Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Slides:



Advertisements
Presentasi serupa
KEBIJAKAN UJI KOMPETENSI DAN IMPLIKASINYA
Advertisements

KEBIJAKAN PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Pendidikan Tinggi di Indonesia
PENGERTIAN Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar.
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BIRO HUKUM DAN ORGANISASI 2012 LC.
STANDAR 2.
PENGEMBANGAN RPS DAN SAP
PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 68 TAHUN 2014 Tentang PERAN GURU TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI DAN GURU KETERAMPILAN.
Badan Akreditasi Nasional Sekolah/Madrasah (BAN-S/M)
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
IMPLEMENTASI PERATURAN BERSAMA MENTERI PENATAAN & PEMERATAAN GURU PNS
STANDAR NASIONAL PENELITIAN (Permendikbud No. 49 tahun 2014)
Kebijakan Kemdikbud dalam Peningkatan
Sistem Penjaminan Mutu Eksternal atau Akreditasi
Peranan pendidikan Fungsi Pendidikan Tujuan Pendidikan
KRITERIA PENILAIAN AIPT << STANDAR 2 >>
Penyusunan Standar Mutu Berbasis SNPT
SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI
PANGKALAN DATA PENDIDIKAN TINGGI
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
KURIKULUM INTI TEKNIK SIPIL BMPTTSSI draft-Februari 2015
SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI
Rencana Pembelajaran Semester (RPS)
PERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015
KURIKULUM PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR BERBASIS KERANGKA KUALIFIKASI NASIONAL INDONESIA.
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI
STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN TINGGI
Daftar Isi Ringkasan Ekeskutif
Asosiasi Perguruan Tinggi Swasta Indonesi Universitas Sarswati Bali
KRITERIA PENILAIAN AIPT << STANDAR 2 >>
PENTINGNYA EVALUASI PROGRAM STUDI BERBEASIS EVALUASI DIRI
IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS)
PERGURUAN TINGGI IMPLEMENTASI SISTEM PENJAMIN MUTU INTERNAL
Sistem Penjaminan Mutu Internal Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah
KORPUS PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN
Peran LAM-PTKes dalam Peningkatan Mutu Berkelanjutan Program Studi Kesehatan Melalui Aktreditasi di Masa Mendatang Mohamad Nasir Menteri Riset, Teknologi,
Rancangan Undang-Undang Tentang Perguruan Tinggi
STATUTA PERGURUAN TINGGI
Kajian Aspek hukum Lembaga Akreditasi Mandiri dan Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi   PB.IDI – MKKI.IDI.
PENGEMBANGAN LPTK DAN PPG
AIPT Standar 2. Tata Pamong, KEPEMIMPINAN, SISTEM Pengelolaan, DAN Penjaminan Mutu (BY DR. ISLAHUZZAMAN, SE., MSI., AK., CA) HP
Hakekat Metode Instruksional
Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan
PENGERTIAN Standar nasional pendidikan adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Standar.
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
STRATEGI PEMBELAJARAN DI PERGURUAN TINGGI
Penyusunan Peraturan Akademik SMA
TIPS AND TRICK Imas Soemaryani
PETUNJUK PENGISIAN RENCANA PBELAJARAN SEMESTER (RPS)
ARAH KEBIJAKAN KEMENDIKBUD DALAM PENDIDIKAN INFORMAL (SEKOLAHRUMAH)
Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPM Dikti) Lokakarya Pengembangan, Peningkatan dan Penguatan Tata Kelola Unit SPM dan Penyamaan persepsi tentang.
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
BIRO HUKUM DAN ORGANISASI KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
ISU-ISU SEPUTAR IMPLEMENTASI KURIKULUM PENDIDIKAN TINGGI
Standar Nasional Pendidikan Tinggi
Rencana Pembelajaran Semester
Instrumen Akreditasi Perguruan Tinggi Laporan Kinerja PT
PERATURAN MENTERI RISTEK DAN DIKTI NO 44 TAHUN 2015
(Silabus, Rencana Pembelajaran Semester (RPS), Kontrak Perkuliahan)
PENYUSUNAN STANDAR SPMI perguruan tinggi
Modul 4 - TOT RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER
Disampaikan pada Rapat Tahunan Anggota ke-17 tahun 2018
PENDIDIKAN KEPERAWATAN (Profesi ners) DI INDONESIA
KRITERIA PENILAIAN STANDAR 2 :
Akreditasi institusi.
KRITERIA PENILAIAN STANDAR 5 :
Akreditasi Institusi.
Hubungan antara SN-Dikti dengan Kriteria Akreditasi
Bahan Diskusi : “Pengembangan KURIKULUM PT sesuai SN DIKTI dan R. I 4
Transcript presentasi:

Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Kebijakan Ditjen Dikti Dalam Penyelenggaraan Pendidikan Diploma Tiga Keperawatan Ridwan Roy T Deputi Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Ditjen Dikti Kemdikbud Disampaikan pada Pertemuan AIPDiKI Semarang, 8 Mei 2014

Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan Pokok Bahasan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan HARMONISASI SUPPLY-DEMAND TENAGA KESEHATAN

Kementerian Pendidikan & Kebudayaan VISI : Terselenggaranya Layanan Prima Pendidikan dan Kebudayaan Nasional untuk Membentuk Insan Indonesia yang Cerdas dan Berkarakter Kuat Meningkatkan KETERSEDIAAN layanan pendidikan dan kebudayaan; Memperluas KETERJANGKAUAN  layanan pendidikan dan kebudayaan; Meningkatkan KUALITAS layanan pendidikan dan kebudayaan; Mewujudkan KESETARAAN dalam memperoleh layanan pendidikan dan kebudayaan; Menjamin KEPASTIAN / KETERJAMINAN memperoleh layanan pendidikan; MELESTARIKAN DAN MEMPERKUKUH Bahasa dan Kebudayaan Indonesia MISI : Optimalisasi Pemanfaatan TIK Resource Sharing Integrasi Proses

FOKUS PEMBANGUNAN PENDIDIKAN Tahun 2010-2014 ...pembangunan pendidikan diarahkan untuk menghasilkan insan Indonesia cerdas dan kompetitif melalui peningkatan ketersediaan, keterjangkauan, kualitas dan relevansi, kesetaraan dan kepastian memperoleh layanan pendidikan... 5 PRIORITAS PROGRAM INSAN INDONESIA CERDAS & KOMPETITIF PERCEPATAN PENINGKATAN JUMLAH DOSEN S3 DAN DAYA SAING PT 5 PT Pendidikan AKADEMIK 4 PENINGKATAN AKSES DAN MUTU PENDIDIKAN VOKASI. SM PERCEPATAN PENINGKATAN KUALIFIKASI AKADEMIK GURU KE S1/D4, SERTIFIKASI, DAN RINTISAN PENDIDIKAN PROFESI GURU 3 INTEGRASI & PEMBIASAAN SMP exploring – strengthening - empowering 2 PENUNTASAN PENDIDIKAN DASAR SEMBILAN TAHUN. SD TK PAUD Pendidikan KARAKTER 1 PENINGKATAN AKSES & MUTU PAUD

Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPMPT) Rancangan Bentuk Perguruan Tinggi, Jenis dan Strata Pendidikan Tinggi (RUU Pendidikan Tinggi) No Bentuk Perguruan Tinggi Jenis Pendidikan Tinggi Strata Pendidikan Tinggi 1. Universitas/ Institut Akademik Sarjana, Magister, Doktor Profesi Profesi, Spesialis Vokasi* Diploma Tiga, Sarjana Terapan, Magister Terapan, dan Doktor Terapan 2. Sekolah Tinggi 3. Politeknik Vokasi Diploma Satu, Diploma Dua, Diploma Tiga, Sarjana Terapan, Magister Terapan, Doktor Terapan** 4. Akademi Diploma Satu, Diploma Dua, Diploma Tiga * Diselenggarakan oleh unit terpisah setingkat fakultas ** Penyelenggaraan strata magister terapan dan doktor terapan harus bekerjasama dengan penyelenggara pendidikan akademik.

M Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi (SPMPT) Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Sekretariat Ditjen Dikti Badan Standar Nasional Pendidikan Tinggi Perguruan Tinggi Negeri/Swasta Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Peraturan Perundang-undangan Visi Pendidikan Tinggi Indonesia Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT) Sistem Penjaminan Mutu Internal (SPMI) Sistem Penjaminan Mutu Ekternal (SPME/ Akreditasi) M Pangkalan Data Pendidikan Tinggi Kebutuhan Stakeholders

Proses Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Sistematika: PENDAHULUAN Latar Belakang Visi Misi Tujuan KEBUTUHAN Sistem Materi KESIAPAN POTRET 4PT ITB ITS UGM UI JADWAL

Standar Pendidikan Tinggi Menurut Pasal 54 UU No. 12 Tahun 2012 Tentang Pendidikan Tinggi Standar Nasional Pendidikan Standar Nasional Pendidikan Standar Kompetensi Standar Isi Standar Proses Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan Standar Sarana & Prasarana Standar Pengelolaan Standar Pembiayaan Standar Penllaian Pendidikan Standar Penelitian Standar Penelitian Standar Hasil Standar Arah Standar Proses Standar Kompetensi Peneliti Standar Pendanaan Standar Sarana & Prasarana Standar Outcome Standar Pengabdian Kepada Masyarakat Standar Pengabdian Kepada Masyarakat Standar Hasil Standar Arah Standar Proses Standar Kompetensi Pelaksana Standar Pendanaan Standar Sarana & Prasarana Standar Outcome SN Dikti Ditetapkan oleh Menteri atas usul BSNP SPT Standar Dikti Ditetetapkan oleh setiap perguruan tinggi 1. standar bidang akademik 2. standar bidang non akademik

Standar Nasional Pendidikan Tinggi

Standar Isi Pembelajaran Bagian Kesatu Ruang Lingkup SNPT Pasal 4 (1) Standar nasional pendidikan terdiri atas: a. standar kompetensi lulusan; b. standar isi pembelajaran; c. standar proses pembelajaran; d. standar penilaian pembelajaran; e. standar dosen dan tenaga kependidikan; f. standar sarana dan prasarana pembelajaran; g. standar pengelolaan pembelajaran; dan h. standar pembiayaan pembelajaran. (2) Standar nasional pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menjadi acuan dalam menyusun, menyelenggarakan, dan mengevaluasi kurikulum.

