http://www.mercubuana.ac.id Modul 12 PENENTUAN KEBUTUHAN PEMELIHARAAN DENGAN MENGGUNAKAN ‘RELIABILITY-CENTRED MAINTENANCE (RCM)’ 1. PENDAHULUAN Kebanyakan sistem dan produk (moderen) baik komersial maupun militer cenderung menjadi kompleks dan canggih. Contoh khasnya adalah jaringan telekomunikasi, pesawat terbang, computer, mesin perkakas, sistem manufaktur, pabrik kimia, reaktor nuklir, dan lain-lain. Untuk produk-produk tersebut, kebutuhan untuk keandalan (reliability) yang tinggi adalah hal yang sangat penting. Kegagalan dalam memenuhi tingkat keandalan yang dipersyaratkan dapat mengakibatkan tidak hanya kerugian secara ekonomi tetapi juga dapat mempengaruhi keselamatan manusia dan kelestarian lingkungan (Iskandar (1989). Pada banyak kasus (misalnya pesawat terbang, pesawat ruang angkasa, pabrik kimia atau reaktor nuklir), ketidak–andalan (unreliability) dari produk tersebut mempengaruhi keselamatan manusia dan untuk pabrik kimia dan raktor nuklir tidak hanya mempengaruhi keselamatan manusia tetapi juga berakibat buruk pada lingkungan. Pada kasus lain, kegagalan dalam memenuhi tingkat keandalan dapat mempengaruhi keamanan dari suatu negara misalnya tidak berfungsinya sistem pengindra atau senjata anti pesawat terbang. Mempertimbangkan akibat-akibat dari ketidak andalan, kebutuhan untuk memiliki sistem atau produk dengan tingkat keandalan yang tinggi adalah sangat utama. Sebagai contoh US Air Force melalui program yang disebut ‘Reliability & Maintainability 2000’ telah menetapkan persyaratan keandalan untuk system-sistem yang baru yaitu harus memiliki keandalan 2 (dua) kali lebih besar dari sistem yang diganti (Piotrowski (1987). Terdapat beberapa cara untuk menjamin keandalan yang tinggi pada suatu system di antaranya adalah : 1. Dengan menggunakan ‘redundant components’ pada sistem. 2. Pengendalian mutu – juga dapat mencapai keandalan yang lebih baik dengan menjamin bahwa sistem yang diproduksi harus memenuhi spesifikasinya. 1
http://www.mercubuana.ac.id c. Penyebab-penyebab apakah yang mengakibatkan terjadinya setiap kegagalan fungsional? (penyebab kegagalan). d. Apakah yang terjadi jika kerusakan (kegagalan funsional) terjadi ? (Pengaruh kerusakan) e. Pada bentuk seperti apakah kerusakan perlu diperhatikan? (Akibat kerusakan). f. Tindakan apakah yang dilakukan untuk mencegah kerusakan ? (Tindakan Pencegahan) g. Tindakan apakah yang harus dilakukan jika kegiatan pencegahan yang tepat tidak ditemukan (Tindakan Default) Penjelasan yang lebih rinci mengenai pertanyaan (a) – (d) akan disajikan pada bagian 3 dengan heading Fungsi dan Kerusakan, dan pertanyaan (e), (f), dan (g) masing- masing pada bagian 4, 5, dan 6 dengan ‘ heading’ Akibat Kerusakan, Tindakan Pencegahan, serta tindakan ‘Default’. 3. FUNGSI DAN KERUSAKAN 3.1. Fungsi dan Ukuran Performansi Seperti telah dijelaskan bahwa tujuan pemeliharaan adalah untuk menjaga system tetap dapat memenuhi fungsinya. Dengan demikian untuk dapat menentukan kebutuhan ‘maintenance’ dengan baik, diperlukan pemahaman terhadap fungsi-fungsi dari system. Uraian bagian berikut ini akan dimulai dengan penjelasan mengenai fungsi-fungsi dari system kemudian ukuran-ukuran performansi, fungsi dan kondisi operasi serta yang terakhir adalah uraian mengenai bagaimana fungsi seharusnya dicatat. 3.1.1. Jenis-jenis Fungsi Sistem Umumnya suatu system memiliki lebih dari satu fungsi dan fungsi tersebut dapat dibagi ke dalam 4 katagori : a. Fungsi utama b. Fungsi sekunder c. Fungsi sebagai peralatan pelindung (protective device) d. Fungsi ‘superflous’ Fungsi Utama 3
terlepas dari kebutuhan dari peralatan pelindungnya. http://www.mercubuana.ac.id Menentukan kebutuhan pemeliharaan dari fungsi yang dilindungi tidak terlepas dari kebutuhan dari peralatan pelindungnya. Fungsi ‘Superfluous’ Item atau komponen kadang-kadang dihadapi dengan permasalahan ‘superfluous’ artinya bahwa fungsi dari item tersebut lebih dari yang diinginkan. Biasanya ini terjadi jika peralatan telah mengalami modifikasi beberapa kali dalam suatu kurun waktu. Ukuran Performansi lainnya. Ukuran performansi lainnya adalah mutu produk, keamanan, efisiensi energi dan lingkungan. 3.1.3. Fungsi dan Kondisi Operasi RCM, seperti yang telah dijelaskan merupakan teknik yang digunakan untuk menentukan kebutuhan pemeliharaan dari sistem Pentingnya kondisi operasi diilustrasikan berikut ini : pada kondisi operasinya. Stand Alone pompa A Duty pompa B Stand by pompa C Gambar 1. Kondisi operasi yang berbeda Pada gambar 1 ditunjukkan 3 pompa yang identik, di mana fungsi utama pompa adalah untuk memindahkan cairan dari satu lokasi ke lokasi yang lain. Kondsi operasi pompa A sebagai ‘stand alone’ tidak didukung oleh pompa stand-by dan pompa B didukung oleh pompa C sebagai ‘back up’ jika pompa B mengalami kerusakan. Perbedaan dari kondisi operasi mengakibatkan kebutuhan pemeliharaan untuk pompa-pompa ini akan berbeda, meskipun pompa-pompa tersebut identik (Hal ini akan dijelaskan kemudian). 5