KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR
KETERAMPILAN DASAR MENGAJAR A. Keterampilan Membuka dan Menutup Pelajaran B. Keterampilan Memberi Penguatan C. Keterampilan Mengadakan Variasi D. Keterampilan Menjelaskan E. Keterampilan Membimbing Diskusi F. Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan G. Keterampilan Mengolah Kelas H. Keterampilan Bertanya
Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran Membuka dan menutup pelajaran ialah kegiatan yang dilakukan oleh guru untuk mencipatakan suasana siap mental dan untuk menimbulkan perhatian siswa agar terpusat pada hal-hal yang akan dipelajari. Tujuan Dilakukannya membuka dan menutup pelajaran dengan baik di kelas adalah dengan maksud agar diperoleh pengaruh positif terhadap proses dan hasil belajar.
Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran Prinsip-prinsip penggunaan Bermakna : Usaha untuk menarik perhatian atau memotivasi siswa harus sesuai dengan isi dan tujuan pelajaran. Cerita singkat atau lawakan yang tidak ada hubungannya dengan pelajaran hendaknya dihindarkan. Berurutan dan berkesinambungan : Kegiatan yang dilakukan oleh guru dalam mengenalkan dan merangkum kembali pokok-pokok penting pelajaran hendaknya meruapakan bagian dari satu kesatuan yang utuh.
Keterampilan Membuka Dan Menutup Pelajaran Komponen – komponen keterampilan membuka dan menutup pelajaran Membuka pelajaran 1. Menarik perhatian siswa 2. Menimbulkan motivasi 3. Memberi acuan 4. Membuat kaitan Menutup pelajaran 1. Meninjau kembali 2. Mengevaluasi
Keterampilan Memberi Penguatan Penguatan (reinforcement) adalah segala bentuk respons, apakah bersifat verbal ataupun non verbal, yang merupakan bagian dari modifikasi tingkah laku guru terhadap tingkah laku siswa, yang bertujuan memberikan informasi bagi si penerima atas perbuatannya sebagai suatu dorongan atau koreksi. Tujuan dan manfaat Meningkatkan perhatian siswa. Memudahkan siswa dalam peoses belajar mengajar. Membangkitkan dan memelihara motivasi. Mengendalikan dan mengubah tingkah laku belajar yang produktif. Mengembangkan dan mengatur diri sendiri dalam mengajar. Mengarahkan cara berfikir tingkat tinggi.
Keterampilan Memberi Penguatan Cara penggunaan pemberian penguatan Penguatan pada pribadi tertentu Penguatan kepada kelompok siswa Pemberian penguatan dengan segera Penguatan tidak penuh Variasi dalam penggunaan Prisip-prinsip pemberian penguatan Kehangatan dan keantusiasan Makna Hindarkan pemberian respons yang negatif
Keterampilan Memberi Penguatan Komponen-komponen pemberian penguatan Penguatan Verbal Penguatan verbal dapat berupa kata-kata berupa kalimat yang di ucapkan guru. Contoh: “baik”, “bagus”, “tepat”, “saya sangat menghargai pendapatmu”, “pikiranmu sangat cerdas”, dan lain-lain. Penguatan Non Verbal Penguatan Gestural Penguatan ini diberikan dalam bentuk mimik, gerak wajah dan anggota badan yang dapat memberikan kesan kepada siswa. Penguatan Dengan Cara Mendekati Penguatan ini dikerjakan dengan cara mendakati siswa untuk menyatakan perhatian guru terhadap pekerjaan, tingkah laku, atau penampilan siswa. Penguatan dengan Sentuhan Guru dapat menyatakan penghargaan kepada siswa
Keterampilan Mengadakan Variasi Keterampilan variasi adalah suatu kegiatan guru dalam konteks proses interaksi belajar mengajar yang ditujukan untuk mengatasi kebosanan siswa sehingga, dalam situasi belajar mengajar, siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, serta penuh partisipasi. Tujuan dan manfaatnya ialah: Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap aspek- aspek belajar-mengajar yang relevan. Meningkatkan kemungkinan berfungsinya motivasi dan rasa ingin tahu melalui kegiatan penelitian (investigasi) dan penjelajahan (eksplorasi). Membentuk sikap positif terhadap guru dan sekolah. Kemungkinan para siswa mendapat pelayanan serta individual sehingga memberi kemudahan belajar.