Bagian Kedua Standar Kompetensi Lulusan

Standar Kompetensi Lulusan Pasal 5 (1) Standar kompetensi lulusan merupakan kriteria minimal tentang kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan. (2) Standar kompetensi lulusan yang dinyatakan dalam rumusan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan sebagai acuan utama pengembangan standar isi pembelajaran, standar proses pembelajaran, standar penilaian pembelajaran, standar dosen dan tenaga kependidikan, standar sarana dan prasarana pembelajaran, standar pengelolaan pembelajaran, dan standar pembiayaan Pembelajaran. (3) Rumusan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib : a. mengacu pada deskripsi capaian pembelajaran lulusan KKNI; dan b. memiliki kesetaraan dengan jenjang kualifikasi pada KKNI.

Standar Kompetensi Lulusan Pasal 6 (1) Sikap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan perilaku benar dan berbudaya sebagai hasil dari internalisasi dan aktualisasi nilai dan norma yang tercermin dalam kehidupan spiritual, personal, maupun dan sosial melalui proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran. (2) Pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan penguasaan konsep, teori, metode, dan/atau falsafah bidang ilmu tertentu secara sistematis yang diperoleh melalui penalaran dalam proses pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran. (3) Keterampilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) merupakan kemampuan melakukan unjuk kerja dengan menggunakan konsep, teori, metode, bahan, dan/atau instrumen, yang diperoleh melalui pembelajaran, pengalaman kerja mahasiswa, penelitian dan/atau pengabdian kepada masyarakat yang terkait pembelajaran, mencakup: a. Keterampilan umum sebagai kemampuan kerja umum yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan dalam rangka menjamin kesetaraan kemampuan lulusan sesuai tingkat program dan jenis pendidikan tinggi; dan b. Keterampilan khusus sebagai kemampuan kerja khusus yang wajib dimiliki oleh setiap lulusan sesuai dengan bidang keilmuan program studi. (4) Pengalaman kerja mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dan ayat (3) merupakan pengalaman dalam kegiatan di bidang tertentu pada jangka waktu tertentu, berbentuk pelatihan kerja, kerja praktik, praktik kerja lapangan atau bentuk kegiatan lain yang sejenis.

Standar Kompetensi Lulusan Pasal 7 (1) Rumusan sikap dan keterampilan umum sebagai bagian dari capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (3) huruf a, untuk setiap tingkat program dan jenis pendidikan tinggi, tercantum dalam lampiran yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini. (2) Rumusan sikap dan keterampilan umum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat ditambah oleh perguruan tinggi. (3) Rumusan pengetahuan dan keterampilan khusus sebagai bagian dari capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (1) dan ayat (3) huruf b, wajib disusun oleh: a. forum program studi sejenis atau nama lain yang setara; atau b. pengelola program studi dalam hal tidak memiliki forum program studi sejenis. (4) Rumusan sebagaimana dimaksud ayat (2) dan ayat (3) yang merupakan satu kesatuan rumusan capaian pembelajaran lulusan diusulkan kepada Direktur Jenderal. (5) Rumusan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dikaji dan ditetapkan oleh Direktur Jenderal sebagai rujukan program studi sejenis. (6) Ketentuan mengenai penyusunan, pengusulan, pengkajian, penetapan rumusan capaian pembelajaran lulusan sebagaimana dimaksud ayat (5) ditetapkan oleh Direktur Jenderal.

Bagian Ketiga Standar Isi Pembelajaran

Standar Isi Pembelajaran Pasal 8 (1) Standar isi pembelajaran merupakan kriteria minimal kedalaman dan keluasan materi pembelajaran. (2) Kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu pada capaian pembelajaran lulusan. (3) Kedalaman dan keluasan materi pembelajaran pada program profesi, spesialis, magister, magister terapan, doktor, dan doktor terapan, wajib memanfaatkan hasil penelitian dan hasil pengabdian kepada masyarakat. .

