TES POPULASI KHUSUS VLENZY RIEUWPASSA 832015014 HAPPY C. SUNUSI 832015017 KETRINA T. SURLIALY 832015018 ELIZABETH WATTIMENA 832015019
ASESMEN BAYI DAN ANAK PRA SEKOLAH
Asesmen kemampuan bayi Periode bayi dan prasekolah mencakup sejak kelahiran hingga sekitar 6 tahun. Pengukuran bayi semenjak kelahiran hingga usia 2 ½ tahun, dan tes prasekolah bagi anak-anak dari usia 2 ½ hingga usia 6 tahun. Perkembangan Tes bagi anak cenderung bersifat multidimensional dan menempatkan bobot signifikan pada perkembangan sensorik. Sejumlah instrumen pengukuran yang telah distandardisasikan, Kaufman Assessment Baterry for Children-2, dan differential Ability Scales-II lazimnya digunakan dalam asesmen anak-anak prasekolah mulai usia 2 ½ tahun. Tes-tes ini menitikberatkan pada keterampilan-keterampilan kognitif seperti pemahaman verbal dan pemikiran spasial, dengan demikian, skala pengukuran bayi dan tes anak prasekolah mengukur komponen kemampuan intelektual yang berbeda.
Neonatal Behavioral Assessment Scale (NBAS) Menekankan perlunya mendokumentasikan kontribusi bayi terhadap sistem orang tua-bayi. Skala tersebut menilai indikator perilaku bayi melalui 28 soal, yang masing-masing diskor dalam skala 9 poin yaitu pengurangan respons terhadap cahaya, orientasi ke stimulus, visual yang tidak bergerak, kemudahan anak diemong , kemudahan anak dihibur. Kondisi neurologis bayi dievaluasi melalui 18 soal untuk mengeksplorasi kemampuan refleks, yang masing-masing diskor dalam skala 4 poin yaitu genggaman plantar, refleks babinski, refleks mencium-cium dan refleks menghisap. Bagi bayi-bayi yang lemah dan beresiko tinggi diberikan tujuh soal tambahan. Kemampuan yang dievaluasi melalui soal-soal seperti, kualitas kewaspadaan terhadap stimulus, ambang iritabilitas secara umum, respon emosional evaluator terhadap bayi yang dievaluasi. NBAS dengan tujuan meningkatkan kepekaan para orang tua terhadap keunikan bayi mereka dan mendorong hubungan orang tua-bayi yang positif. Riset menunjukan bahwa NBAS berguna untuk membantu para ibu mengantisipasi respons bayi mereka terhadap stimuli lingkungan sekitar.
Terkait riset yang meneliti kemampuan bayi, beragam peneliti telah mengembangkan sistem skoring bagi NBAS, termasuk di dalamnya metodeskoring tujuh ranah yang diciptakan oleh Lester (1984). Metode yang populer ini memberikan skor total dalam ranah-ranah yang telah diidentifikasi (habituasi, orientasi, kinerja motorik, kepekaan terhadap rangsang, regulasi, stabilitas ekonomi, dan refleks). NBAS juga mampu mendeteksi dampak merugikan dari polychlorinated bib henyl (PCB) pada bayi. NBAS juga menunjukan sensitivitas terhadap dampak dari depresi mayor yang dialami oleh para ibu, yakni dengan mengungkapkan adanya peningkatan kepekaan terhadap rangsangan namun menurunnya daya konsentrasi terhadap stimulu wajah/suara pada bayi-bayi yang baru di lahirkan oleh para ibu tersebut (Hernandez-Reif, Viled, Diego, & Ruddog, 2006). Instrumen ini juga peka terhadap perubahan perilaku menyusui pada bayi-bayi prematur (Medovv-Chooper & Ratcliffe, 2005).
Bayley-III Tes yang cocok bagi anak-anak berusia 1 bulan hingga 42 bulan ini merupakan piranti penting dalam evaluasi hambatan perkembangan pada bayi dan balita. Asesmens dalam lima ranah: Cognitive Scale (Skala kognitif) Language Scale (skala bahasa) Motor Scale (skala motorik) Social-emotional Scale (skala sosial-emosional) Adaptive Behavior Scale (skala perilaku adaptif) Kualitas teknis dan standardisasi istimewa dari bayley-III menjadikan tes ini salah satu tes terbaik, secara psikometri dalam bidangnya.
