANGAN TEORI SASTRA
Susastra: tulisan yang baik 1.KONSEP SASTRA SASTRA ETIMOLOGIS HARFIAH Sanskerta Susastra: tulisan yang baik Sas-: Mengajar -tra: Alat, sarana
Contoh Saya menghormati ibu yang telah melahirkan dan membesarkan saya. …Ibulah itu, bidadari berselendang bianglala, Sesekali datang padaku Mengajari menulisi langit biru HANS, tiap kali kita berdiri di tepi sungai itu, kamu selalu mengatakan hal yang sama, seraya menunjuk permukaan sungai yang kehijauan dan memantulkan bayangan kita: mereka menemukan tubuh Rosa*) di sini. Alirannya membelah kotamu, mengalir sampai ke Berlin, kota terakhir yang kamu bayangkan sebagai tempat memulai kehidupan baru setelah letih mengelana dan menjauhinya berulang kali. Aku ingin menjadi penulis terkenal. Aku selalu menyempatkan diri untuk menulis setiap hari. Entah itu cerpen, novel, ataupun puisi.
Perempuan itu Keumala. Perempuan berbola mata biru dipadu-padan otak yang mampu menjawab segala hal rasa-serasanya. Dua modal yang membuat Keumala, seperti kristal bening yang mengeluarkan denting-denting halus. Keumala ratu di taman kembang. Ini hari terakhir wanita itu duduk di teras depan rumahnya-menanti kekasih. Besok tak akan lagi. (Cerpen Alimuddin dimuat di Suara Karya 11/28/2009)
Agus R. Sarjono Sebelum Perjamuan Dan kumulai semuanya dengan hatiku Kupetik bulir padi dan sayuran terbaik Dari kebun jiwaku. Kumasak sepenuh rindu Sepenuh mesra hingga mengepul segala salam Dalam darah batinku. Maka aku pun datang Padamu, menyeduh teh dengan darahku Menyiapkan meja dan perjamuan. Sudah kubayangkan perjumpaan kita Dua langit pengalaman, dua dunia berlainan Membangun cakrawala di meja makan Tempat bermacam dunia Bertautan menjelma bunga. Tak kau lihat kesibukanku Tak tahu kau letih lelahku Sendiri menyiapkan masakan di dapur Namun sungguh benar tak mampukah Engkau dengar desirnya yang berdebur? 2002
Dalam Perjamuan Engkau sudah kekenyangan Dengan makanan lain, menu lain, perjamuan Lain, kala kau datang ke mejaku Hingga antara sungkan dan tak mengerti Kau pandangi saja segala masakan Yang terhidang di meja makan. Sambil tak putus-putus bersendawa Kau sentuh juga dengan enggan Satu dua makanan dan kau muntahkan Lalu kau tertidur sambil mendengkur Tinggal aku termangu Sendiri bagai orang dungu. Waktu makan sudah lewat. Senja beringsut berangkat Ke jantung malam. Nasi dingin, masakan dingin Berkesiur juga suara angin Sayur basi, teh pun basi Apalagi yang mesti ditangisi. Kala matahari bersinar di cakrawala Kau terbangun tiba-tiba Memanggil segala orang Mencicipi ini dan mencoba itu Mencemooh ini dan mencemooh itu Lalu sebuah ceramah panjang Tentang bagaimana mestinya masakan Dihidangkan, juga cara indah menyusun menu para pemujamu mengangguk setuju.
Selepas Jamuan Semua telah pergi. Di piring tinggal duri Duri yang menganga. Jejak-jejak kaki Di lantai dingin. Tumpahan saus Nasi basin dan tulang-tulang ayam berserakan Di paru-paruku. Dari jendela Kulihat engkau di restoran lain Bersendawa tak habis-habisnya. Di sebuah pinggan Kulihat sepotong ikan bagai diriku Terendam di kuah yang salah Hingga rasanya kikuk dan masam di lidah. Maka kukemasi diam-diam sisa bumbu Kulit bawang dan pecahan telur Yang berserak dalam batinku. Akupun belajar memasak bagi diriku Sendiri. Sekali saja kau sebut kata perjamuan Piring-piring di nadiku segera berderak pecah Membikin hatiku luka parah. 2002
Sastra itu Apa? Luxemburg Formalis Romantik Sastra memberikan keleluasaan untuk memperhatikan dunia angan-angan Identifikasi tokoh dengan orang lain Bahasa sastra dapat membuka pengalaman batin Bahasa sastra mempunyai nilai Sastra dapat berdampak positif/negatif Ciptaan, kreasi Otonom Koheren Sintesis Yang tak terungkapkan Sastra bukan sesuatu yang statis Menekankan pada fungsi puitik
FUNGSI SASTRA REKREATIF KATARSIS ESTETIS DIDAKTIS MORALITAS RELIGIUS
ILMU SASTRA Meneliti sifat-sifat yang terdapat dalam teks sastra , lagi pula bagaimana teks tersebut berfungsi dalam masyarakat (Luxemburg, 1989,hlm.2). TEORI SASTRA KRITIK SASTRA SEJARAH SASTRA Studi prinsip, kategori, dan hakikat sastra Telaah karya sastra berdasarkan teori sastra Aliran, corak, angkatan, gaya tulis, periodisasi sastra
Pertemuan 3 KLASIFIKASI SASTRA MEDIA ORIENTASI PEMBACA CAKUPAN Sastra Tulis Sastra Lisan Sastra dewasa Sastra anak Sastra serius Sastra populer Sastra umum Sastra nasional Sastra regional Sastra dunia Sastra bandingan
Klasifikasi Sastra Berdasarkan Media Penyampaian Sastra Tulis Sastra Lisan Sastra yang disampaikan dalam bentuk tulisan Sastra yang disampaikan dalam secara turun temurun dalam bentuk lisan Contoh: novel, serat, babad, hikayat, dst Contoh: pupuh, jemblung, kentrung, beluk, mantra, cerita kabayan, ciung wanara,, legenda, dst.