Keterampilan Mengadakan Variasi Prinsip-prinsip variasi. Kesesuaian Kewajaran Kelancaran dan kesinambungan Serta perencanaan bagi alat/bahan yang memerlukan penataan khsusus.
Keterampilan Mengadakan Variasi Komponen-komponen keterampilan mengadakan variasi. Variasi dalam gaya mengajar guru. Variasi dalam penggunaan media dan bahan pengajaran. Variasi pola interaksi dan kegiatan siswa.
Keterampilan Menjelaskan Keterampilan menjelaskan dalam pembelajaran ialah keterampilan menyajikan informasi secara lisan yang diorganisasi secara sistematis untuk menunjukkan adanya hubungan antara satu bagian dengan lainnya, misalnya antara sebab dan akibat, definisi dengan contoh atau dengan sesuatu yang belum diketahui. Penyampaian informasi yang terencana dengan baik dan disajikan dengan urutan yang cocok, merupakan ciri utama kegiatan menjelaskan.
Keterampilan Menjelaskan Tujuan Keterampilan Menjelaskan 1. Membimbing peserta didik memahami materi yang dipelajari. 2. Melibatkan peserta didik untuk berpikir dengan memecahkan masalah-masalah. 3. Memberi balikan kepada peserta didik mengenai tingkat pemahamannya, dan untuk mengatasi kesalahpahaman mereka. 4. Membimbing peserta didik untuk menghayati dan mendapat proses penalaran, serta menggunakan bukti-bukti dalam pmecahan masalah. 5. Menolong peserta didik untuk mendapatkan dan memahami hukum, dalil, dan prinsip-prinsip umum secara objektif dan bernalar.
Keterampilan Menjelaskan Komponen Keterampilan Dasar Menjelaskan Komponen merencanakan Isi pesan Kesiapan penerima pesan Komponen penyajian suatu penjelasan Kejelasan Penggunaan contoh dan ilustrasi Pemberian tekanan Penggunaan balikan
Keterampilan Menjelaskan Prinsip Keterampilan Dasar Menjelaskan Penjelasan dapat diberikan di awal, di tengah, ataupun di akhir jam pertemuan (pelajaran), tergantung pada keperluannya. Penjelasan tadi dapat juga diselingi dengan tujuan pembelajaran. Penjelasan harus relevan dengan tujuan pembelajaran Kita dapat memberikan penjelasan apabila ada pertanyaan dari peserta didik ataupun yang telah kita rencanakan sebelumnya. Materi penjelasan harus bermakna bagi peserta didik. Penjelasan harus sesuai dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.
Keterampilan Membimbing Diskusi Diskusi kelompok adalah suatu proses yang teratur yang melibatkan sekelompok orang dalam interaksi tatap muka yang informal dengan berbagai pengalaman atau informasi, pengambilan kesimpulan, atau pemecahan masalah. Diskusi kelompok merupakan strategi yang memungkinkan siswa menguasai suatu konsep atau memecahkan suatu masalah melalui satu proses yang memberi kesempatan untuk berpikir, berinteraksi sosial, serta berlatih bersikap positif. Dengan demikian diskusi kelompok dapat meningkatkan kreativitas siswa, serta membina kemampuan berkomunikasi termasuk di dalamnya ketrampilan berbahasa.