Standar Isi Pembelajaran Pasal 9 (1) Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (1) untuk setiap program pendidikan, dirumuskan dengan mengacu pada deskripsi capaian pembelajaran lulusan dari KKNI. (2) Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sebagai berikut: a. lulusan program diploma satu paling sedikit menguasai prinsip dan konsep umum, serta pengetahuan operasional lengkap; b. lulusan program diploma dua paling sedikit menguasai prinsip dasar pada bidang keahlian tertentu; c. lulusan program diploma tiga paling sedikit menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan tertentu secara umum;

Standar Isi Pembelajaran Pasal 9 d. lulusan program diploma empat dan sarjana paling sedikit menguasai konsep teoretis bidang pengetahuan tertentu secara umum dan konsep teoretis bagian khusus dalam bidang pengetahuan tersebut secara mendalam; e. lulusan program profesi paling sedikit menguasai teori dan teori aplikasi bidang pengetahuan tertentu; f. lulusan program magister, magister terapan, dan spesialis satu paling sedikit menguasai teori bidang pengetahuan tertentu; g. lulusan program doktor, doktor terapan, dan spesialis dua paling sedikit menguasai filosofi keilmuan bidang pengetahuan tertentu. (3) Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) bersifat kumulatif dan/atau integratif. (4) Tingkat kedalaman dan keluasan materi pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dituangkan dalam bahan kajian yang distrukturkan dalam bentuk mata kuliah.

Standar Proses Pembelajaran

Standar Proses Pembelajaran Pasal 10 (1) Standar proses pembelajaran merupakan kriteria minimal tentang pelaksanaan pembelajaran pada program studi untuk memperoleh capaian pembelajaran lulusan. (2) Standar proses sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup: a. karakteristik proses pembelajaran; b. perencanaan proses pembelajaran; c. pelaksanaan proses pembelajaran; dan d. beban belajar mahasiswa

Standar Proses Pembelajaran Pasal 11 (1) Karakteristik proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf a terdiri atas sifat interaktif, holistik, integratif, saintifik, kontekstual, tematik, efektif, kolaboratif dan berpusat pada mahasiswa. (2) Interaktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian Pembelajaran lulusan diraih dengan mengutamakan proses interaksi dua arah antara mahasiswa dan dosen. (3) Holistik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa proses pembelajaran mendorong terbentuknya pola pikir yang komprehensif dan luas dengan menginternalisasi keunggulan dan kearifan lokal maupun nasional. (4) Integratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang terintegrasi untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan secara keseluruhan dalam satu kesatuan program. (5) Saintifik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang mengutamakan pendekatan ilmiah sehingga tercipta lingkungan akademik yang berdasarkan sistem nilai, norma, dan kaidah ilmu pengetahuan serta menjunjung tinggi nilai-nilai agama dan kebangsaan.

Standar Proses Pembelajaran Pasal 11 (6) Kontekstual sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan tuntutan kemampuan menyelesaikan masalah dalam ranah keahliannya. (7) Tematik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran yang disesuaikan dengan karakteristik keilmuan Program Studi melalui pendekatan antardisiplin, multidisiplin, dan/atau transdisiplin. (8) Efektif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian Pembelajaran lulusan diraih secara berhasil guna dengan mementingkan internalisasi materi secara baik dan benar dalam kurun waktu yang optimum. (9) Kolaboratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian pembelajaran lulusan diraih melalui proses pembelajaran bersama yang melibatkan interaksi antar individu pembelajar untuk menghasilkan kapitalisasi sikap, ilmu pengetahuan, dan keterampilan (10) Berpusat pada mahasiswa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menyatakan bahwa capaian Pembelajaran lulusan diraih melalui proses Pembelajaran yang mengutamakan pengembangan kreativitas, kapasitas, kepribadian, dan kebutuhan mahasiswa, serta mengembangkan kemandirian dalam mencari dan menemukan pengetahuan.

Standar Proses Pembelajaran Pasal 12 (1) Perencanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b disusun untuk setiap mata kuliah dan disajikan dalam rencana pembelajaran semester (RPS) atau istilah lain. (2) RPS atau istilah lain ditetapkan dan dikembangkan oleh dosen secara mandiri atau bersama dalam kelompok keahlian suatu bidang ilmu pengetahuan dan/atau teknologi dalam program studi. (3) RPS paling sedikit memuat; a. nama program studi, nama dan kode mata kuliah, semester, sks, nama dosen pengampu; b. capaian pembelajaran lulusan yang dibebankan pada mata kuliah;. c. kemampuan akhir yang direncanakan pada tiap tahap pembelajaran untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan; d. bahan kajian yang terkait dengan kemampuan yang akan dicapai; e. metode pembelajaran; f. waktu yang disediakan untuk mencapai kemampuan pada tiap tahap pembelajaran; g. pengalaman belajar mahasiswa yang diwujudkan dalam deskripsi tugas yang harus dikerjakan oleh mahasiswa selama satu semester; h. kriteria, indikator, dan bobot penilaian; dan i. daftar referensi yang digunakan. (4) RPS wajib ditinjau dan disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Standar Proses Pembelajaran Pasal 13 (1) Pelaksanaan proses pembelajaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf c berlangsung dalam bentuk interaksi antara dosen, mahasiswa, dan sumber belajar dalam lingkungan belajar tertentu. (2) Proses pembelajaran di setiap mata kuliah dilaksanakan sesuai RPS dengan karakteristik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11. (3) Proses pembelajaran yang terkait dengan penelitian mahasiswa wajib mengacu pada standar nasional penelitian. (4) Proses pembelajaran yang terkait dengan pengabdian kepada masyarakat oleh mahasiswa wajib mengacu pada standar nasional pengabdian kepada masyarakat.