Secara Singkat: Pengukuran Tambahan Terhadap Kemampuan Bayi
Asesmen Inteligensi Prasekolah Instrumen-instrumen yang paling sering dipakai meliputi: Kaufman Assessment Baterry for Children-2 (KABC-2) McCharty Scales of Children’s Abilities (MSCA) Differential Ability Scales-II (DAS-II) Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-III (WPSSI-III) Stanford-Binet Intelligence Scales for Early Childhood, Fifth Edition (Early SB5)
Differential Ability Scales-II (DAS-II) Tes ini terdiri dari tiga subtes: Early Years Baterry (tingkat bawah) bagi usia 2-6 tahun hingga 3-5 tahun, Early Years baterry (tingkat atas) bagi usia 3-6 hingga 6-11 tahun, dan School-Age Baterry bagi usia 7-10 tahun hingga 7-11 tahun. DAS-II meliputi 10 subtes inti dan 10 subtes diagnostik. Subtes-subtes inti merupakan instrumen pengukuran primer terhadap kemampuan kognitif, sedangkan subtes diagnostik menghadirkan informasi mengenai kesiapan bersekolah dan pemrosesan informasi. Subtes diagnostik berkontribusi pada tiga skor klaster diagnostik (School Readiness, Working memory, dan Processing Speed). Subtes-subtes ini menghasilkan informasi yang berguna dalam asesmen masalah belajar dan kesiapan bersekolah, sehingga menjadi pelengkap subtes-subtes inti. Reliabilitas skor DAS-II tergolong tinggi untuk instrumen yang digunakan pada level prasekolah. Selain itu, Validitas dalam pengukuran DAS-II menunjukan korelasi yang sangat kuat dengan tes-tes yang lainnya yang mengukur kinerja dan prestasi kognitif anak-anak prasekolah.
validitas DAS-II terdiri dari data tes terhadap dua belas kelompok khusus, mencakup: anak-anak berbakat, anak-anak retardasi mental, anak-anak yang mengalami hambatan membaca, anak-anak ADHD dan yang mengalami kesulitan belajar, anak-anak mengalami keterbatasan kemampuan berbahasa inggris. Secara umum, kelompok-kelompok tersebut menunjukan pola skor yang konsisten dengan teori. Sebagai contoh, anak-anak yang mengalami hambatan membaca menghasilkan skor yang relatif rendah pada klaster Verbal Ability (kemampuan Verbal); anak-anak yang mengalami ADHD dan kesulitan belajar menghasilkan skor yang relatif rendah pada klaster School Readiness (Kesiapan Bersekolah); anak-anak yang diketahui berbakat menghasilkan skor GCA rata-rata sebesar 125.
Wechsler Preschool and Primary Scale of Intelligence-III (WPPSI-III) Kelompok usia 2 ½ hingga 7 tahun dan 3 bulan (Wechsler, 2002). Tes ini terdiri dari 14 subtes yang dirancang sebagai salah satu dari tiga kelompok: Core (Inti): subtes ini diperlukan bagi perhitungan IQ verbal, Performance, Full scale. Supplemental (Tambahan): subtes ini menyediakan informasi tambahan mengenai kemampuan kognitif atau dapat digunakan sebagai pengganti bagi subtes yang tidak tepat atau yang “terlalu mudah”. Optimal (pilihan): subtes ini menyediakan informasi tambahan mengenai kinerja kognitif, namun tidak dapat digunakan sebagai pegganti subtes-subtes inti. WPPSI-III dibagi menjadi dua rentang usia: usia 2-6 hingga 3-11 tahun, dan usia 4-0 hingga 7-3. Rangkaian te (battery) bagi kelompok usia yang lebih mudah mencakup empat subtes inti dan satu subtes suplemental/tambahan.
Rangkaian tes ini terdiri dari subtes-subtes: Receptive Vocabulary (Kosakata Reseptif) dan Information (Informasi), yang digunakan secara basis pengukuran IQ Verbal, dan subtes-subtes Block Design (Menyusun Balok) dan Object Assembly (Menata Objek), yang menjadi basis pengukuran IQ Performance. Subtes Picture Naming (Menamai Gambar), yang merupakan subtes suplemental, dapat digunakan sebagai subtitusi sebagai bagi Receptive Vocabulary atau informasi. Rangkaian tes bagi anak- anak yang lebih tua jauh lebih komprehensif dan terdiri dari tujuh subtes inti, lima subtes suplemental, dan dua subtes opsional.