Keterampilan Membimbing Diskusi Prinsip keterampilan membimbing diskusi Suasana menyenangkan Berikan waktu yang cukup Perencanaan dan persiapan matang ; - Pemilihan topik - Perencanaan dan persiapan informasi - Penetapan besarnya kelompok - Pengaturan tempat duduk Rencanakan diskusi secara sistematis Bimbinglah dan jadikanlah pengajar patner
Keterampilan Membimbing Diskusi Komponen keterampilan membimbing diskusi 1) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi 2) Memperluas masalah atau urutan pendapat 3) Menganalisis pandangan siswa 4) Meningkatkan urutan pikiran siswa 5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi 6) Menutup Diskusi
Keterampilan Membimbing Diskusi Hal-hal yang harus dihindari selama proses diskusi Diskusi tidak sesuai karakteristik dan kebutuhan Waktu tidak cukup untuk memikirkan pemecahan masalah Membiarkan dikuasai peserta tertentu Membiarkan berpendapat tidak berkaitan dengan topik Membiarkan peserta tidak aktif Tidak merumuskan hasil diskusi dan tindak lanjut
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan Keterampilan mengajar kelompok kecil dan perorangan, yang mensyaratkan guru agar mengadakan pendekatan secara pribadi, mengorganisasi-kan, membimbing dan memudahkan belajar, serta merencanakan dan melaksanakan kegiatan belajar-mengajar. Secara fisik bentuk pengajaran ini ialah berjumlah terbatas, yaitu berkisar antara 3 – 8 orang untuk kelompok kecil, dan seorang untuk perseorangan. Pengajaran kelompok kecil dan perseorangan memungkinkan guru memberikan perhatian terhadap setiap siswa serta terjadinya hubungan yang lebih akrab antara guru dan siswa dengan siswa.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan Prinsip penggunaan Variasi pengorganisasian kelas besar ,kelompok, perorangan disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai, kemampuan siswa ketersediaan fasilitas,waktu serta kemampuan. Tidak semua topik dapat dipelajari secara efektif dalam kelompok kecil dan perorangan. Informasi umum sebaiknya disampaikan secara klasikal. Pengajaran kelompok kecil yang efektif selalu diakhiri dengan suatu kulminasi berupa rangkuman ,pemantapan,kesepakatan,laporan dan sebagainya. Guru perlu mengenal siswa secara perorangan (individual) agar dapat mengatur kondisi belajar yang tepat. Dalam kegiatan belajar perorangan ,siswa dapat bekerja secara bebas dengan bahan yang disiapkan.
Keterampilan Mengajar Kelompok Kecil Dan Perorangan Komponen ketrampilan yang digunakan adalah: keterampilan mengadakan pendekatan pribadi 2. keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran 3. keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar 4. keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran
Keterampilan Mengolah Kelas Keterampilan mengelola kelas adalah keterampilan dalam menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas yang optimal guna terjadinya proses belajar mengajar yang serasi dan efektif. Guru perlu menguasai keterampilan ini agar dapat : a. Mendorong siswa mengembangkan tanggung jawab individu maupun klasikal dalam berperilaku yang sesuai dengan tata tertib serta aktifitas yang sedang berlangsung. b. Menyadari kebutuhan siswa c. Memberikan respon yang efektif terhadap perilaku siswa
Keterampilan Mengolah Kelas Tujuan mengolah kelas Mewujudkan situasi dan kondisi kondusif Mempertahankan kedinamisan, dengan hindari dan kurangi gangguan Melayani dan membimbing perbedaan individual Mengatur semua perlengkapan dan peralatan agar belajar sesuai lingkungan sosial, emosional dan intelektual peserta
Keterampilan Mengolah Kelas Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas Menurut Usman (2005: 97-99) terdapat beberapa prinsip yang harus diketahui dan digunakan oleh guru dalam mengelola kelas. Prinsip tersebut adalah : 1. Kehangatan dan keantusiasan 2. Tantangan 3. Bervariasi 4. Keluwesan 5. Penekanan pada hal-hal yang positif 6. Penanaman disiplin diri
Keterampilan Mengolah Kelas Hal-Hal yang Harus Dihindari dalam Pengelolaan Kelas 1. Campur tangan yang berlebihan 2. Kelenyapan 3. Ketidaktepatan dalam memulai dan mengakhiri kegiatan 4. Penyimpangan 5. Bertele-tele
Keterampilan Bertanya Keterampilan bertanya merupakan bagian yang tidak terpisahkan dalam rangka meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran, yang sekaligus merupakan bagian dari keberhasilan dalam pengelolaan instruksional dan pengelolaan kelas. Melalui keterampilan bertanya guru mampu mendeteksi hambatan proses berpikir di kalangan siswa dan sekaligus dapat memperbaiki dan meningkatkan proses belajar di kalangan siswa.