Standar Proses Pembelajaran Pasal 14 (1) Proses pembelajaran melalui kegiatan kurikuler wajib dilakukan secara sistematis dan terstruktur melalui berbagai mata kuliah dan dengan beban belajar yang terukur. (2) Proses pembelajaran melalui kegiatan kurikuler wajib menggunakan metode pembelajaran yang efektif sesuai dengan karakteristik mata kuliah untuk mencapai kemampuan tertentu yang ditetapkan dalam matakuliah dalam rangkaian pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. (3) Metode pembelajaran sebagaimana dinyatakan pada ayat (2) yang dapat dipilih untuk pelaksanaan pembelajaran mata kuliah antara lain: diskusi kelompok; simulasi; studi kasus; pembelajaran kolaboratif; pembelajaran kooperatif; pembelajaran berbasis proyek; pembelajaran berbasis masalah; atau metode pembelajaran lain; yang dapat secara efektif memfasilitasi pemenuhan capaian pembelajaran lulusan. (4) Setiap mata kuliah dapat menggunakan satu atau gabungan dari beberapa metode pembelajaran dan diwadahi dalam suatu bentuk pembelajaran.

Standar Proses Pembelajaran Pasal 14 (5) Bentuk pembelajaran sebagaimana dimaksud pada ayat (4) paling sedikit berupa: a. kuliah; b. responsi dan tutorial; c. seminar; dan d. praktikum, praktik studio, praktik bengkel, atau praktik lapangan; (6) Program pendidikan diploma empat, program sarjana, program profesi, dan program spesialis, program magister, program magister terapan, program doktor, dan program doktor terapan wajib ditambah bentuk pembelajaran berupa penelitian. (7) Bentuk pembelajaran berupa penelitian sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan kegiatan mahasiswa di bawah bimbingan dosen dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengetahuan dan keterampilannya serta meningkatkan kesejahteran masyarakat dan daya saing bangsa. (8) Program pendidikan diploma empat, program sarjana, program profesi, dan program spesialis wajib ditambah bentuk pembelajaran berupa pengabdian kepada masyarakat. (9) Bentuk pembelajaran berupa pengabdian kepada masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (8) merupakan kegiatan mahasiswa di bawah bimbingan dosen dalam rangka memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk memajukan kesejahteraan masyarakat dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

Standar Proses Pembelajaran Pasal 15 (1) Beban belajar mahasiswa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf d, dinyatakan dalam besaran satuan kredit semester (sks). (2) Satuan kredit semester (sks) merupakan: a. takaran waktu kegiatan belajar yang di bebankan pada mahasiswa per minggu per semester dalam proses pembelajaran melalui berbagai bentuk pembelajaran; b. besarnya pengakuan atas keberhasilan usaha mahasiswa dalam mengikuti kegiatan kurikuler di suatu program studi. (3) Satu sks setara dengan 160 (seratus enam puluh) menit kegiatan belajar per minggu per semester. (4) Setiap mata kuliah paling sedikit memiliki bobot 1 (satu) sks. (5) Semester merupakan satuan waktu kegiatan pembelajaran efektif selama 16 (enam belas) minggu.

Standar Proses Pembelajaran Pasal 16 Rincian waktu 1 (satu) sks sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (3) untuk berbagai bentuk pembelajaran: a. kuliah, responsi dan tutorial yang mencakup: 1. kegiatan belajar dengan tatap muka 50 (lima puluh) menit per minggu per semester; 2. kegiatan belajar dengan penugasan terstruktur 50 (lima puluh) menit per minggu per semester; dan 3. kegiatan belajar mandiri 60 (enam puluh) menit per minggu per semester. b. seminar atau bentuk pembelajaran lain sejenis yang mencakup: 1. kegiatan belajar tatap muka 100 (seratus) menit per minggu per semester; dan 2. kegiatan belajar mandiri 60 (enam puluh) menit per minggu per semester. c. praktikum, praktik studio, praktik bengkel, praktik lapangan, penelitian, pengabdian kepada masyarakat, dan/atau bentuk lain yang setara, 160 (seratus enam puluh) menit per minggu per semester.