Stanford-Binet Intelligence Scales for Early Childhood Menggambungkan subtes-subtes dari Stanford-Binet Intelligence Scales, Fifth Edition (SB5) dengan Tes Observation Checklist (Daftar Kriteria Observasi Tes) yang baru dan Parent Report (Laporan Orang Tua) yang dihasilkan oleh suatu program komputer. Early SB5 dikembangkan bagi anak-anak berusia 2-7 tahun dan 3 bulan. Inilah rentang usia saat level kinerja anak yang sesugguhnya dapat diskor jauh rendah ketimbang kemampuan yang sesungguhnya akibat masalah perilaku, seperti distraktibilitas (fokus atensi anak beralih akibat gangguan dari lingkungan), toleransi frustasi yang rendah, atau ketidakpatuhan pada instruksi. Tujuan TOC adalah memberikan suatu format yang bersifat kualitatif, namun sangat terstruktur, yang bertujuan menginformasikan beragam rentang perilaku anak, termasuk ketidakpatuhan pada instruksi, yang diketahui mempengaruhi kinerja anak dalam tes. Fokus TOC adalah pada perilaku-perilaku yang secara negatif mempengaruhi kinerja tes. Perilaku anak dalam menjalankan tes, sebagaimana didaftar dalam TOC, dibagi menjadi dua kelompok: Characteristic (Karakteristik) Motor Skills, Activity Level, Attention/Distractibility, Impulsivity and Language 2) Specific Behavior (Perilaku Spesifik) Consistency in Performance, Mood, Frustration Tolerance, Change in Mental Set, Motivation, Fear of Failure, Degree of Cooperativeness/Refusals, Anxiety, Need for Redirection, Parental Behavior,and Representativeness of Test Behavior. TOC membantu pemberi tes mengidentifikasi perilaku-perilaku problematis yang dapat mempengaruhi validitas hasil tes. perilaku-perilaku bermasalah tersebut dapat digunakan untuk pendektesian dini terhadap hambatan perkembangan seperti kesulitan belajar, perilaku bermasalah, hambatan berkonsentrasi, kinerja kognitif di bawah rata-rata (borderline) dan defisit neurofisiologis (Aylward & Carson, 2005).
Kegunaan Praktis Asesmen Bayi dan Anak Prasekolah Sejarah asesmen anak telah membuktikan berulangkali bahwa, secara umum, skor tes yang diperoleh pada usia satu hingga dua tahun menunjukan validitas prediktif yang minimal. Sebagai contoh, dalam tinjauannya terhadap tes inteligensi bayi, Goodman (1990) (dengan sinis) menyimpulkan: Bila salah satu prestasi besar psikologi terapan adalah kemampuan memprediksi intelegensi seseorang ketika memasuki masa remaja dan dewasa berdasarkan skor tes intelegensi sesama bayi hingga masa kanak-kanak, salah satu kegagalan terbesarnya adalah ketidakmampuan mengukur intelegensi semasa bayi hingga masa kanak-kanak itu sendiri.
Validitas Prediktif Tes Bayi dan Anak Prasekolah Hasil-hasil penelitian secara umum menyatakan bahwa skor tes bayi berkolerasi secara positif, namun tidak secara signifikan, dengan skor tes masa kanak-kanak (Goodman, 1990; McCall, 1979). McCall (1976) secara umum, tidak terdapat korelasi apapun antara kinerja seorang anak yang berusia enam bulan dengan skor IQ saat anak tersebut berusia di atas 5 tahun; korelasinya berkisar di angka 0,20-an pada asesmen yang dilakukan antara usia 7 dan 18 tahun untuk memprediksi IQ pada usia 5-18 tahun; dan barulah pada usia 19-30 bulan, tes bayi mampu memperdiksi IQ pada usia 5-18 tahun dengan korelasi 0,40-0,55.
Manfaat Praktis Skala Bayi Aplikasi terpenting dan logis dari tes tes bayi adalah identifikasi atau penyaringan (screening) terhadap adanya hambatan perkembangan.
Fagan Test on Infant Intelligence (FTII) Fagan (1984) mengembangkan sebuah pendekatan baru terhadap asesmen bayi, yang dikenal dengan nama Fagan Test of Infant Intelligence (FTII). FTII mungkin lebih berguna sebagai suatu instrumen penyaringan (screening) alih – alih sebagai suatu predictor umum terhadap inteligensi semasa kanak – kanak. Meskipun demikian, tidak semua studi mengenai kemampuan screening FTII terhadap bayi – bayi yang berisiko bernada positif.
Penyaringan Bagi Kesiapan Bersekolah Tujuan utama penyaringan (screening) adalah mengidentifikasi anak – anak yang berisiko sehingga mereka dapat dirujuk ke evaluasi yang lebih komprehensif (Kamphaus, 1993). Instrumen penyaringan (screening) yang ideal memiliki dua karakteristik. Pertama, tes tersebut angkat dan dapat dilakukan oleh guru, perawat unit kesehatan sekolah (UKS), dan para individu yang telah menjalani pelatihan terbatas dalam asessmen. Kedua, tes penyaringan yang peka mampu memberikan suatu skor komposir yang secara akurat yang mampu membedakan anak normal atau anak berisiko.