Keterampilan Bertanya Guru perlu menguasai keterampilan bertanya karena: guru cenderung mendominasi kelas dengan ceramah, siswa belum terbiasa mengajukan pertanyaan, siswa harus dilibatkan secara mental-intelektual secara maksimal, dan adanya anggapan bahwa pertanyaan hanya berfungsi untuk menguji pemahaman siswa. Tujuan-tujuan dalam memberikan pertanyaan tersebut adalah: Memotivasi: terlibat dalam interaksi Melatih mengemukakan pendapat Merangsang dan meningkatkan kemampuan berfikir Melatih berfikir divergen Mencapai tujuan belajar
Keterampilan Bertanya Prinsip dalam bertanya Satu masalah Berikan waktu berfikir Pertanyaan singkat, jelas Bahasa sederhana Distribusi merata Pertanyaan langsung secara random Sesuaikan kemampuan- kesiapan peserta Komponen-komponen dalam keterampilan bertanya yaitu: 1)Pengungkapan pertanyaan secara jelas 2)Pemberian Acuan 3)Pemusatan 4)Pemindahan Giliran 5)Penyebaran 6)Pemberian waktu berfikir 7)Pemberian Tuntunan
Gaya mengajar guru Untuk menarik perhatian siswa, dapat diusahakan penggunaan gaya mengajar yang bervariasi. Misalnya pada suatu saat guru memilih posisi dikelas serta memilih kegiatan yang berbeda dari yang biasa dilakukannya dalam membuka pelajaran. Guru berdiri ditengah kelas, sambil berdeklamasi, dengan tenang dan dengan ekspresi wajah yang meyakinkan. Pada kesempatan lain, mungkin guru membuka pelajaran dengan bercerita dengan ekspresi wajah dan gerakan badan yang menarik. Penggunaan media pembelajaran Untuk menarik perhatian siswa dapat digunakan berbagai macam media pengajaran seperti gambar, model, skema, dan sebagainya. Dengan pemilihan dan penggunaan media yang tepat, guru dapat memperoleh beberapa keuntungan, yaitu siswa tertarik perhatiannya, timbul motivasinya untuk belajar, dan terjadi kaitan antara hal-hal yang sudah diketahuinya dengan hal-hal baru yang akan dipelajari. Pola interaksi yang bervariasi Agar siswa selalu tertarik dan memusatkan perhatiannya pada pelajaran, guru dapat menggunakan berbagai macam pola interaksi yang bervariasi, misalnya: Guru menerangkan dan mengajuka pertanyaan, siswa mendengarkan dan menjawab pertanyaan. Guru mendemonstrasi, siswa mengamati. Guru memberikan tugas, diskusi, dan sebagainya, dan kemudian mengawasinya.
Dengan adanya motivasi, proses belajar mengajar menjadi dipermudah Dengan adanya motivasi, proses belajar mengajar menjadi dipermudah. Oleh karena itu, setelah anak tertarik perhatiannya pada pelajaran, guru harus berusaha untuk menumbulkan motivasi. Ada beberapa cara untuk menimbulkan motivasi, antara lain: Dengan kehangatan dan keantusiasan. Dengan menimbulkan rasa ingin tahu. Mengemukakan ide yang bertentangan. Dengan memperhatikan minat siswa.
Dalam hubungannya membuka pelajaran, memberi acuan diartikan sebagai usaha mengemukakan secara spesifik dan singkat serangkaian alternatif yang memungkinkan siswa memperoleh gambaran yang jelas tentang hal-hal yang akan dipelajari dan cara yang hendak ditempuh dalam mempelajari bahan pelajaran. Usaha dan cara memberi acuan itu antara lain ialah: Mengemukakan tujuan dan batas-batas tugas. Menyarankan langkah-langkah yang akan dilakukan. Mengingatkan masalah pokok yang akan dibahas. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Hal-hal yang telah dikenal, pengalaman-pengalaman, minat dan kebutuhan siswa merupakan bahan pengait untuk mempermudah pemahaman. Maka jika guru akan mengajarkan bahan pelajaran yang baru, ia perlu menghubungkannya dengan bahan pengait (hal-hal yang diketahui oleh siswa) tersebut. Usaha guru untuk membuat kaitan itu misalnya dengan cara : Membuat kaiatan antara aspek-aspek yang relevan dari mata pelajaran yang telah dikenal oleh siswa. Dalam permulaan pelajaran guru meninjau kembali samapai berapa jauh pelajaran yang diberikan sebelumnya sudah dikuasai siswa. Caranya ialah dengan menajukan pertanyaan- pertanyaan atau merangkum bahan pelajaran terdahulu secara singkat. Guru membandingkan atau mempertentangkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang telah diketahui siswa. Hal ini dilakukan oleh guru jika bahan baru itu erat hubungannya dengan bahan yang akan diajarkan. Guru menjelaskan konsep atau penertiannya terlebih dahulu sebelum bahan pelajaran tersebut dijelaskan secara rinci. Hal ini dilakukan jika bahan yang akan diajarkan sam sekali bahan yang baru. Misalnya guru menjelaskan pengertian media pengajaran dulu sebelum menguraikan jenis dan penggunaaan media.