Contoh Sastra Lisan Pupuh Gambuh Sekar gambuh ping catur Kang cinatur polah kang kalantur Tanpa tutur katula tula katali Kadalu warsa katutuh Kapatuh pan dadi ewuh
Contoh Sastra Lisan Kinanthi Budak leutik bisa ngapung Babaku ngapungna peuting Ngnuriling kakalayangan Neangan nu amis-amis Sarupaning bungbuahan Naon bae nu kapanggih Ari beurang ngagarantung Pinuh dina dahan kai Disarada patembalan Nu kitu naon ngaranna
Klasifikasi Sastra Berdasarkan Orientasi Pembaca Sastra Anak Sastra Dewasa Sastra Serius Sastra Populer Ditujukan untuk anak-anak, sesuai imajinasi, psikologi, dan bahasa anak-anak Contoh: Bobo, kawanku, kecil-kecil punya karya, dst. Ditujukan untuk orang dewasa Contoh: Cerpen ayu Utami Djenar Maesa Ayu Dst. Ditujukan untuk kalangan seniman/sastrawan, budayawan, pencinta sastra, dst. Contoh: Majalah horison, cerpen kompas, novel dadaisme, belenggu, dst. Ditujukan untuk kalangan umum Contoh: Tere Liye, Asma Nadia, Habiburahman, Andrea Hirata A.Fuadi
Sastra Anak Ciri Sastra Anak: Menggunakan bahasa yang mudah dipahami anak-anak. Sangat imajinatif. Bersifat didaktis dan menambah wawasan. Pantang berisi hal-hal yang negatif (seks, kekerasan, kebencian, dst.) Penyajian dengan gaya secara langsung, tokoh bersifat hitam putih.
Contoh Sastra Anak Penjual Sapu dan Ketiga Putrinya Pak Benso adalah penjual sapu yang memiliki tiga orang putri cantik jelita. Meskipun Pak Benso ditinggal meninggal istrinya, Pak Benso mampu membesarkan ketiga putrinya sendiri. Suatu hari…
Contoh Sastra Anak Sobat Sobat tiada hari yang terindah Tanpa bersamamu Tiada waktu yang sempurna Tanpa canda tawamu Seiring berjalannya waktu ke waktu Hari ke hari tak tersisa Persahabatan kita terjalin Dengan cerita bahagia Sobat… Kuingin persahabatan kita Terus kita rajut Walaupun dengan hati luka
Sastra Dewasa Sastra dewasa adalah sastra yang menggunakan bahasa yang rumit dan persoalan yang kompleks. Contoh: Novel: Bumi manusia, Tenggelamnya Kapal Van Der Wijk, Larung, Saman dst. Puisi: Puisi Wiji Thukul, Gus Mus, Afrizal Malna, dst. Cerpen: Bu Geni di Bulan Desember (Arswendo), Air (Djenar), dst. Drama: Matahari di Sebuah jalan Kecil, Bukan Untuk Umum, Gerr, dst.
Contoh Sastra Serius Novel Bumi Manusia (Pramoedya Ananta Toer) Bumi manusia mengisahkan zaman pemerintahan Hindia Belanda, di mana kehidupan Eropa lebih dielu-elukan daripada pribumi.Tokoh utamanya adalah Minke, Nyai Ontosoroh, dan Annelis. Minke sebagai pribumi berusaha mendobrak kondisi pada waktu itu. Dalam novel itu juga diceritakan kisah percintaannya dengan Annelis, anak Nyi Ontosoroh yang sekaligus merupakan gundik Belanda. Meskipun seorang Gundik, Nyi Ontosoroh memiliki karakter perempuan yang luar biasa.
