BADAN LEGISLASI DPR RI JAKARTA, 25 APRIL 2016

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1999
Advertisements

PENGATURAN LABEL PRODUK PANGAN DAN NON PANGAN DALAM RANGKA PENGUATAN PASAR DOMESTIK dr. Bayu khrisnamurti wakil menteri KEMENTERIAN PERDAGANGAN RI 11.
SUMBER: Pokok-Pokok Substansi PERATURAN PEMERINTAH NO 24 TAHUN 2009 TENTANG KAWASAN INDUSTRI SUMBER:
BAB II Proses Pembentukan Undang-Undang
MENTERI KESEHATAN KESIAPAN PEMERINTAH UNTUK IMPLEMENTASI PP NO. 109 TAHUN 2012 (KEMENKES) Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakatuh Selamat pagi.
Intellectual Property Rights (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
Capt. Dr. Anthon Sihombing (Anggota DPR RI Fraksi Golkar)
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAS PENYERAHAN HASIL TEMBAKAU
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
PENGANTAR PENYELESAIAN KERUGIAN NEGARA/DAERAH
KAJIAN HARMONISASI RUU TENTANG BUMN
LATAR BELAKANG Negara berkewajiban melayani setiap warga negara dan penduduk untuk memenuhi hak dan kebutuhan dasarnya (fundamental human rights). Membangun.
UNDANG-UNDANG NOMOR 20 TAHUN 2014
Bab IV: Sumber daya Genetik, Perbenihan dan Perbibitan
LATAR BELAKANG PP TENTANG KAWASAN INDUSTRI
DUKUNGAN DPR DALAM PEMBENTUKAN LEMBAGA PEMBIAYAAN INDUSTRI
STRATA BANGUNAN BERTINGKAT
KAJIAN HARMONISASI RUU PENYIARAN
HKI Hak Kekayaan Intelektual Etika Profesi - Fasilkom Udinus
KEBIJAKAN DASAR PENANAMAN MODAL
DESAIN INDUSTRI KELOMPOK : AMELIA FITRI ANDRE SEPTIAN
SISTEM INOVASI DAERAH DALAM RPP TENTANG INOVASI DAERAH
KEBIJAKAN PERDAGANGAN
CUKAI SEBAGAI ALAT PENGAWASAN PEREDARAN
Penyediaan Bahan Baku Tembakau untuk Industri Hasil Tembakau
HUKUM INVESTASI DAN PASAR MODAL
Arah Kebijakan Persusuan
PRINSIP DASAR PENGATURAN PERKA BKPM NO. 13 TAHUN 2009
Presiden dan DPR.
HUKUM PENANAMAN MODAL ASING
Disampaikan oleh Kepala Biro Hukum dan Organisasi
OLEH: Dr. Faizul Ishom, M.Eng
Dalam Pasal 12 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 telah ditentukan menjadi 3 bidang usaha: 1. Bidang Usaha Terbuka 2. Bidang Usaha Tertutup 3. Bidang.
Materi 3.
Arah Kebijakan Persusuan
Arah Kebijakan Persusuan
Hutan Desa (HD).
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
Fungsi, Wewenang, dan Hak
DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
DI INDONESIA Disusun oleh: Nadia Puspaningtyas A. A
BADAN LEGISLASI 23 AGUSTUS 2017
TAHUN 2014 TENTANG DESA UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT
Bentuk-bentuk kerja sama dalam kegiatan bisnis
UNDANG-UNDANG NO. 11 TAHUN 2010
KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL ANGGARAN
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN JASA KONSTRUKSI
Arah Kebijakan Persusuan
“HAK KEKAYAAN INTELEKTUAL”
Selvia Nurindah Sari JP081280
Intellectual Property Rights (IPR) Hak Kekayaan Intelektual (HKI)
PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH BARU
PERMENDAGRI NOMOR 56 TAHUN 2014
DESAIN INDUSTRI, RAHASIA DAGANG dan DESAIN TATA LETAK SIRKUIT TERPADU
Framework Convention on Tobacco Control (FCTC
Perlindungan Konsumen
DASAR PENGENAAN PPN DAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
Program Penyehatan Makanan
Pengembangan Agribisnis dalam Pembangunan Pertanian
PENDAPATAN NEGARA DAN HIBAH oleh Nisa Putri Bagaswati
Peraturan undang-udang TENTANG PERIKANAN
Oleh : Novia Nur Yuniarti B. Kompetensi Dasar KD 3.6 Mendeskripsikan lembaga jasa keuangan dalam perekonomian Indonesia KD 4.6 Menyajikan.
KELOMPOK 6 APAKAH MEROKOK MELANGGAR HAM? DISUSUN OLEH:FITRAH REZEKI BAGAS NOVKA M TAQWALLAH RISKIAN MUHAMMAD ADLI APAKAH MEROKOK MELANGGAR HAM? DISUSUN.
Nixon Rammang. Undang – undang No 5 Tahun 1967 Tentang Ketentuan Pokok Kehutanan diganti dengan Undang-Undang 41 Tahun 1999 Pengelolaan hutan oleh dan.
Pengertian (1) Struktur Ruang Tata Ruang Pola Ruang
Kebijakan penumbuhan iklim & pengembangan usaha PERTEMUAN – 12 Mata Kuliah: Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Toman Sony Tambunan, S.E, M.Si NIP
IMPLEMENTASI UNDANG – UNDANG NO. 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA UNTUK KESEJAHTERAAN RAKYAT OLEH:TUTIK KUSUMA WADHANI,SE,MM,M.Kes.
Biro Hukum dan Organisasi
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
TANGGAPAN INDEF TERHADAP RUU PERTEMBAKAUAN
Transcript presentasi:

BADAN LEGISLASI DPR RI JAKARTA, 25 APRIL 2016 BAHAN PRESENTASI PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG PERTEMBAKAUAN BADAN LEGISLASI DPR RI JAKARTA, 25 APRIL 2016

Pendahuluan Proses Pengharmonisasian, pembulatan, dan pemantapan konsepsi RUU tentang Pertembakauan ini didasarkan pada draft RUU tentang Pertembakauan yang telah dicombine dari 2 usulan (Nasdem dan Lintas Fraksi), masukan Pimpinan dan Anggota Baleg, hasil RDPU dengan GAPPRI, GAPRINDO, KOMNAS PT, dan pakar, maka dilakukanlah penyempurnaan dan perbaikan rumusan draft RUU Pertembakauan.

SUMMARY MATERI RUU PERTEMBAKAUAN No. POIN KRUSIAL PASAL 1. Definisi Pertembakauan, Rokok, Kretek, Warisan Budaya, Industri Hasil Tembakau, dan Menteri Pasal 1 angka 1, angka 3, angka 4, angka 5, angka 7 dan angka 18 2. Ruang lingkup pengelolaan Pertembakauan meliputi: produksi; Distribusi dan tata niaga; Industri Hasil Tembakau; harga dan cukai; dan pengendalian konsumsi Produk Tembakau. Pasal 4 3. Rencana Induk pembangunan IHT disesuaikan dengan rencana induk pembangunan industri nasional, serta diwujudkan melalui kebijakan IHT nasional. Pasal 5 smp Pasal 7

Lanjutan Summary… No. POIN KRUSIAL PASAL 4. Budidaya Tembakau sebagai hak perorangan dan badan hukum Indonesia bukan perusahaan penanaman modal asing, ketentuan dalam budidaya, budidaya tembakau yang terintegrasi, penentuan luas dan wilayah tanam tembakau oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah berdasarkan usulan petani tembakau, kebutuhan industri, dan kebutuhan ekspor, penetapan jenis varietas yang dibudidayakan, standarisasi produksi, serta penyediaan sarpras pertanian. Pasal 8 smp Pasal 15 5. Fasilitasi dan pola kemitraan antara petani dan Pelaku Usaha. Pasal 16 6. Distribusi dan tata niaga: wajib menjaga keaslian tembakau dan mencantumkan waktu produksi, pemerintah membantu penyerapan panen petani oleh pelaku usaha, pasar khusus tembakau, penetapan harga dasar tembakau di tingkat petani tembakau secara tripartit, yang dihitung berdasarkan biaya variabel, waktu kerja, dan prakiraan keuntungan yang diperoleh petani dalam 1 musim tanam, serta ditetapkan paling lama 2 minggu terhitung sejak musim tanam tembakau dimulai, serta mewujudkan tata niaga tembakau yang sehat dan terbuka. Pasal 17 smp Pasal 22

Lanjutan Summary… No. POIN KRUSIAL PASAL 7. Industri Hasil Tembakau: klaster IHT, IHT merupakan industri padat karya, pengembangan kawasan IHT terpadu, proses produksi, serta perizinan Pasal 23 smp Pasal 27 8. Penggunaan tembakau lokal dan impor: Pelaku Usaha wajib menggunakan tembakau dalam negeri paling sedikit 80% dan tembakau impor paling banyak 20% dari keseluruhan kapasitas produksi Produk Tembakau yang dihasilkan. Pelaku Usaha yang tidak menggunakan tembakau sesuai proporsi ketentuan Pasal 28 dikenai bea masuk progresif. Pasal 28 smp Pasal 29 9. Pemeriksaan dan informasi kandungan kadar tar dan nikotin, serta pengecualiannya Pasal 30 10. Produk tembakau berupa: rokok (sigaret putih mesin; sigaret putih tangan; dan sigaret putih tangan filter); kretek (kretek mesin; kretek tangan; kretek tangan filter; dan kretek klembak menyan); cerutu; rokok daun; tembakau iris; dan hasil olahan tembakau lainnya. Pasal 32