Guru meninjau kembali, apakah inti pelajaran yang telah diajarkan itu sudah dikuasai oleh siswa, adapun cara untuk meninjau kembali itu adalah: Merangkum inti pelajaran Kegiatan ini dapat dilakukan oleh guru, guru bersama siswa, atau siswa sendiri (disempurnakan oleh guru). Membuat ringkasan Dengan membuat ringkasan, siswa dapat memantapkan penguasaan pokok-pokok bahan pelajaran yang telah dipelajarinya. Disamping itu dengan ringkasan, siswa yang tidak memiliki buku sumber telah memiliki bahan untuk dipelajari kembali.
Mendemonstrasikan keterampilan. Setelah selesai mengarang prosa atau puisi, guru meminta siswa untuk maju kedepan kelas untuk membacakan dan menjelaskan apa isi yang terkandung didalamnya. Mengaplikasikan ide baru pada situasi lain. Setelah guru menerangkan rumus matematika, siswa disuruh mengerjakan soal-soal baru dengan mengunakan rumus tersebut. Mengekspresika pendapat siswa sendiri. Guru dapat menerima siswa untuk berkomentar tentang apakah demonstrasi yang telah dilakukan oleh guru atau oleh siswa lain efektif atau tidak. Misalnya siswa dimintai pendaoatnya tentang permainan peran yang baru saja dilakukannya. Soal-soal tertulis. Untuk mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat memberikan soal-soal tertulis untuk dikerjakan oleh siswa. Soal-soal itu dapat berbentuk uraian, tes objektif, atau melengkapi lembaran kerja.
Penguatan pada pribadi tertentu Penguatan harus jelas ditujukan kepada siswa tertentu dengan menyebutkan namanya sambil memandang kepada siswa yang berkepentingan langsung.
Penguatan kepada kelompok siswa Penguatan juga dapat diberikan kepada sekelompok siswa; umpamanya apabila satu kelas telah menyelesaikan tugas dengan baik, maka guru ,memperbolehkan siswa bekerja bebas atau istirahat, teteapi juga menggunakan keterampilan dasar mengajar memberi penguatan secara verbal (dalam bentuk kata atau kalimat) seperti: “Ibu bangga dengan kelas ini, mudah-mudahan dapat dipertahankan untuk seterusnya. Mari kita bertepuk tangan.”
Pemberian penguatan dengan segera Penguatan harus segera diberikan begitu tingkah laku atau respons siswa yang diharapkan muncul. “Oh, ya, Ibu mengucapkan terima kasih atas karya kalian minggu yang lalu.”
Penguatan tidak penuh Apabila seoarang siswa memberikan jawaban yang benar sebagian, tindakan guru yang efektif ialah memberi penguatan tidak penuh “Ya, jawabanmu sudah baik, hannya masih perlu dikembangakan sedikit.” Tindakan guru selanjutnya ialah meminta siswa lain untuk menyempurnakan jawaban temannya. Anadaikan jawaban sisiwa yang bersangkutan sudah sempurna maka siswa yang pertama tadi dapat mengetahui bahwa jawabannya tidak seluruhnya salah sehinnga ia masih memiliki motivasi untuk berusaha menemukan jawaban yang sempurna.
Variasi dalam penggunaan Apabila setiap kali guru memberikan penguatan dan kata yang dipakai ialah “bagus”, maka lama kelamaan kata ”bagus” ini tidak lagi bermakna bagi siswa. Hal ini berlaku pula pada penguatan dengan gerakan yang bersifat monoton, umpamanya hanya dengan dengan mengacungkan jempol saja. Perlu ada variasi dalam penggunaan dalam penentuan jenis komponen penguatan.
Kehangatan dan keantusiasan : Dalam memberikan penguatan hendaknya diwarnai dengan kehangatan dan antusiasme, suara, mimik, dan gerakan guru adalah petunjuk adanya kehangatan dan keantusiasan sehingga penguatan yang diberikan akan menjadi lebih efektif.
