Merawat Kehidupan Membangun Masa Depan Kisah Anak-anak Sekolah Pagesangan Dipresentasikan oleh Diah Widuretno pada Diskusi REDD+ adalah Memberi Ruang untuk Memelihara Kehidupan : Perspektif Perempuan dalam REDD+
Anak-Anak Mengolah Hidup
Dari Sekolah Sumbu Panguripan ke Sekolah Pagesangan Sekolah Pagesangan (SP) diinisiasi tahun 2008 sebagai Sekolah Sumbu Panguripan (SSP) , oleh 6 orang voluntir yang tinggal di Jogja, tanpa pendanaan eksternal. SSP didesain sebagai media belajar alternatif dan pemberdayaan melalui: Memperkuat kesenian anak melalui Seni Jathilan Anak (REOG anak), Dagelan, Mocopatan dll Wirausaha, melalui pengembangan usaha Kuliner misalnya : kelompok produksi Donat, Colenak, membuat kerajinan (aplikasi kain) dll Kepemimpinan melalui kegiatan outbond, permainan tradisional, Kader Sumbu Memperkuat ketrampilan Berhitung . Menulis dan membaca
Sejarah Sekolah Pagesangan Tanggapan atas kehidupan anak-anak desa Panggang, Kab. Gunung Kidul yang memiliki: Kondisi Geografis yang sulit Kemiskinan tinggi Urbanisasi tinggi Tingginya angka putus sekolah Pernikahan dini, perselingkuhan dll Dengan tujuan memperkuat daya hidup mereka untuk hidup dengan modal lingkungan, modal sosial,dan modal kebudayaan yang mereka miliki.
Pelaksanaan Kegiatan Pendanaan melalui : Iuran voluntiir, Donasi ,Usaha bersama anak-anak : pasar murah, jualan kue dll Pendampingan di desa 3 kali seminggu, namun memasuki tahun ketiga hanya saya sendiri yang bertahan terus melakukan hingga tahun 2013. Pada tahun itu terjadi perbedaan pendapat antara saya dengan voluntir Sekolah Sumbu yang lain, karena meskipun sudah berhenti berkarya di lapangan mereka ingin menjadikan Sekolah Sumbu sebagai institusi legal formal sehingga saya mengundurkan diri. Tiga bulan setelah saya berhenti, kegiatan bersama anak-anak terhenti pula, dan mereka mencari saya. 4 bulan sesudah itu saya membuat Sekolah Pagesangan bersama anak-anak. Pada waktu itu,anak-anak yang telah saya dampingi sejak 2008 sudah menginjak remaja dan memiliki kehendak kuat untuk mandiri.
“Para Pendiri Sekolah Pagesangan”
Merintis Kemandirian Hidup Dari Desa Mengembangkan pendapatan melalui wira usaha dengan menggunakan: Modal sosial berupa kesetia kawanan 12 anak remaja dan kepercayaan orang tua mereka. Modal lingkungan berupa lahan yang gersang dan kering. Modal kebudayaan bertani dan beternak sapi – dan kemampuan anak-anak untuk mengolah bahan pangan untuk konsumsi sendiri.
Bertani dan mengembangkan Usaha Ekonomi Mengembangkan pertanian alami: Tumpang sari di bawah tegakan pohon jati Membuat kompos, mikro organisme liar (MOL), teknik permakultur Mengolah hasil panen “Green Teen Preneur”: Kripik, thiwul, kue serba singkong, dan aneka tepung umbi – dengan terus berinovasi. Mengembangkan pasar: Dari desa hingga ke kota Jogja dengan bergabung di pasar-pasar alternatif yang sudah ada. Mencoba berjualan melalui internet, sampai punya pelanggan tiwul dari Bogor. Terus proaktif mencari ilmu dan jaringan,
Bertani dan Mengolah Pangan
Capaian Sosial Ekonomi Anak-anak menghargai bertani sebagai penghidupan yang bermartabat – percaya diri sebagai petani. Mencapai nilai tambah ekonomi yang tinggi – misalnya tiwul dijual sekilo 15 -20 ribu. Menyadari orang kota menyukai produk mereka dan membeli dengan mahal – sebungkus tiwul kukus dijualseharga 3000 rupiah. Terus menerus mencari dan mengembangkan produk-produk unggulan. Anak-anak semakin optimis dan kreatif didalam mengembangkan usaha pertanian, sejak menanam – mengolah nilai tambah hingga memasarkan. Orang tua mendukung dan makin aktif di dalam pengembangan produk,dimulai dari berpartisipasi membuat thiwul instan.
Thiwul Instan dan Pemasaran
Capaian Perbaikan Lingkungan Anak-anak memiliki lima kebun di tanah pinjaman dari orang tua seluas 300 – 500 meter persegi per kebunnya. Semakin banyak pemakaian kompos menggemburkan tanah.
Kompos Mengobati Kegersangan
Pelajaran yang kami dapat : Modal social berperan penting dalam membangun kemandirian Kemajuan yang berarti dihasilkan dari keberanian melakukan inovasi tanpa meninggalkan akar budaya, contohnya dalam program beasiswa tiwul Memelihara dan merawat ekosistem memberikan kesejahteraan dan meningkatkan mutu lingkungan, contoh dalam mengolah kompos, ternyata selain meningkatkan pendapatan juga meningkatkan kualitas tanah. Pengalaman ini membuat anak-anak menyadari bahwa, berwirausaha tani, hidup di desa, juga mampu memberikan kesejahteraan bagi mereka Anak-anak sebagai agen perubahan di desa mereka
Harapan : Tiba masanya Anak-anak Sekolah Pagesangan memberi sesuatu pada desanya dengan cara mendampingi dan mendidik adik-adik, generasi berikut di desanya Terus mengembangkan usaha ekonomi – anak-anak ingin memiliki “angkringan” untuk menjual pangan serba singkong a la Gunung Kidul. Mimpi pagesangan yang berarti sekolah kehidupan, kita selalu ingin membangun kehidupan yang lebih baik, bermartabat, berkeadilan dan berkelanjutan, di mana desa dapat menghidupi.
Terima Kasih