Sastra Populer Ciri Sastra Populer (Jacob Sumardjo, 2009, hlm. 13-14) Tema umumnya berkisar cinta asmara, tanpa menyodorkan persoalan yang lebih serius dan kompleks (cinta ditampilkan secara vulgar tanpa penafsiran lanjut). 2. Penekanan kisah hanya pada plot, dengan mengabaikan perwatakan, masalah kehidupan, dan elemen cinta lainnya. 3. Gayanya emosional, cerita disusun dengan tujuan memancing keharuan, yang mampu diungkapkan hanya bagian permukaan saja dari kehidupan luas ini. 4. Masalah atau problem disampaikan bersifat artifisial, tidak nyata, dibuat-buat, hanya mungkin terjadi dalam cerita, tidak di alam nyata, di dalam kehidupan sebenarnya. 5. Pengarang fiksi hiburan tunduk pada konvensi, tidak dibutuhkan pembaruan atau eksperimentasi. 6. Bahasa selalu aktual, disesuaikan dengan bahasa muda-mudi yang hidup di zaman itu, sehingga bersifat kontemporer, seperti masuknya bahasa prokem.
Contoh Sastra Populer Aku gak tahu lagi apa yang harus kulakukan. Beberapa hari ini dia menghilang. Rasa galau mulai mendera hatiku. Aku khawatir jangan-jangan dia memang sengaja menjauhiku gara-gara persoalan kemarin. Omigot, dunia seperti mau runtuh.
Genre Sastra Pertemuan 4 Puisi Prosa Drama Puisi Lama: Mantra Pantun Syair Karmina Talibun Puisi Baru: Distikhon Tersina Kuatrin Kuin Sektet Septima Oktaf Soneta Puisi Bebas Balada Himne Ode Elegi Romance Epigram Satire Cerpen Novel Roman
Contoh Teks Puisi Gadis Kita (Afrizal Malna) O gadisku ke mana gadisku. Kau telah pergi ke kota lipstik gadisku. Kau pergi ke kota parfum gadisku. Aku silau tubuhmu kemilau neon gadisku. Tubuhmu keramaian pasar gadisku. Jangan buat pantai sepanjang bibirmu merah gadisku. Nanti engkau dibawa laut, nanti engkau dibawa sabun. Jangan tempel tanda-tanda jalan pada lalulintas dadamu gadisku. Nanti polisi marah. Nanti polisi marah. Nanti kucing menggigit kuning pita rambutmu. Jangan mau tubuhmu adalah plastik warna- warni gadisku. Tubuhmu madu, tubuhmu candu. Nanti kita semua tidak punya tuhan, nanti kita semua dibawa hantu gadisku. Kita semua cinta padamu. Kita semua cinta padamu. Jangan terbang terlalu jauh ke pita-pita rambutmu gadisku, ke renda-renda bajumu, ke nyaring bunyi sepatumu. Nanti ibu kita mati. Nanti ibu kita mati. Nanti ibu kita mati.
Contoh Teks Cerpen (Penggalan cerpen “Raibnya Seorang Suami” (Pamusuk Eneste) Pakbitels sedang keluar negeri, kata orang. Pakbitels sedang menyingkir dari hiruk-pikuk kehidupan kota dan kini menyepi ke sebuah desa di lereng gunung, kata yang lain. Pakbitels diamankan yang berwajib, ujar yang lain. Pakbitels mungkin diculik orang tak dikenal, komentar yang lain lagi. Bermacam-macam lagi kata orang mengenai Pakbitels. Sehari sebelum raib, Pakbitels bercerita bahwa istrinya mengomel terus semalaman karena merasa disepelekan. Dianggap sepi. Dicuekin. “Masak kerjamu baca iklan melulu. Ngapain kek! Cari duit kek! Ngojek kek! Ngobjek kek! Cari tambahan penghasilan apa kek! Jangan baca iklan melulu dong! ’Kan Ayah tahu tiap bulan keuangan kita defisit. Aku terpaksa ngutang ke tetangga! Malu ’kan aku ngutang terus!” semprot istrinya.
Prosa Prosa adalah karya sastra yang berbentuk karangan bebas mengisahkan suatu peristiwa atau sejarah.
Jenis Prosa cergam cerpen cerbung Novel roman novelet
Unsur Intrinsik Prosa TEMA SUDUT PANDANG GAYA BAHASA AMANAT TOKOH DAN PENOKOHAN LATAR ALUR
Adalah gagasan pokok atau permasalahan yang mendasari isi cerita. 1. Tema Adalah gagasan pokok atau permasalahan yang mendasari isi cerita. Contoh: Cerpen Bu Geni di Bulan Desember---Tema: Pernikahan Tenggelamnya Kapal Van der Wijk Latar belakang: adat dan cinta Tema: Harkat manusia
2. AMANAT Adalah pesan pengarang yang disampaikan kepada pembaca melalui karyanya. Contoh: Cerpen Bu Geni di Bulan Desember Amanat: “Seperti halnya jodoh, begitu kamu nikah ya itu harus diterima sebagai cinta. Itu lebih penting. Karena kalau mengandalkan cinta sebelumnya, bisa tidak langgeng. Yang kamu miliki itulah yang kamu cintai, dengan cinta sebelumnya atau tidak.”
