CARA PENYUNTIKAN VAKSIN RABIES dr. Mega Permata, SpPD Divisi Tropik Infeksi Penyakit Dalam RSUP dr. Moh. Hoesin Palembang
Rabies adalah penyakit infeksi akut, progresif yang menyerang susunan saraf pusat manusia dan hewan, yang disebabkan oleh virus rabies. Rabies adalah penyakit zoonosis yang menyebabkan ensefalitis dan kejang kematian. Cara penularan ke manusia: Virus di air liur hewan yang terinfeksi ditularkan melalui gigitan atau adanya luka.
Epidemiologi Di Indonesia tahun 2013 terdapat 25 dari 34 provinsi yang terjangkit rabies. 9 provinsi bebas rabies: Papua, Papua Barat, NTB, Bangka- Belitung, Kepulauan Riau, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, dan DKI Jakarta. Data Kemenkes RI tahun 2015
Manifestasi klinis Demam, lesu, nyeri di tempat gigitan Kulit sensitif terhadap angin dan perubahan suhu, rasa ditusuk- tusuk, atau rasa terbakar (parestesia) Halusinasi Perilaku aneh Hiperaktif Hidrofobia Hipersalivasi Kejang koma
a. Terapi lokal pada luka Penatalaksanaan a. Terapi lokal pada luka Cuci luka dengan air mengalir dan sabun/deterjen penting. Lalu beri povidon-iodine. Jangan menjahit luka. Berikan imunoglobulin rabies atau serum anti rabies.
b. Imunisasi pasca pajanan Imunoglobulin maupun vaksinasi rabies harus diberikan sesegera mungkin. Bentuk optimal imunisasi pasif adalah Human Rabies Immune Globulin (HRIG), diberikan satu kali. Sebanyak mungkin dari dosis penuh HRIG disuntikkan di sekitar luka. Sisanya disuntikkan intramuscular di tempat yang jauh dari luka. Jika tidak tersedia HRIG, dapat diberikan equine rabies antiserum.
Cara pemberian vaksin rabies Cara pertama: Vaksin rabies diberikan sebanyak 4 kali masing-masing 1 suntikan, yaitu di hari ke-0, 3, 7, 14 setelah pajanan. Hari ke-28 setelah pajanan tidak perlu diberikan kecuali pada pasien imunokompromais. Cara kedua: Vaksin rabies diberikan pada hari ke-0 sebanyak 2 suntikan 0,5 mL atau 1 mL di deltoid kanan, dan 0,5 mL atau 1 mL di deltoid kiri. Hari ke-7 dan hari ke-21 masing-masing 1 suntikan.
Pemberian vaksin rabies Satu suntikan sebanyak 0,5 mL atau 1 mL (tergantung sediaan). Tempat suntikan: Pada dewasa di deltoid, pada anak kecil (usia <2 tahun) di anterolateral otot paha. Jangan disuntikkan di daerah glutea karena respon imun yang dihasilkan kurang optimal. Vaksin rabies dan HRIG jangan diberikan melalui spuit yang sama. Vaksin rabies dan HRIG jangan disuntikkan di tempat yang sama.
c. Imunisasi sebelum pajanan (1) Vaksinasi profilaksis: diberikan sebelum pajanan/gigitan Cara pemberiannya: Suntikan sebanyak 3 kali, yaitu hari ke-0, 7 dan 21. Di deltoid (dewasa) atau di anterolateral paha (anak). 0,5 mL atau 1 mL tiap suntikan (tergantung sediaan).
c. Imunisasi sebelum pajanan (2) Diberikan pada orang-orang dengan risiko tinggi, yaitu: Dokter hewan (titer antibodi rabies diperiksa tiap 2 tahun dan diberi booster 0,5 mL atau 1 mL intramuskuler) Orang-orang yang bekerja menggunakan hewan Pekerja laboratorium Wisatawan yang tinggal >1 bulan di daerah endemis di negara endemis (Afrika, Asia, Amerika Latin)
Tempat penyuntikan
Cara penyuntikan
Pasien yang pernah vaksinasi rabies Pasien yang sudah pernah vaksinasi tidak perlu diberikan HRIG. Vaksin harus tetap diberikan dengan dosis 0,5 atau 1 mL di deltoid pada hari ke-0 dan 3. Kehamilan bukan merupakan kontraindikasi untuk vaksinasi.
Efek samping Reaksi alergi terhadap vaksin, jarang. Reaksi lokal (gatal, kulit kemerahan, rasa terbakar) sekitar 25%. Reaksi sistemik ringan (sakit kepala, nyeri otot, mual) sekitar 20%.
Prognosis Pemberian profilaksis pasca gigitan sebelum terdapat gejala klinis, hampir 100% dapat mencegah terjadinya rabies. Tetapi jika sudah tampak gejala, kematian dapat diprediksi terjadi setelah hari ke-7, biasanya karena gagal nafas.
Pencegahan Imunisasi hewan peliharaan Imunisasi aktif orang yang sering kontak dengan hewan