Karakteristik Instrumen Penyaringan Prasekolah Yang Bermutu Tinggi Daftar kriteria berikut ini dirancang secara bebas berdasarkan rekomendasi kelompok tersebut. Tujuan utama instrumen adalah penyaringan (screening), bukan asesmen, diagnosis, atau prediksi kesuksesan akademik, Penyaringan dilaksanakan dalam semua (sebagian besar) ranah berikut ini : kinerja motorik, bahasa, kognitif, sosial dan emosional. Koefisien reliabikitas tes – tes secara keseluruhan memiliki nilai minimum 0,70, semakin tinggi, semakin baik. Kepekaan (sensitivitas) dan keakuratan instrumen dalam mengklasifikasikan anak yang “berisiko” dan “tidak berisiko”memiliki nilai minimum 0,70. Intrument tersebut bersifat praktis dan mudah diadministrasikan, dengan waktu peenyajian 30 menit atau kurang. Intrumen tersebut memiliki sensitivitas terhadap budaya, etnik, dan linguistik. Hanya diperlakukan pengetahuan minimum untuk mengadministrasikan instrumen tersebut.
Instrumen Untuk Penyaringan Prasekolah Karakteristik menarik dari evaluasi ini adalah bahwa hampir semua tes tersedia dalam beragam bahasa, termasuk Spanyol, Prancis, Korea,Vietnam,Laos,Kamboja,Hmong (bahasa suatu kelompok etnik yang mendiami area bergunung – gunung di asia tenggara).
DIAL III Developmental Indicators for the Assessment of Learning-III adalah sebuah prosedur penyaringan yang diadministrasikan secara individual, yang dirancang untuk pendeteksian masalah perkembangan (atau bakat yang superior) secara efisien pada anak – anak prasekolah.
DENVER II Tes Denver tampaknya merupakan tes penyaringan pediatris yang paling dikenal dan paling banyak diteliti di amerika serikat.
HOME Yang lebih dikenal sebagai HOME inventory, mungkin merupakan indeks lingkungan anak yang paling banyak digunakan. Instrumen ini, yang dirancang berdasarkan observasi in-home (langsung di rumah - rumah) dan berdasarkan wawancara dengan pengasuh utama, menyediakan lingkungan fisik dan sosial anak.
Latar Belakang Dan Deskripsi Tujuan Home Inventory adalah mengukur kualitas dan kuantitas stimulasi dan dukungan terhambat perkembangan kognitif, sosial, serta emosional yang bisa diperoleh anak dalam rumahnya.
Fitur – fitur Teknis Skor HOME juga menunjukkan hubungan kuat, yang mendukung teori, dengan kriteria eksternal yang tepat, termasuk bahasa dan perkembangan, kegagalan bersekolah, intervensi terapeutik, dan retardasi mental (Caldwell & Bradley, 1984).
II. MENGETES ORANG YANG MENGALAMI DISABILITAS
Asal Muasal Tes Bagi Populasi Khusus Pada tahun 1973, Public Law 93-112 disahkan, yang berfungsi sebagai “Bill of Rights” (undang-undang yang mengatur hak-hak asasi) bagi para penyandang cacat. Undang-undang ini melarang diskriminasi berdasarkan kecacatan. Dua tahun kemudian, Education for All Handicapped Children Act (undang-undang pendidikan bagi anak-anak cacat, dalam Public Law 94-142) disahkan. Undang-undang ini menetapkan bahwa anak-anak cacat usia sekolah harus mendapatkan pendidikan dan asesmen yang layak.
Tes Nirbahasa Tes nirbahasa sangat cocok digunakan untuk asesmen terhadap orang-orang yang tidak menguasai bahasa pembuat tes, atau untuk orang-orang dengan hambatan bicara atau ketrampilan bahasa yang terbatas
Leiter International Performance Scale-Revised Pada tahun 1929, Leiter merancang sebuah edisi eksperimental dari tes tersebut untuk tujuan asesmen inteligensi orang-orang yang mengalami hambatan bicara dan hambatan pendengaran serta untuk orang-orang yang menguasai lebih dari satu bahasa (bilingual) dan tidak bisa berbahasa Inggris
Leiter-R memuat 20 subtes yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu Visualization and Reasoning dan Memory and Attention. 4 subtes Reasoning 6 subtes Visualization 8 subtes Memory 2 subtes Attention Klasifikasi dan Analogin desian (Design analogies) Mencocokkan gambar, mengenali latar belakang gambar (figure-ground), melipat kertas, dan rotasi bentuk Rentang memori, memori spasial, memori asosiatif, dan memori rekognisi berjeda (delayed recognition memory) Tes menggarisbawahi (contohnya, menandai semua bujur sangkar yang tercetak diatas selembar kertas yang sarat dengan bentuk-bentuk geometris) dan semacam pengukuran atensi terbagi (devided attention)
Tes Menggambar Figur Manusia Orang pertama yang menggunakan tehnik menggambar figure manusia (human figure drawing; HFD) sebagai suatu tes inteligensi terstandarisasi adalah Florence Goodenough (1926). Tes ciptaannya, yang dikenal dengan nama tes Draw-A-Man, direvisi oleh Harris (1963) dan dinamai Goodenough-Harris Drawing Test. Goodenough-Harris Drawing Test adalah sebuah tes inteligensi nonverbal yang durasinya singkat, yang dapat diadministrasikan secara perseorangan maupun dalam kelompok. Tujuan tes Goodenough-Harris adalah mengukur kemasakan intelektual, bukan ketrampilan artistic.