3. TOKOH DAN PENOKOHAN Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam peristiwa cerita. Penokohan adalah Penyajian watak tokoh dan penciptaan citra tokoh.
JENIS-JENIS TOKOH SENTRAL Protagonis dan antagonis FUNGSI BAWAHAN Tokoh andalan/Tokoh pembantu DATAR CARA MENAMPILKAN BULAT
CONTOH Sebelum peristiwa malam itu yang akan kuceritakan nanti, Idang dikenal sebagai perempuan kurang waras. Kerap mengamuk kesurupan, dan meracau menceritakan tentang mimpi-mimpinya yang aneh. Kepada orang-orang ia sering mengatakan, ”Ada ular-ular besar menyusup dalam mimpiku. Ular itu bukan mimpi, tapi ular yang menyusup dalam mimpiku. Dalam mimpi juga aku sering bertemu Ayah.”
4. LATAR/SETTING Segala keterangan, petunjuk, pengacuan, yang berkaitan dengan ruang, waktu, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra.
Pengambaran keadaan masyarakat MACAM LATAR Latar Fisik Bangunan, daerah, dst. Latar Sosial Pengambaran keadaan masyarakat
5. ALUR Urutan peristiwa dalam karya sastra.
STRUKTUR UMUM ALUR AWAL TENGAH AKHIR PAPARAN TIKAIAN LERAIAN RANGSANGAN RUMITAN SELESAIAN GAWATAN KLIMAKS
6. SUDUT PANDANG Adalah cara atau kedudukan seorang pengarang di dalam sebuah cerita. Sudut pandang dalam cerita ada dua macam, yakni sudut pandang orang pertama dan sudut pandang orang ketiga
Sudut Pandang Orang Pertama berarti pengarang berada di dalam sebuah cerita, yang biasanya ditandai dengan penggunaan kata ganti orang pertama (saya, aku, dan gue "bahasa gaul"). Ada dua tipe sudut pandang orang pertama, yakni: 1. Sudut pandang orang pertama pelaku utama. Apabila menggunakan sudut pandang ini, pengarang akan menempatkan dirinya menjadi tokoh utama yang benar-benar memahami tokoh utama. Cerita yang menggunakan sudut pandang ini akan lebih banyak mengisahkan tentang si aku/saya. 2. Sudut pandang orang pertama pelaku sampingan. Apabila menggunakan sudut pandang ini, pengarang akan menempatkan dirinya menjadi tokoh utama yang menceritakan tokoh lainnya. Dengan kata lain, dalam cerita yang menggunakan sudut pandang ini, si aku sebagai tokoh utama akan lebih banyak mengisahkan tokoh lainnya.
Sudut Pandang Orang Ketiga Pengarang tidak ikut dalam sebuah cerita dan hanya berdiri di luar cerita. Ciri-ciri sudut pandang orang ketiga adalah penggunaan kata ganti orang ketiga dalam sebuah cerita misalnya: dia, ia, atau nama tokoh disebutkan langsung. Ada dua macam sudut pandang orang ketiga: 1. Sudut pandang orang ketiga sebagai pengamat. Dalam cerita yang menggunakan sudut pandang ini, maka pengarang hanya mengetahui permasalahan/konflik tokoh-tokoh ceritanya sebatas fisik mereka, contohnya gerak-gerik tokoh, mimik wajah tokoh, pakaian tokoh, dan lain sebagainya. Apabila menggunakan sudut pandang ini, tidak wajar apabila si pengarang mengetahui konflik batin tokoh-tokoh ceritanya. 2. Sudut pandang orang ketiga serbatahu. Dalam cerita yang menggunakan sudut pandang ini, maka pengarang mengetahui segala hal yang dialami dan dirasa tokoh-tokoh ceritanya. Tidak hanya mengetahui fisik, pakaian, maupun gerak-gerik tokoh-tokohnya tetapi juga mengetahui konflik batin, masa lalu, penyesalan, dan segala hal yang hanya terjadi dalam batin tokoh-tokoh ceritanya.
Sudut Pandang Orang Pertama Sebagai Pelaku Sampingan “Aku”sebagai pelaku sampingan Penulis adalah “aku” dalam cerita tapi bukan tokoh utama. Keberadaan aku sebagai saksi atas sebuah kisah. Tokoh aku menuliskan atau menceritakan apa yang dialami oleh orang lain yang menjadi tokoh utama. Contoh: Aku iri pada Angga, dia sahabatku, sekaligus orang yang kuanggap rival. Ia selalu lebih dilihat dari pada aku. Terkadang aku merasa benci dengannya, tapi ia juga selalu membantuku dalam segala hal. Terlebih kemarin, saat pentas seni. Aku melihatnya bersama Anita, gadis yang kusukai. Aku tak tahu harus mengalah lagi atau tidak. Aku menginginkan Anita, aku rasa dia juga mempunyai perasaan yang sama. Aku tidak menyalahkannya menyukai Anita, karena akupun tak pernah bercerita padanya bahwa aku menyukai Anita. Tapi mengapa setiap hal yang kusukai selalu saja ia sukai juga?