Makna : Bila guru mengatakan kepada seorang siswa , “Tugas anda sangat baik,” padahal karya tersebut bukan hasil siswa tersebut, maka penguatan yang diberikan tidak bermakna bagi siswa tersebut. Sebaiknya kepada siswa ini guru menyatakan, “Tugas Anda akan lebih baik jika Anda berusaha sendiri.” Dengan cara ini penguatan yang diberikan itu wajar dan bermakna bagi siswa yang bersangkutan.
Hindarkan pemberian respons yang negatif : Apabila siswa tidak dapat memberikan jawaban yang diharapkan, guru jangan langsung menyalahkan, tetapi memindahkan giliran untuk menjawab pertanyaan tersebut kepada siswa yang lain. Jika pertanyaan tersebut terjawab oleh siswa lain, maka siswa tadi tidak akan terlalu tersinggung, dan ia menyadari kesalahannya. Keadaan ini akan membawa atau membantu dirinya untuk tetap berusaha belajar sehingga, apabila mendapat giliran lagi, ia akan mampu menjawabnya.
Pengunaan variasi suara. Variasi suara adalah perubahan nada suara dari keras menjadi lemah,dari tinggi menjadi lemah, atau pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu. Pemusatan perhatian Memusatkan perhatian pada hal-hal yang dianggap penting dapat dilakukan guru dengan perkataan seperti: “perhatikan baik-baik “ dan lain-lain. Kesenyapan. Adanya kesenyapan tiba-tiba yang disengaja guru ketika menerangkan sesuatu merupakan suatu alat yang baik untuk menarik perhatian. Mengadakan kontak pandang Apabila guru berbicara dengan siswa sebaiknya pandangan menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata siswa untuk menunjukkan interaksi dengan mereka Gerakan badan dan mimic. Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan badan adalah aspek yang amat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak sajamenarik perhatian siswa tetapi lebih dari itu, yaitu untuk menyampaikan arti dari pesan lisan yang dimaksudkan. Pergantian posisi guru dalam kelas. Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan perhatian siswa. Pergantian posisi disini dimaksudkan ke arah depan atau belakang, ke kiri atau ke kanan.
Bahan dan alat akan dapat menambahkan rasa ingin tahu siswa Bahan dan alat akan dapat menambahkan rasa ingin tahu siswa. Yang amat penting lagi ialah media dan bahan yang beragam dapat merangsang pikiran dan hasil belajar yang bermakna dan lebih bertahan lama. Variasi ini dapat digolongkan sebagai berikut: Variasi alat/bahan yang dapat dilihat. (grafik, gambar, papan buletin, ukiran, peta, dan lain sebagainya). Variasi alat dan bahan yang dapat didengar. (rekaman suara, radio, musik). Variasi alat dan bahan yang dapat diraba dan dimanipulasi. (patung, alat mainan, binatang kecil).
Pola interaksi dapat berbentuk klasikal, kelompok dan perorangan sesuai dengan keperluan, sedangkan variasi kegiatan dapat berupa mendengarkan informasi, menelaah materi, diskusi, latihan atau demonstrasi.
Agar penjelasan kita mudah dimengerti peserta didik, penjelasan yang kita berikan perlu direncanakan dengan baik, terutama yang berkenaan dengan isi pesan dan penerima pesan. Dua hal tersebut sangat menentukan apakah penjelasan kita tepat sasaran atau tidak. Isi pesan (materi) meliputi : Sebelum memberikan penjelasan, buatlah analisis terlebih dahulu terhadap masalah secara keseluruhan. Dalam hal ini termasuk pengindentifikasian unsur-unsur apa yang akan dihubungkan dalam penjelasan tersebut. Kita perlu mengenali lebih detil tentang jenis hubungan yang ada antara unsur-unsur yang dibicarakan. Jangan sampai penjelasan yang kita berikan tidak nyambung dengan tujuan pembelajaran dan topik perbicaraan. Sebelum memberikan penjelasan, kita harus memahami terlebih dahulu tentang penerapan hukum, rumus atau generalisasi yang sesuai dengan masalah yang ada. Ketidakjelian kita dalam melihat formula yang tepat dari masalah yang kita bahas hanya akan menjadikan peserta didik tidak paham atau bahkan bingung. Kesiapan penerima pesan Merencanakan suatu penjelasan harus mempertimbangkan penerima pesan. Penjelasan yang disampaikan tersebut sangat bergantung pada kesiapan siswa yang mendengarkannya. Oleh karena itu, dalam merencanakan suatu penjelasan harus selalu mempertimbangan faktor-faktor seperti jenis kelamin, usia, kemampuan, latar belakang sosial dan lingkungan belajar.