Standar Proses Pembelajaran Pasal 17 (1) Beban normal belajar mahasiswa adalah 8 (delapan) jam per hari atau 48 (empat puluh delapan) jam per minggu setara dengan 18 (delapan belas) sks per semester, sampai dengan 9 (sembilan) jam per hari atau 54 (lima puluh empat) jam per minggu setara dengan 20 (dua puluh) sks per semester. (2) Untuk memenuhi capaian pembelajaran lulusan program sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) dan ayat (2), mahasiswa wajib menempuh beban belajar paling sedikit: a. 36 sks untuk program diploma satu; b. 72 sks untuk program diploma dua; c. 108 sks untuk program diploma tiga; d. 144 sks untuk program sarjana dan diploma empat; e. 36 sks untuk program profesi; f. 72 sks untuk program magister, magister terapan, dan spesialis satu; dan g. 108 sks untuk program doktor, doktor terapan, dan spesialis dua.

Standar Proses Pembelajaran Pasal 17 (3) Masa studi terpakai bagi mahasiswa dengan beban belajar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) sebagai berikut: a. 1 (satu) sampai 2 (dua) tahun untuk program diploma satu; b. 2 (dua) sampai 3 (tiga) tahun untuk program diploma dua; c. 3 (tiga) sampai 4 (empat) tahun untuk program diploma tiga; d. 4 (empat) sampai 5 (lima) tahun untuk program diploma empat atau program sarjana; e. 1 (satu) sampai 2 (dua) tahun untuk program profesi setelah menyelesaikan tahap sarjana atau diploma empat; f. 2 (dua) sampai 4 (empat) tahun untuk program magister, program magister terapan, dan program spesialis satu setelah menyelesaikan tahap sarjana atau diploma empat; dan g. paling sedikit 3 (tiga) tahun untuk program doktor, program doktor terapan, dan program spesialis dua setelah menyelesaikan tahap sarjana atau diploma empat. (4) Beban belajar mahasiswa berprestasi akademik tinggi setelah dua semester tahun pertama dapat ditambah hingga 64 (enam puluh empat) jam per minggu setara dengan 24 (dua puluh empat) sks per semester. (5) Mahasiswa yang memiliki prestasi akademik tinggi dan berpotensi menghasilkan penelitian yang sangat inovatif sebagaimana ditetapkan senat perguruan tinggi dapat mengikuti program doktor bersamaan dengan penyelesaian program magister paling sedikit telah menempuh program magister 1 (satu) tahun.

PERPADUAN ANTARA PENDIDIKAN FORMAL, PROFESIONALISME, PENGALAMAN KERJA DAN KARIR: Pencapaian Level pada KKNI Melalui Berbagai Jalur SMP SMA D1 D2 D3 S1D4 S2/Sp S3/Sp P 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Ahli Pendidikan Formal Peningkatan Karier di Dunia Kerja Teknisi/Analis Operator L3 L2 L1 Pengalaman individual atau belajar sendiri Pengalaman atau Belajar Mandiri Peningkatan Profesionalitas

Desain Jenis & Jenjang Pendidikan Tinggi dan Bentuk Perguruan Tinggi (Ps 16-32) Universitas, Institut, Sekolah Tinggi Politeknik Pg profesi/ Spesialis Pg Spesialis II (9) Program Doktor (9) Pg Profesi (7-8) Pg Spesialis I (8) Program Magister (8) Program Sarjana (6) Program D-4 (6) Kementerian, Kementerian lain, LPNK, Organisasi Profesi. Program D-3 (5) Akademi Program D-2 (4) Akademi Komunitas Program D-1 (3) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN

Road Map Kebijakan Pendidikan Tinggi untuk Tenaga Kesehatan Kinerja Kemdikbud Pendidikan Tinggi Tenaga Kesehatan ∑ Lulusan Kinerja Kemkes Kemdikbud Kemkes Masyarakat Sehat (-) Layanan (-) Pendidikan X X Jenis, jenjang Kompetensi, kualifikasi Wahana pendidikan SDM pendidik Distribusi prodi & lulusan Kebijakan

KERANGKA KERJA SISTEM PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN TINGGI KESEHATAN: Program & Lulusan LAM PT Kesehatan INSTRUMEN AKREDITASI STATUS AKREDITASI AKREDITASI (MUTU INSTITUSI) STANDAR PENDIDIKAN & KOMPETENSI SNPT SPMI PDPT PT OP AIPT PENGGUNA (MUTU INDIVIDU) BLUE PRINT KOMPETENSI (soal) * UJI KOMPETENSI KUALITAS LULUSAN DI PELAYANAN Lembaga Uji Kompetensi (LUK) Kedokteran & Kedokteran Gigi Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK) Nakes DEMAND (Global & Nasional)

Pengembangan LAM-PTKes & LPUK Pengembangan dan pelaksanaan sistem penjaminan mutu kesehatan yang lebih akuntabel dan transparan Peningkatan kapasitas dan keterlibatan secara positif dan proaktif dari berbagai pemangku kepentingan profesi kesehatan dalam sistem penjaminan mutu dan regenerasi profesi yang sehat dan berkualitas Peningkatan pengakuan global pada mutu pendidikan tinggi kesehatan dan kompetensi tenaga kesehatan Indonesia 1 2 3 LAM PTKes : Lembaga Akreditasi Mandiri Pendidikan Tinggi Kesehatan LPUK : Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi

Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global LAM PT-Kes Visi Terjaminnya mutu pendidikan tinggi kesehatan yang berstandar global Misi Terselenggaranya akreditasi nasional pendidikan tinggi kesehatan secara berkelanjutan yang dipercaya oleh semua pemangku kepentingan (sustainable dan credible) Tujuan Tersusunnya kebijakan, standar, instrumen dan prosedur akreditasi pendidikan tinggi kesehatan yang dioperasionalkan oleh LAM-PTKes; Meningkatnya mutu program studi yang diakreditasi oleh LAM-PTKes berdasarkan indikator antara lain berupa uji kompetensi dan Tracer Study; Terpadunya akreditasi pendidikan akademik, vokasi, dan profesi yang saling mendukung peningkatan keterampilan tenaga kesehatan secara keseluruhan melalui instrumen-instrumen yang sinkron; Terwujudnya lulusan dari program studi yang telah terakreditasi oleh LAM-PTKes yang mampu melaksanakan praktik pelayanan kesehatan dengan kompetensi sesuai standar dan kebutuhan masyarakat; Terwujudnya kemampuan LAM-PTKes untuk membiayai kegiatan operasionalnya sendiri sejak tahun 2015.

Tata Nilai LAM-PTKes Amanah dan Mandiri Nilai Dasar Nilai Operasional Continuous Quality Improvement Quality Cascade Conceptualization – Production – Usability Trustworthy Interprofessionalisme Amanah dan Mandiri

Tahap Proses Kerja LAM-PTKes Persiapan Prodi, mulai proses adm  12 bulan sebelum akred habis Fasilitasi  3-12 bulan Proses pengisian Borang dan kelengkapan. Asesmen Kecukupan (Desk Assessment) 1 minggu Asesmen Lapangan / Visitasi 1 minggu Validasi  1 minggu Rapat Majelis Penandatanganan SK Pengumuman Hasil Akreditasi Melalui Website LAM-PTKes Pengajuan Banding  3 bulan Penerbitan Sertifikat

Tabel Variabel Sistem Akreditasi BAN PT & LAM PT Kesehatan LAM PS Kes SDM Tim asesor Mendikbud sebagai pengambil kebijakan utama Tim majelis sebagai pengambil kebijakan akreditasi Tim asesor dan fasilitator Majelis Pemangku Kepentingan (pendiri) sebagai pengambil kebijakan implementasi akreditasi oleh LAM PSKes Badan pelaksana (pengurus) sebagai pelaksana kebijakan akreditasi MATERIAL (INSTRUMEN) Generik dengan suplemen dan spesifik untuk beberapa program pendidikan Database untuk data akreditasi masih belum valid Pengembangan instrumen akreditasi berbasis standar pendidikan dan standar kompetensi yang spesifik untuk setiap jenis prodi dan bidang ilmu Pengembangan PDPT yang menjadi warehouse data yang valid untuk mengisi instrumen METODE Penilaian secara summatif Paper-based dan IT-based serta memanfaatkan PDPT yang mendukung SPMI dan SPME Masa berlaku akreditasi 5 tahun Penilaian dengan metode hybrid : formatif dan sumatif (dengan proporsi formatif lebih besar) Implementasi konsep Conceptualization, Productivity dan Usability dari LAM yang mendorong dilaksanakannya SPMI Prinsip resource sharing untuk penggunaan data dasar, SIM, investasi dan pengembangan sistem akreditasi

Tabel Variabel Sistem Akreditasi BAN PT & LAM PT Kesehatan LAM PS Kes PEMBIAYAAN Berdasarkan anggaran per line item Bersumber dari pemerintah yang berasal dari anggaran Balitbang Kemdikbud Berdasarkan unit cost Bersumber dari : masyarakat profesi institusi pendidikan tinggi pemerintah, sumber-sumber lain SISTEM AKUNTABILITAS : PENGAWASAN MITIGASI Surveilence, bila ada keluhan (complaint), laporan, dan banding selama menggunakan metode sumatif Pengawasan lembaga dilakukan oleh Inspektorat Jenderal Tim fasilitator memonitor, mengevaluasi dan mengembangkan secara berkelanjutan, untuk meningkatkan kualitas akreditasi Mitigasi resiko melalui SOP implementasi LAM, Badan Pengawas LAM PSKes, PDPT, BAN PT dan Mendikbud (Pengawasan implementasi akreditasi dilakukan oleh Badan Pengawas yang merupakan perwakilan dari Majelis Pemangku Kepentingan) Transparansi informasi hasil akreditasi melalui laman LAM PSKes Public relation, opinion channeling dan complaint handling

HARMONISASI SUPPLY-DEMAND TENAGA KESEHATAN

Pelayanan kesehatan dengan tenaga kesehatan seperti apa yang dibutuhkan ? (untuk pertimbangan supply) DEMAND SUPPLY Harmonisasi fasyankes-prodi vs sistem Distribusi (Mutu vs Akses) Relevansi Kompetensi vs Kewenangan dalam Pelayanan ( mutu lulusan) Keberlangsungan Sistem Manajemen Demand-Supply Sentralisasi (mutu) Desentralisasi (Akses) PDPT + e-Health Uji Kompetensi Licency Credential system Organ Khusus ?