Sudut Pandang Orang Pertama Sebagai Pelaku Utama “Aku” sebagai tokoh utama. Penulis adalah “aku” sebagai tokoh utama cerita dan mengisahkan dirinya sendiri, tindakan, dan kejadian di sekitarnya. Pembaca akan menerima cerita sesuai dengan yang dilihat, didengar, dialami, dan dirasakan “aku” sebagai narator sekaligus pusat cerita. Sambil bermain aku melirik topi lakenku. Kulihat sebuah kursi roda. Duduk di kursi roda itu, seorang tua yang wajahnya tak bisa kulihat dengan jelas karena memakai topi laken seperti aku. Rambutnya gondrong dan sudah memutih seperti diriku, namun ketuaannya bisa kulihat dari tangannya yang begitu kurus dan kulitnya yang sangat keriput. Tangan itulah yang terangkat dan tiba-tiba menggenggam sebuah gitar listrik yang sangat indah.
Sudut Pandang Orang Ketiga Sebagai Pengamat Dalam sudut pandang ”dia” terbatas, seperti halnya dalam”dia”mahatahu, pengarang melukiskan apa yang dilihat, didengar, dialami, dipikir, dan dirasakan oleh tokoh cerita, namun terbatas hanya pada seorang tokoh saja atau terbatas dalam jumlah yang sangat terbatas. Tokoh cerita mungkin saja cukup banyak, yang juga berupa tokoh ”dia”, namun mereka tidak diberi kesempatan untuk menunjukkan sosok dirinya seperti halnya tokoh pertama. Entah apa yang terjadi dengannya. Datang-datang ia langsung marah. Memang kelihatannya ia punya banyak masalah. Tapi kalau dilihat dari raut mukanya, tak hanya itu yang ia rasakan. Tapi sepertinya ia juga sakit. Bibirnya tampak kering, wajahnya pucat,dan rambutnya kusut berminyak seperti satu minggu tidak terbasuh air. Tak satu pun dari mereka berani untuk menegurnya, takut menambah amarahnya.
Sudut Pandang Orang Ketiga Serbatahu Dalam sudut pandang ini, cerita dikisahkan dari sudut ”dia”, namun pengarang, narator dapat menceritakan apa saja hal-hal yang menyangkut tokoh ”dia” tersebut. Narator mengetahui segalanya, ia bersifat mahatahu (omniscient). Ia mengetahui berbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakanginya. Ia bebas bergerak dan menceritakan apa saja dalam lingkup waktu dan tempat cerita, berpindah-pindah dari tokoh ”dia”yang satu ke ”dia” yang lain, menceritakan atau sebaliknya ”menyembunyikan” ucapan dan tindakan tokoh, bahkan juga yang hanya berupa pikiran, perasaan, pandangan, dan motivasi tokoh secara jelas, seperti halnya ucapan dan tindakan nyata. Contoh: Sudah genap satu bulan dia menjadi pendatang baru di komplek perumahan ini. Tapi, belum satu kali pun dia terlihat keluar rumah untuk sekedar beramah-tamah dengan tetangga yang lain, berbelanja, atau apalah yang penting dia keluar rumah. “Apa mungkin dia terlalu sibuk, ya?” celetuk salah seorang tetangganya. “Tapi, masa bodoh! Aku tak rugi karenanya dan dia juga tak akan rugi karenaku.” Pernah satu kali dia kedatangan tamu yang kata tetangga sebelah adalah saudaranya. Memang dia sosok introvert, jadi walaupun saudaranya yang datang berkunjung
Contoh Mereka hanya muncul malam hari. Peri-peri pemetik air mata. Selalu datang berombongan— kadang lebih dari dua puluh—seperti arak-arakan capung, menjinjing cawan mungil keemasan, yang melekuk dan mengulin di bagian ujungnya. Ke dalam cawan mungil itulah mereka tampung air mata yang mereka petik. Cawan itu tak lebih besar dari biji kenari, tapi bisa untuk menampung seluruh air mata kesedihan di dunia ini. Saat ada yang menangis malam-malam, peri-peri itu akan berkitaran mendekati, menunggu air mata itu menggelantung di pelupuk, kemudian pelan-pelan memetiknya. Bila sebulir air mata bergulir jatuh, mereka akan buru-buru menadahkan cawan itu. Begitu tersentuh jari-jari mereka yang ajaib, setiap butir air mata akan menjelma kristal.
CONTOH Ibu semakin jarang berbicara. Suaranya terbenam entah di mana. Tidak ada lagi dongeng, dan tidak ada lagi candanya. Semua lenyap. Hanya kini, suara-suara keluar dari tangannya. Apa saja yang dipegangnya selalu berisik. Kadang aku mengira, gempa susulan terjadi lagi. Terutama ketika ia sedang berada di dapur.