Hiskey-Nebraska Test of Learning Aptitude Hiskey-Nebraska Test of Learning Aptitude (H-NTLA) merupakan skala kinerja nirbahasa yang digunakan untuk anak berusia 3 sampai 17 tahun. Tes ini dapat dilaksanakan seluruhnya melalui pantomime dan tidak memerlukan respons verbal dari peserta. H-NTLA bermanfaat bila diterapkan terhadap anak-anak yang tuli, yang mengalami hambatan bicara atau pendengaran, yang mengalami retardasi mental, atau anak-anak dwibahasa (bilingual).
H-NTLA terdiri dari 12 subtes: Bead Patterns (Pola Lingkaran) Block Patterns (Pola Blok) Memory for Color (Memori Warna) Completion of Drawings (Penyelesaian Gambar) Picture Identification (Mengenali Gambar) Memory of Digits (Memori Angka) Picture Association (Asosiasi Gambar) Puzzle Blocks (Balok-balok Puzzle) Paper Folding (Melipat Kertas) Picture Analogies (Analogi Gambar) Visual Attention Span (Rentang Atensi Visual) Spatial Reasoning (Penalaran Spasial)
Test of Nonverbal Intelligence-3 Test of Nonverbal Intelligence-3 (TONI-3) merupakan sebuah instrument pengukuran kemampuan kognitif yang dirancang bebas bahasa, bagi populasi cacat atau minoritas. Secara khusus, para perancang tes merekomendasikan tes ini untuk keperluan asesmen terhadap orang-orang yang menderita aphasia (gangguan berbahasa akibat kerusakan di otak), orang-orang yang tidak mampu berbahasa Inggris, orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran, dan orang-orang yang mengalami trauma neurologis yang berat.
Soal-soal TONI-3 dapat digolongkan menjadi sejumlah kategori, termaksud kategori-kategori berikut ini: Simple matching (Pencocokan sederhana) Analogies (Analogi) Classification (Pengelompokkan) Intersection (Persilangan) Progresi (Kemajuan)
Tes Nirbacaan dan Tes Nirmotorik Tes-tes nirbacaan (nonreading test) dirancang bagi partisipan buta huruf yang memahami bahasa Inggris lisan sehingga mampu memahami instruksi verbal. Tes-tes kecerdasan nirbahasa cocok diterapkan bagi anak-anak belia, partisipan yang buta huruf, dan orang-orang yang mengalami hambatan kemampuan verbal atau hambatan kemampuan mengekspresikan bahasa.
Peabody Picture Vocabulary Test-IV PPVT-4 digunakan untuk memperoleh hasil pengukuran secara tepat terhadap kosakata lisan (listening vocabulary) yang dimiliki para tuna rungu atau orang-orang yang mengalami hambatan neurologis atau hambatan berbicara. Tes ini secara khusus bermanfaat bagi para partisipan yang juga memiliki kondisi-kondisi hambatan motoric, seperti cerebral palsy atau stroke.
PPVT-4 dipublikasikan dalam dua versi yang paralel, setiap versinya terdiri dari 4 lembar untuk latihan dan 228 lembar yang digunakan untuk pengetesan itu sendiri. Setiap lembar memuat empat gambar objek atau pemandangan sehari-hari. Soal-soal tes ditata dalam 19 set (setiap set berisi 12 soal) untuk keperluan identifikasi yang efisien terhadap level basal (batas bawah) dan ceiling (batas atas).