Kejelasan Penjelasan hendaknya diberikan dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh peserta didik. Penggunaan contoh dan ilustrasi Dalam memberikan penjelasan sebaiknya menggunakan contoh-contoh yang ada hubungannya dengan sesuatu yang dapat ditemui oleh peserta didik dalam kehidupan sehari- hari. Pemberian tekanan Dalam memberikan penjelesan, kita harus mengarahkan perhatian peserta didik agar terpusat pada masalah pokok, dan mengurangi informasi yang tidak penting. Penggunaan balikan Kita hendaknya memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan pamahaman, keraguan, atau ketidamengertiannya ketika penjelasan itu kita berikan. Berdasarkan balikan itu kita perlu melakukan penyesuaian dalam penyajiannya, misalnya kecepatannya, memberi contoh tambahan atau mengulangi kembali hal-hal yang penting. Balikan tentang sikap peserta didik dapat dijaring bersamaan dengan pertanyaan yang bertujuan menjaring balikan tentang pemahaman mereka.
1) Memusatkan perhatian siswa pada tujuan dan topic diskusi Rumuskan tujuan dan topic yang akan dibahas pada awal diskusi Kemukakan masalah-masalah khusus Catat perubahan atau penyimpangan diskusi dari tujuan Rangkum hasil pembicaraan dalam diskusi 2) Memperluas masalah atau urutan pendapat Menguraikan kembali urunan tersebut hingga jelas Meminta komentar siswa dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu mereka memperjelas atau mengembangkan ide tersebut Menguraikan gagasan siswa dengan memberi informasi tambahan. 3) Menganalisis pandangan siswa Meneliti apakah pendapat tersebut memang mempunyai dasar yang kuat. Memperjelas hal-hal yang disepakati dan tidak disepakati.
4) Meningkatkan urutan pikiran siswa Mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang menentang siswa untuk berpikir. Memberikan contoh-contoh verbal dan nonverbal yang sesuai dan tepat. Memberikan waktu untuk berpikir. Memberikan dukungan terhadap pendapat siswa dengan penuh perhatian. 5) Menyebarkan kesempatan berpartisipasi Mencoba memancing urunan siswa yang enggan berpartisipasi Menegah terjadinya pembicaraan serentak dengan member giliran kepada siswa yang pendiam terlebih dahulu Mencegah secara bijaksana siswa yang suka memonopoli pembicaraan Mendorong siswa untuk mengomentari urutan temannya hingga interaksi antarsiswa dapat ditingkatkan 6) Menutup Diskusi Membuat rangkuman hasil diskusi dengan bantuan para siswa Memberi gambaran tentang tindak lanjut hasil diskusi atau tentang topic diskusi yang akan datang Mengajak siswa untuk menilai proses maupun hasil diskusi yang telah dicapai
1. keterampilan mengadakan pendekatan pribadi menunjukkan kehangatan dan kepekaan terhadap kebutuhan dan perilaku siswa, mendengarkan dengan penuh rasa simpati gagasan yang dikemukakan siswa, merespon secara positif pendapat siswa membangun hubungan berdasarkan rasa saling mempercayai, menunjukkan kesiapan untuk membantu, menunjukkan kesediaan untuk menerima perasaan siswa dengan penuh pengertian, serta berusaha mengendalikan situasi agar siswa merasa aman, terbantu, dan mampu menemukan pemecahan masalah yang dihadapinya. 2. keterampilan mengorganisasikan kegiatan pembelajaran memberikan orientasi umum tentang tujuan, tugas, dan cara mengerjakannya, memvariasikan kegiatan untuk mencegah timbulnya kebosanan siswa dalam belajar, membentuk kelompok yang tepat, mengkoordinasikan kegiatan, membagi perhatian pada berbagai tugas dan kebutuhan siswa, serta mengakhiri kegiatan dengan kulminasi.