Metafora Hiperbola Personifikasi Dst. 7. GAYA BAHASA Metafora Hiperbola Personifikasi Dst.
CONTOH Mereka tinggal di ceruk gua-gua purba. Ke sanalah butir-butir air mata yang dipetik itu dibawa. Di selisir ulir batu alir, di antara galur batu kapur berselubung tirai marmer bening yang licin dan basah, di jejulur akar-akar kalsit yang bercecabang di langit-langit stalagtit, peri-peri itu membangun sarang. Butir-butir air mata itu ditata menjadi sarang mereka, serupa istana-istana kecil yang saling terhubung jembatan gantung yang juga terbuat dari untaian air mata. Di langit-langit gua itu pula butir-butir air mata itu dironce terjuntai menyerupai jutaan lampu kristal yang berkilauan.
Latar Belakang Pengarang Latar Belakang Karya UNSUR EKSTRINSIK PROSA Latar Belakang Pengarang Latar Belakang Karya
PUISI
Hakikat puisi Puisi berasal dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya. Puisi adalah salah satu jenis hasil karya sastra yang penyajiannya sangat mengutamakan kegayaan kata (E.Kosasih, 2001: 172).
Pengertian puisi itu sendiri menurut Schmitt dan Viala (1982:115) ada 3 pengertian sebagai berikut. 1. Puisi adalah teks dengan larik dan bait atau prosa yang berirama. 2. Puisi adalah seni dalam membuat larik 3. Puisi adalah karya berkualitas yang khusus pada semua hal yang menyentuh, mempesona, membangkitkan pikiran. Larousse (1933:796) mendefinisikan puisi sebagai berikut. Puisi adalah seni dalam mengkombinasikan suara, irama, kata dalam bahasa untuk menghidupkan khayalan, ingatan kesan, luapan perasaan.
JENIS PUISI Mantra, syair, pantun, gurindam, karmina, talibun, seloka Puisi lama Mantra, syair, pantun, gurindam, karmina, talibun, seloka Distikhon, tersina, kuatrin, kuin, sektet, septima, oktaf, soneta Puisi Baru Puisi Bebas: Ode, elegi, balada, himne, epigram, romansa, dst.
PUISI Puisi Lama Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Ciri-ciri puisi lama: puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima Puisi dalam Bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποιῶ (poiéo/poió) = I create) adalah berarti seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.
Jenis Puisi Lama Yang termasuk puisi lama adalah: Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, 2 baris awal sebagai sampiran, 2 baris berikutnya sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka Jenis Puisi Lama
Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek Seloka adalah pantun berkait Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris
Contoh dari Jenis-jenis Puisi Lama Mantra Assalammu’alaikum putri satulung besar Yang beralun berilir simayang Mari kecil, kemari Aku menyanggul rambutmu Aku membawa sadap gading Akan membasuh mukamu Pantun Kalau ada jarum patah (a) Jangan dimasukkan ke dalam peti (b) Kalau ada kataku yang salah (a) Jangan dimasukan ke dalam hati (b) Karmina Dahulu parang, sekarang besi (a) Dahulu sayang sekarang benci (a)
Seloka Lurus jalan ke Payakumbuh, Kayu jati bertimbal jalan Di mana hati tak kan rusuh, Ibu mati bapak berjalan Gurindam Kurang pikir kurang siasat (a) Tentu dirimu akan tersesat (a) Barang siapa tinggalkan sembahyang (b) Bagai rumah tiada bertiang (b) Jika suami tiada berhati lurus (c) Istri pun kelak menjadi kurus (c)
Syair Pada zaman dahulu kala (a) Tersebutlah sebuah cerita (a) Sebuah negeri yang aman sentosa (a) Dipimpin sang raja nan bijaksana (a) Talibun Kalau anak pergi ke pekan Yu beli belanak pun beli sampiran Ikan panjang beli dahulu Kalau anak pergi berjalan Ibu cari sanak pun cari isi Induk semang cari dahulu
Ciri-ciri dari Jenis Puisi Lama Bersifat lisan, dan diyakini berkekuatan magis Adanya perulangan Metafora merupakan unsur penting Bersifat esoferik (bahasa khusus antara pembicara dan lawan bicara) dan misterius Lebih bebas dibanding puisi rakyat lainnya dalam hal suku kata, baris dan persajakan bisa saja berima akhir abc-abc, abcd-abcd, abcde-abcde. Mantra
Pantun Setiap bait terdiri 4 baris Baris 1 dan 2 sebagai sampiran Ciri-ciri: Setiap bait terdiri 4 baris Baris 1 dan 2 sebagai sampiran Baris 3 dan 4 merupakan isi Bersajak a – b – a – b Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata Berasal dari Melayu (Indonesia) Pantun
SYAIR Ciri-ciri: Terdiri atas empat baris Bersajak a-a-a-a Semua baris merupakan isi Suku kata perbaris tidak lebih dari 12 suku kata SYAIR
KARMINA (PANTUN KILAT) Ciri-ciri: Terdiri atas dua baris Bersajak a-a Baris pertama adalah sampiran Baris kedua adalah isi KARMINA (PANTUN KILAT)
TALIBUN Ciri-ciri: Terdiri atas 6, 8, 10, 12, ... baris Sajak tergantung dari jumlah baris, begitupun isinya, misalnya: 6 baris a – b – c - a – b – c Sampiran isi TALIBUN
SELOKA Ciri-ciri: Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair Namun ada seloka yang ditulis lebih dari empat baris SELOKA
Ciri-ciri: Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian Baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi GURINDAM
PUISI BARU Bentuknya rapi, simetris; Ciri-ciri Puisi Baru Bentuknya rapi, simetris; Mempunyai persajakan akhir (yang teratur); Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain; Sebagian besar puisi empat seuntai; Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.