Mengetas Orang Yang Mengalami Hambatan Penglihatan Haptic Intelligence Scale for the Adult Blind (HISAB) mencakup enam subtes, empat diantaranya menyerupai Digit Symbol (Simbol Angka), Block Design (Rancangan Blok), Object Assembly (Pengaturan Objek), dan Picture Completion (Melengkapi Gambar) dari skala Performance pada tes WAIS. Dua subtes lainnya terdiri dari Bead Arithmetic (Aritmetika Manik-manik) yang melibatkan penggunaan sempoa (abacus) untuk menyelesaikan soal-soal aritmetika dan sebuah Pattern Board (Papan Berpola) yang mengharuskan peserta tes meniru pola tersebut pada sebuah papan yang berlubang-lubang dan memiliki pasak-pasak.
Sebuah instrumen yang menarik lainnya adalah Blind Learning Aptitude Test (BLAT), yaitu tes taktil bagi anak-anak berusia 6-16 tahun yang mengalami kebutaan. Item-item BLAT bentuknya seperti patahan (bas-relief), terdiri dari titik-titik dan garis-garis serupa Braille. Item-item terdiri dari enam jenis yang berbeda: rekognisi (pengenalan) perbedaan, rekognisi kesamaan, indentifikasi progresi, identifikasi bagian yang hilang dalam matriks 2×2, penyelesaian gambar, dan identifikasi unsur yang hilang dalam matriks 3×3.
Intelligence Test for Visually Impaired Children (ITVIC) Intelligence Test for Visually Impaired Children (ITVIC). Tes ini yang dirancang bagi anak-anak berusia 6-15 tahun, yang memiliki norma-norma yang terpisah bagi anak-anak yang memiliki penglihatan terbatas (partially sighted) dan anak-anak yang buta total. Verbal Nonverbal/Haptik Vocabulary (Kosakata) Perception of Objects (Persepsi Objek) Digit Span (Rentang Angka) Perception of Figures (Persepsi Angka) Verbal Fluency (Kefasihan Lisan) Block Design (Rancangan Blok) Verbal Analogies (Analogi Lisan) Rectangle Puzzles (Puzzle Bujursangkar) Learning Names (Mempelajari Nama) Map and Plan Test (Menguji Peta dan Rancangan) Exclusion of Figures (Eksklusi/Peniadaan Angka) Figural Analogies (Analogi Gambar)
Mengetes Tunarungu atau Penderita Gangguan Pendengaran Lebih dari 1 juta warga Amerika mengalami ketulian atau mengalami gangguan pendengaran yang serius sehingga harus bergantung pada American Sign Language (ASL; bahasa isyarat yang memadukan gerak jari dasn gerak bibir) sebagai sarana utama berkomunikasi (Brauer, Braden, Pollard, & Hardy Braz, 1898). sampel para tunarungu atau orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran dan menggunakan bahasa isyarat “memiliki beragam karakteristik dalam kontinum multidimensional, yang mencakup beragam gaya, variasi leksikal, struktur sintaksis, dialek, dan beragam keunikan linguistik yang bisa condong, atau sebaliknya, berada dari urutan kata-kata dalam bahsa inggris” (Brauer dkk., 1998, hal.299) akibatnya, suatu tes yang dikembangkan dalam ASL yang baku tidaklah cocok diterapkan bagi setiap tunarungu.
Assesmen yang akurat dan valid terhadap kaum tunarungu membutuhkan para psikolog yang sungguh-sungguh mendalami dunia tunarungu (deal culture) dan juga yang memiliki pengalaman pendidikan dan pelatihan yang relevan. Psikolog yang bersangkutan harus memiliki pemahaman menyeluruh mengenai implikasi katulian dan penggunaan bahasa isyarat dalam membuat diagnosis bagi kaum tunarungu. Jika seseorang psikolog yang berpraktif tidak memiliki ketrampilan tersebut, akibatnya asesmen kaum tunarungu harus dirujuk ke orang atau lembaga yang memiliki kompetensi atau keahlian yang relevan.
Penggunaan penerjemah bahasa isyarat dalam pengetesan tunarungu merupakan isu yang rumit dan kontroversial. Terdapat resiko bahwa seorang penerjemah, bila tidak berhati-hari, bisa saja mengubah isi atau materi tes sehingga mempengaruhi validitas hasil tes. penelitian juga telah membuktikan bahwa para tunarungu dan para pengguna bahasa isyarat meraih skor IQ lebih tinggi jika petunjuk tes diberikan dalam format bahsa isyarat, alih-alih diberikan secara kontroversial (Braden, 1992). Jalan tengah yang paling memadai adalah menggunakan penguji yang fasih berbahasa isyarat sehingga segala bentuk terjemahan masih berada dalam batas-batas prosedur yang telah distandardisasikan.