Lanjutan Summary… No. POIN KRUSIAL PASAL 11. Pengemasan dan pelabelan: penggunaan bahasa Indonesia, dan ketentuan label Pasal 33 dan Pasal 34 12. Kepemilikan Usaha produk tembakau oleh industri kecil, menengah, dan besar, perlindungan dan pendampingan terhadap industri keceil menengah, pembatasan kepemilikan asing maksimal 30% dalam industri besar. Pasal 36 13. Penetapan harga dan cukai Produk Tembakau: Penetapan harga dan Cukai Produk Tembakau berupa Kretek yang diproduksi industri kecil ditentukan lebih rendah dari hasil produksi industri menengah dan industri besar; Penetapan harga dan Cukai Produk Tembakau impor dan hasil olahan tembakau impor ditentukan paling sedikit 3 (tiga) kali lebih besar dibanding harga dan Cukai Produk Tembakau dalam negeri. Serta Penetapan tarif bea masuk tembakau impor sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c ditentukan paling sedikit 60% (enam puluh persen). Pasal 37

Lanjutan Summary… No. POIN KRUSIAL PASAL 14. Alokasi dan besaran dana bagi hasil cukai hasil tembakau: Dana bagi hasil cukai digunakan untuk kepentingan pertanian tembakau, meliputi: pengembangan infrastruktur pertanian; pembudidayaan pertanian tembakau; peningkatan mutu produk pertanian tembakau; penelitian dan pengembangan tembakau; dan/ atau permodalan pertanian tembakau. Selain itu dana bagi hasil cukai hasil tembakau dialokasikan untuk peningkatan kualitas lingkungan. Pasal 38 dan Pasal 39 15. Pengendalian konsumsi produk tembakau terutama terkait kesehatan meliputi: penjualan, iklan, promosi, sponsor, dan penerapan kawasan tanpa asap rokok. Pasal 40 s/d Pasal 50

Lanjutan Summary… No. POIN KRUSIAL PASAL 16. Penelitian dan pengembangan dalam pengelolaan Pertembakauan diperlukan untuk meningkatkan kualitas dan hasil tembakau agar berdaya saing tinggi meliputi: produksi Tembakau; industri pengolahan Tembakau; pola kemitraan petani dan Pelaku Usaha; pengendalian dampak konsumsi Produk Tembakau; pelindungan kekayaan hayati tembakau asli Indonesia; dan/atau pemanfaatan Tembakau untuk kepentingan lainnya. Pasal 52 dan Pasal 54 17. Pelestarian Kretek sebagai Warisan Budaya Indonesia meliputi: perlindungan paten dan hak cipta Kretek; pembentukan komunitas Kretek; kreativitas dan tradisi seni dalam pembuatan Kretek; dan promosi dan muhibah Kretek Indonesia. Pasal 55 18. Limitasi waktu pelaksanaan 2 tahun setelah UU ini disahkan: Pembentukan peraturan pelaksanaan UU Penetapan penggunaan tembakau dalam negeri paling sedikit 80% dan tembakau impor paling banyak 20% dari keseluruhan kapasitas produksi Produk Tembakau yang dihasilkan. Pembatasan kepemilikan usaha industri Produk Tembakau oleh penanam modal asing paling banyak 30%. Pasal 64 smp Pasal 66

Lanjutan Summary… No. POIN KRUSIAL PASAL 19. Sanksi administratif: Petani dan Pelaku Usaha yang tidak menjaga keaslian tembakau dan mencantumkan waktu produksi Pelaku usaha yang melanggar ketentuan Pasal 27 (daftar edar produk) dan Pasal 30(pemeriksaan kadar tar-nikotin). Pelaku Usaha yang melanggar ketentuan Pasal 33 (penggunaan bahasa Indonesia dalam label) dan Pasal 34 (label kesehatan). Pengelola tempat yang melanggar Pasal 50 ayat (1) yang tidak menyediakan tempat khusus mengkonsumsi Produk Tembakau. Pasal 17 ayat (3), Pasal 31, Pasal 35, dan Pasal 51 20. Ketentuan Pidana: melakukan usaha tanpa izin usaha. menjual rokok dan produk sejenisnya kepada anak dibawah usia 18 tahun dan ibu hamil. menjual rokok dan produk sejenisnya dengan menggunakan mesin layan diri, secara online, jasa perorangan, dan pada jasa pengiriman kepada anak di bawah usia 18 tahun. membuat iklan dan promosi (rokok). Pelaku Usaha yang tidak mencantumkan peringatan kesehatan pada setiap iklan dan promosi Produk Tembakau. sengaja memanfaatkan anak di bawah usia 18 tahun dalam Iklan dan Promosi Produk Tembakau sengaja menjadi Sponsor untuk kegiatan yang ditujukan untuk anak di bawah usia 18 tahun. Pasal 56 s/d Pasal 63

SEKIAN DAN TERIMA KASIH