Puisi Baru yang Masih Terikat Aturan Distikon : 2 baris Tersina : 3 baris Kuatrin : 4 baris Kuin : 5 baris Sektet : 6 baris Septima : 7 baris Standza/Oktaf: 8 baris Soneta : 14 baris
Penamaan Berdasarkan Jumlah Baris Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai). Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai). Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai). Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai). Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai). Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai). Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris
Ciri puisi dari Jenis bentuknya: Berkali kita gagal Ulangi lagi dan cari akal Berkali-kali kita jatuh Kembali berdiri jangan mengeluh (Or. Mandank) Distikon: Distikon (Greek) Terdiri 2 baris (sajak 2 seuntai) Rima aa – bb
Contoh: Dalam ribaan bahagia datang Tersenyum bagai kencana Mengharum bagai cendana Dalam bah’gia cinta tiba melayang Bersinar bagai matahari Mewarna bagaikan sari (Madah Kelana Karya : Sanusi Pane) TERSINA
Contoh: Mendatang-datang jua Kenangan masa lampau Menghilang muncul jua Yang dulu sinau silau Membayang rupa jua Adi kanda lama lalu Membuat hati jua Layu lipu rindu-sendu (A.M. Daeng Myala) KUATRIN/QUATRAIN
Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya, puisi baru dibedakan menjadi: Balada adalah puisi berisi kisah/cerita b) Himne adalah puisi pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater.
Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernafaskan ke-Tuhan-an.
c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa c) Ode adalah puisi sanjungan untuk orang yang berjasa. Ciri ode nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum
d) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih d) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.
d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup d) Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup. Epigramma (Greek); unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
e) Romance adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta kasih. Romantique (Perancis); keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra.
f) Elegi adalah puisi yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
g) Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik Satura (Latin); sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim, dll.)
Struktur fisik dan struktur batin diksi STRUKTUR FISIK Puisi: hakikat puisi-struktur batin Kata kongkret pencitraan tema tipografi majas amanat rima irama feeling Nada & suasana
1. Diksi Perbendaharaan Kata Urutan Kata Daya sugesti kata Ciri khas penyair Contoh: winka, sihka, tuhan, hantu Bersifat beku Mengakibatkan daya magis Contoh: ping di atas pong Pong di atas ping Ping ping bilang pong Pong pong bilang ping Cayamu panas suci/ tinggal kerdip lilin di kelam sunyi/ hilang bentuk/ remuk
2. Pengimajian Kata atau susunan kata yang dapat mengungkapkan pengalaman sensoris seperti penglihatan, pendengaran, atau perasaan. Contoh: Perempuan yang membawa bakul di pagi buta, siapakah mereka Mereka ibu-ibu berhati baja, perempuan-perempuan perkasa Seruling di pasir ipis merdu, antara gundukan pohon kina
3. Kata konkret Ditunjang dengan penggunaan kiasan dan lambang. Untuk mengkronkretkan hal yang ingin disampaikan agar pembaca mampu membayangkan lebih kuat. Contoh: pulang ke bawah jembatan yang melulur sosok --tempat tidur pengap di bawah jembatan hidup dari kehidupan angan yang gemerlapan/gembira dari kemayaan riang -- dunia yang penuh kemayaan
4. Bahasa figuratif A. Kiasan (1) Metafora: kiasan langsung. contoh: engkaulah putri duyung/tawananku/putri duyung dengan suara merdu (Rendra) (2) Perbandingan/simile: kiasan tidak langsung, menggunakan kata-kata pengias (seperti, laksana,dst) contoh: rindunya bagai pualam belum diasah (3) Personifikasi: benda mati dianggap sebagai manusia. contoh: kotaku hidupnya tak lagi punya tanda (Toto S) (4) Hiperbola: kiasan yang berlebihan. contoh: Aku mau hidup seribu tahun lagi ( Chairil) (5) Sinekdoke a. part pro toto: dari pagi sampai sore/rakyat negeriku bergerak dengan lunglai b. totem pro parte: tiga anak kecil yang membawa karangan bunga
B. Pelambangan Lambang warna: padamkan jingga warna matamu, Samijo (Rendra-Balada Sumilah) Lambang benda: burung dara jantan yang dulu kau pelihara/kini telah terbang dan menemu jodohnya/ia akan pulang selama-lamanya (Surat kepada bunda tentang calon menantunya-Rendra) Lambang bunyi: kutulis surat ini/kala hujan gerimis/bagai bunyi tabur mainan/anak peri dunia yang gaib (surat cinta-Rendra) Lambang suasana: ini barisan tak bergenderang berpalu/kepercayaan tanda menyerbu
5. versifikasi Rima (a) Onomatopea: tiruan terhadap bunyi-bunyi yang ada. (b) Bentuk intern pola bunyi: aliterasi, asonansi, repetisi bunyi,dst. (c) Pengulangan kata (2) Ritma: pengulangan tekanan kata yang tepat. contoh: pagiku hilang/sudah melayang hari mudaku/sudah pergi kini petang/datang membayang batang usiaku/sudah tinggi
6. Tipografi Tata wajah puisi. Contoh: puisi winka sihka
Struktur batin puisi Tema Ketuhanan: Doa (Chairil Anwar) Kemanusiaan: Gadis peminta-minta (Toto S.) Kebangsaan: Karawang-Bekasi (Chairil A) dst
2. Perasaan Perasaan penyair yang dituangkan dalam puisi. Contoh: perasaan toto S. dalam menyikapi pengemis, berbeda dengan perasaan Rendra dan Chairil.