Untuk tujuan asesmen intelektual bagi kaum tunarungu atau orang-orang yang mengalami gangguan pendengaran, subtes-subtes Wechsler Performance masih merupakan instrumen unggulan (Braden & Hanna, 1998). Tes ini meminimalkan keharusan kefasikan berbahasa inggris sehingga menghasilkan pengukuran ketrampilan kognitif yang lebih akurat dibandingkan subtes Verbal. Jenis tes lain yang terkadang digunakan bagi tunarungu adalah Raven’s Progressive Matrices (Raven, Court, & Raven, 1992) dan Hiskey-Nebraska Test Of Learning Aptitude, yang telah dibahas sebelumnya.
Asesmen Perilaku Adaptif Dalam Disabilitas Intelektual Istilah “disabilitas Intelektual” (intellectual disability) merupakan terminologi yang saat ini dipandang lebih akurat untuk menggambarkan suatu jenis disabilitas yang pada masa lampau disebut retardasi mental (mental retardation). Disabilitas intelektual telah bervolusi hingga ke taraf perspektif ekologis yang berfokus pada interaksi manusia-lingkungan dan telah mengenali bahwa aplikasi sistematik dari dukungan yang bersifat pribadi terhadap para penyandang disabilitas dapat meningkatkan kinerja individual. (Schalock, Luckasson, Shorgen, dkk., 2007)
Disability intelektual dicirikan oleh hambatan signifikan dalam kinerja intelektual sekaligus dalam perilaku adaptif, sebagaimana terekspresikan dalam ketrampilan-ketrampilan konseptual, sosial, dan praktis. Lebih lanjut, AAIDD menetapkan kriteria kinerja intelektual di bawah normal dengan patokan skor IQ 70 atau 75 (atau lebih rendah) pada skala dengan mean sebesar 100 dan deviasi standar sebesar 15 Skor IQ yang rendah itu sendiri tidak cukup digunakan sebagai landasan diagnosis disabilitas intelektual. Sebagaimana telah dicantumkan sebelumnya, defenisi disabilitas intelektual mencakup kriteria kedua-adanya hambatan dalam perilaku adaptif yang terekspresikan dalam ketrampilan konseptual, sosial, dan praktis.
Diagnosis retardasi mental hanya ditegakan jika individu menunjukan skor IQ yang rendah dan menunjukan hambatan dalam satu atau lebih kinerja adaptif. Disabilitas intelektual berada dalam suatu kontinum dari kadar sangat ringan hingga parah individu tidak mampu melakukan fungsi sehari-hari tanpa bantuan orang lain. Berdasarkan alasan ini, termologi yang digunakan sebelumnya (yakni retardasi mental) menetapkan empat jenjang disabilitas: ringan, sedang, berat, dan sangat berat (mild, moderate, serve, profound).
Scales of Independent Behavior-Revised Scales of Independent Behavior-Revised (SIB-R; Bruininks, Woodcock, Weatherman, & Hill, 1996) adalah instruimen pengukuran perilaku Adaptif yang sangat bermanfaat dalam asesmen disabilitas intelektual. Instrumen ini, yang terdiri dari 259 soal perilaku adaptif yang diorganisasikan ke 14 subskala, bersifat multidemensional dan cenderung ambisus. Skala diselesaikan dengan bantuan orang tua, pengasuh, atau guru yang telah sangat mengenal perilaku keseharian peserta tes. Suatu ciri ysng bermanfaat dari SIB-R adalah pemeberi tes hanya memerlukan pelatihan dan pengalaman minimum.
Tentu saja, kompetensi yang jauh lebih tinggi dibutuhkan untuk mengevaluasi hasil dan membuat keputusan mengenai penempatan atau pemberi intervensi. Secara umum, SIB-R merupakan sebuah instrumen yang sangat bermanfaat dalam memberikan wawasan mengenai tingkat kinerja peserta tes dalam situasi nyata di rumah, di sekolah, dan si komunitas. Seklaipun instrument ini tidak memiliki korespodensi spesifik dengan ranah-ranah ketrampilan adaptif yang termaktub dalam defenisi disabilitas intelektual, sesungguhnya terdapat kesamaan yang besar.
Independent Living Behavior Checlist (ILBC) Independent Living Behavior Checklist (ILBC) merupakan sebuah daftar panjnag berisi 343 ketrampilan hidup mandiri yang dikelompokan dan disajikan dalam enam kategori; mobilitas, perawatan diri mandiri, kebersihan dan keamanan rumah, makanan, sosial dan komunikasi, dan akademik aktif (Walls, Zane, & Thvedt, 1979).
Satu-satunya tujuan ILBC adalah memudahkan pelatihan peserta tes individual dalam ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan untuk hidup mandiri. ILBC berfokus pada hal-hal yang dapat dilakukan peserta tes, bukan pada perbandingan anatara peserta tes dengan orang lain. ILBC tidak memberikan rentang usia yang spesifik, namun instrumen tersebut tampaknya sesuai bagi orang berusia 16 tahun hingga dewasa.