3. keterampilan membimbing dan memberi kemudahan belajar memberi penguatan secara tepat, melaksanakan supervisi proses awal, melaksanakan supervisi proses lanjut, serta melaksanakan supervisi pemaduan. 4. keterampilan merancang dan melaksanakan kegiatan pembelajaran membantu siswa menetapkan tujuan belajar, merancang kegiatan belajar, bertindak sebagai penasihat siswa, serta membantu siswa menilai kemajuan belajarnya sendiri
1. Kehangatan dan keantusiasan Kehangatan dan keantusiasan guru dapat memudahkan terciptanya iklim kelas yang menyenangkan yang merupakan salah satu syarat bagi kegiatan belajar-mengajar yang optimal. 2. Tantangan Penggunaan kata-kata, tindakan, atau bahan yang menantang akan meningkatkan gairah siswa untuk belajar sehingga mengurangi kemungkinan munculnya tingkah laku yang menyimpang. 3. Bervariasi Penggunaan alat atau media, gaya, dan interaksi belajar-mengajar yang bervariasi merupakan kunci tercapainya pengelolaan kelas yang efektif dan menghindari kejenuhan. 4. Keluwesan Keluwesan tingkah laku guru untuk mengubah strategi mengajarnya dapat mencegah kemungkinan munculnya gangguan siswa serta menciptakan iklim belajar-mengajar yang efektif. 5. Penekanan pada hal-hal yang positif Pada dasarnya di dalam mengajar dan mendidik, guru harus menekankan hal-hal yang positif dan menghindari pemusatan perhatian siswa pada hal-hal yang negatif. 6. Penanaman disiplin diri Pengembangan disiplin diri sendiri oleh siswa merupakan tujuan akhir dari pengelolaan kelas. Untuk itu guru harus selalu mendorong siswa untuk melaksanakan disiplin diri sendiri, dan guru sendiri hendaknya menjadi contoh atau teladan tentang pengendalian diri dan pelaksanaan tanggung jawab.
1. Campur tangan yang berlebihan Komentar, pertanyaan, atau petunjuk yang diberikan secara mendadak pada waktu siswa sedang asyik mengerjakan sesuatu akan menyebabkan kegiatan tersebut menjadi terputus atau terganggu. Campur tangan tersebut perlu dihindari oleh guru, sehingga kegiatan belajar-mengajar di dalam kelas berjalan dengan efektif. 2. Kelenyapan Kelenyapan adalah suatu kondisi guru gagal melengkapi suatu instruksi, penjelasan, petunjuk atau komentar secara jelas, atau juga bisa terjadi jika guru diam terlalu lama dan siswa tidak memiliki kegiatan apa-apa sehingga pikiran siswa melantur dan tidak terkonsentrasi pada satu hal. Hal ini menyebabkan proses belajarmengajar berjalan secara tidak efektif, karena banyak waktu yang terbuang secara tidak berguna. 3. Ketidaktepatan dalam memulai dan mengakhiri kegiatan Kegiatan-kegiatan di dalam kelas harus dimulai dan diakhiri dengan tepat. Ketidaktepatan dalam memulai dan atau mengakhiri kegiatan secara tidak tepat dapat menyebabkan proses belajar-mengajar menjadi tidak efektif, misalnya guru tidak mengakhiri suatu kegiaan kemudian langsung memulai kegiatan baru dan selanjutnya kembali lagi ke kegiatan pertama, dan demikian seterusnya secara berulang-ulang. Hal tersebut dapat menyebabkan perhatian siswa menjadi tidak terfokus, guru juga tidak terfokus, sehingga kegiatan belajar menjadi tidak lancar.
4. Penyimpangan Penyimpangan dapat menyebabkan kegiatan belajar menjadi tidak berjalan lancar. Hal ini bisa saja disebabkan oleh guru yang terlalu asyik dengan satu kegiatan atau bahan tertentu sehingga akhirnya menjadi menyimpang dari pokok kegiatan atau dari pokok bahasan. 5. Bertele-tele Apabila guru terlalu asyik dengan satu kegiatan atau satu bahan tertentu, maka dapat menyebabkan tindakan bertele-tele. Misalnya guru mengulang-ulang satu hal tertentu atau pokok bahasan tertentu, memperpanjang keterangan tentang satu hal, mengubah teguran yang sederhana kepada siswa menjadi ocehan yang panjang atau penjelasan yang panjang lebar. Tindakan mengulang-ulang atau bertele-tele dapat menyebabkan kegiatan belajar- mengajar menjadi tidak efektif.