3. Nada dan suasana Nada: sikap penyair terhadap pembaca: menggurui, menasihati, mengkritik, menyindir, dst. Suasana: keadaan jiwa pembaca setelah membaca puisi.
4. Amanat Pesan yang ingin disampaikan penyair
KETIKA JARI-JARI BUNGA TERBUKA Sapardi Djoko Damono ketika jari-jari bunga terbuka mendadak terasa: betapa sengit cinta Kita cahaya bagai kabut, kabut cahaya; di langit menyisih awan hari ini, di bumi meriap sepi yang purba; ketika kemarau terasa ke bulu-bulu mata, suatu pagi di sayap kupu-kupu, di sayap warna swara burung di ranting-ranting cuaca, bulu-bulu cahaya: betapa parah mabuk berjalan, di antara jerit bunga-bunga rekah 1968
DRAMA Drama merupakan salah satu genre sastra yang ditulis dalam bentuk dialog dengan maksud dipertunjukkan oleh aktor. Dalam arti luas drama merupakan semua bentuk tontonan yang mengandung cerita yang dipertunjukkan di depan orang banyak. Dalam arti sempit drama merupakan kisah hidup manusia dalam masyarakat yang diproyeksikan ke atas panggung pertunjukan.
JENIS DRAMA Berdasarkan penyajian lakon, drama dapat dibedakan menjadi delapan jenis, yaitu: Tragedi: drama yang penuh dengan kesedihan Komedi: drama penggeli hati yang penuh dengan kelucuan. Tragekomedi: perpaduan antara drama tragedi dan komedi. Opera: drama yang dialognya dinyanyikan dengan diiringi musik. Melodrama: drama yang dialognya diucapkan dengan diiringi melodi/musik. Farce: drama yang menyerupai dagelan, tetapi tidak sepenuhnya dagelan. Tablo: jenis drama yang mengutamakan gerak, para pemainnya tidak mengucapkan dialog, tetapi hanya melakukan gerakan-gerakan. Sendratari: gabungan antara seni drama dan seni tari.
UNSUR-UNSUR NASKAH DRAMA Tema adalah ide pokok atau gagasan utama sebuah cerita drama. Alur yaitu jalan cerita dari sebuah pertunjukkan drama mulai babak pertama hingga babak terakhir. Babak adalah bagian dari alur yang terdiri dari beberapa adegan berdasarkan urutan peristiwa atau adegan dalam penceritaan. Tokoh drama atau pelaku drama terdiri dari tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama atau peran utama disebut primadona sedangkan peran pembantu disebut figuran. Watak adalah perilaku yang diperankan oleh tokoh drama. Watak protagonis adalah watak (perilaku) baik yang diperankan oleh tokoh drama, contohnya : penyabar, kasih sayang, santun, pemberani, pembela yang lemah, baik hati dan sebagainya. Watak antagonis adalah watak (perilaku) jahat yang diperankan oleh tokoh drama, contohnya: sifat iri dan dengki, kejam, penindas dan sebagainya. Latar atau setting adalah gambaran tempat, waktu dan situasi peristiwa dalam cerita drama. Petunjuk Lakuan adalah teks petunjuk laku bagi pemeran tokoh. Amanat drama adalah pesan yang ingin disampaikan pengarang kepada penonton. Amanat drama atau pesan disampaikan melalui peran para tokoh drama.
UNSUR PEMENTASAN DRAMA Naskah Pemain/aktor Sutradara Tata Rias Tata Busana Tata Panggung, Tata Suara, dan Tata Lampu Penonton
Gaya dan Stilistika