Inventory for Client and Agency Planning (ICAP) Inventory for Client and Agency Planning (hill, 2005) adalah salah satu tes disabilitas perkembangan yang paling banyak digunakan secara luas. Tes ini cocok bagi anak-anak dan orang dewasa yang mengalami retardasi mental, bagi orang-orang yang mengalami kecacatan saat sudah dewasa (melalui penyakit atau kecelakaan), dan bagi orang-orang lanjut usia yang perlahan-lahan kehilangan kemampuan hidup mandiri sehingga membutuhkan pendamping khusus. Fokus instrument ini adalah penentuan kebutuhan pelayanan khusus seperti pelayanan perawatan diri sehari-hari (personal care) kaum difabel, pendidikan luar sekolah, pelatihan ketrampilan kerja, atau pengadaan lingkungan kerja yang ergonomis bagi kaum difabel.
ICAP merupakan tes berbentuk booklet yang terdiri dari 16 halaman yang mengevaluasi perilaku adaptif, perilaku maladaptif, dan kebutuhan pendampingan serta dukungan khusus. Menariknya tes ini dapat diselesaikan dalam waktu sekitar 15 menit oleh orang tua, guru, atau pengasuh, yang telah mengenal (dan sikenal oleh) klien. Sebagaimana SIB-R, perilaku adaptif diberi nilai dalam skala 0-3. Nilai 0 (nol) berarti klien tidak melakukan suatu tugas atau perilaku dengan tepat (sekalipun klien telah menunjukan upaya melakukan tugas, namum tidak dengan tepat; nilai 2 berarti klien melakukan tugas dengan cukup baik (fairly-weel); nilai 3 berarti klien melakukan tugas dengan baik tanpa diminta.
Salah satu aspek ICAP yang paling bermanfaat dan paling menarik adalah ICAP memberikan opsi Service Score yang merupakan skor keseluruhan perilaku adaptif dan maladaptif. Service skor, yang bearada dalam rentang 0 (nol) sampai 100, menunjukan gambaran intensistas pengawasan, supervisi, dan pelatihan yang dibutuhkan klient. Semakin rendah skornya, semakin tinggi kebutuhan pendampingan khusus. Service score dirancang untuk memprediksi tidak hanya intensitas pelayanan khusus yang dibutukan klien, namun juga biaya dan berbagai pengeluaran yang dibutuhkan dalam proses pemberian pelayanan khusus tersebut. Oleh karena alasan ini, para pengguna tes ini, lokal dan nasionalk, seringkali menyertakan data hasil tes ICAP dalam database yang telah disertakan oleh pembuat tes.
Contoh-contoh Lain Pengukuran Perilaku Adaptif Pengukuran perilaku adaptif sangatlah bervariasi. Jumblah skala hanya dirancang untuk tujuan diagnosis; sejumblah skala lainnya untuk kepentingan remediasi Sejumblah skala berguna bagi penderita retardasi mental yang parah dan yang sangat parah (yang tidak bisa bekerja secara normal); sejumblah skala lainnya diperuntungkan bagi penderita retardasi mental ringan yang memerlukan pelatihan ketrampilan kerja. Vineland Adaptive Behavior Scales-II (VABS-II; Sparrow, Cicchetti, & Bala, 2005) adalah instrumen pengukur perilaku adaptif yang penggunaannya paling luas saat ini. Instrument ini merupakan hasil revisi dan restandardisasi dari Vineland Adaptive Behavior Scales, yang awalnya dipublikasikan pada tahun 1935 oleh Edgar A.Doll.
VABS-II merupakan instrumen yang disegani secara luas, dengan validirtas konkuren yang bagus, termaksuk korelasi dalam rentang 0,50 hingga 0,80 dengan skala Wechsler dan Stanford-Binet. Meski demikian, sejumblah item wawancara memerlukan pengetahuan yang mungkin tidak dimiliki informan (contohnya, apakah anak mampu mengucapkan 100 kata yang dpaat diidentifikasi.
American Association on Intelektual and Develpmental Disability (AAIDD) telah mengebangkan sejumblah skala yang berguna dalam asesmen orang-orang yang mengalami hambatan kognitif. Kami menyebutkan hanya satu dari beberapa produknya yakni AAMR adaptive Behavior Scale. Second Edition (Nihira, Leland, & Lambert, 1993) versi tes ini yang dimofifikasi utuk kepentingan residenial dan komunitas, yang cocok bagi orang-orang berusia 18-80 tahun, merupkan sebuah karya psikometrik lintas negara yang dikerjakan menggunakan sampel kolosal.