KARAKTERISTIK DEMAND SUPPLY UU Kesehatan UU Pendidikan Tinggi Fokus Kewenangan Pelayanan Implementasi Pelayanan dengan basis fasyankes Aturan terkait sistem pelayanan Fokus pengembangan keilmuan & kompetensi Riset yang mendukung perbaikan pendidikan yang berkelanjutan Aturan terkait sistem pendidikan (SDM pendidik, pembinaan akademik, SPM, dll) UU Pendidikan Tinggi

Sinkronisasi SUPPLY – DEMAND Tenaga Kesehatan Sumber : Modifikasi dari Lancet 2012

Harmonisasi SUPPLY – DEMAND Sistem Kesehatan Nasional Tenaga Kesehatan Sistem Kesehatan Nasional STANDAR PELAYANAN Primer Sekunder Tersier STANDAR PENDIDIKAN STANDAR KOMPETENSI Sistem Pelayanan Kesehatan Indonesia Merit System STR Lisensi Mutu prodi  Lulusan Kompetensi yang diperoleh Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia bidang kesehatan Vokasi Akademik Profesi UU Pendidikan Tinggi

IQF 9 8 7 6 5 4 3 2 1 JENJANG KUALIFIKASI BIDANG KESEHATAN (BERDASARKAN NOMENKLATUR) S2 S1 S3 IQF 1 2 3 4 5 7 8 9 6 pwt Drg Dr Farm DrSp DrgSp GZ KesM S2 (Applied) S3 (Applied) Specialist Profesion pwt Drg Dr Dr drg Ns Sp FarmSp GzSp KesM Farm Bid GZ Ns KesM pwt Drg Dr pwt Bid GZ Bid D I D III D II D IV KesM Farm GZ pwt Bid Farm GZ General High School Vocational High School (3) Junior High School Junior High School

Hubungan Kualifikasi Lulusan Pendidikan Formal Dengan Pasar Kerja KKNI 1 2 3 4 5 7 8 9 6 S2 S3 S2 (Terapan) S3 (Terapan) Spesialis Profesi AHLI TEKNISI / ANALIS OPERATOR S1 D I D III D II D IV SMA SMK Sekolah Menengah Pertama dan Sekolah Dasar PENGEMBANGAN KARIER

Alur Perpindahan Antar-Jenis Pendidikan (setelah KKNI diimplementasikan) Sistem matrikulasi Sistem RPL Magister (S2) Doktor (S3) Magister Terapan (S2) Doktor Terapan (S3) Profesi Spesialis 1 Spesialis 2 Sarjana (S1) Diploma 4 (D4) Diploma 3 (D3) Diploma 2 (D2) Diploma 1 (D1) Sekolah Menegah Atas/ Kejuruan/ Madrasah Alyah

Sinkronisasi Kebijakan Lintas Sektoral PERLU DITINDAKLANJUTI SASARAN CAPAIAN SKB Alih Bina Poltekkes dan institusi milik Pemda Strategi ‘penyelamatan’ akreditasi institusi alih bina dari Kemenkes Implikasi Alih Bina dan target akreditasi Mei 2012 Peraturan Bersama / SKB Uji Kompetensi Kejelasan Kewenangan dan Kerjasama MTKI dan LPUK Penyelesaian Peraturan Bersama Uji Kompetensi Pendirian Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM) Keterlibatan Masyarakat Profesi untuk menyusun MoU untuk badan hukum LAM Proses badan hukum LAM dan ijin menteri Kesepakatan metodologi dan blue print uji oleh semua bidang Pelaksanaan uji di institusi yang terakreditasi Penetapan status dan aspek legal LPUK Pendirian Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi (LPUK)

Peraturan Bersama Menkes – Mendikbud terkait Uji Kompetensi Peraturan Bersama ini disusun untuk : Menegaskan uji kompetensi sebagai exit exam Mengatur kewenangan MTKI dan LPUK dalam menjalankan uji kompetensi MTKI berfungsi untuk menjamin mutu tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan LPUK adalah lembaga mandiri pengembang uji kompetensi tenaga kesehatan Indonesia yang didukung oleh berbagai pemangku kepentingan yang terdiri dari unsur institusi pendidikan, organisasi profesi, serta pemerintah Penyusunan materi uji disusun oleh MTKI bekerjasama dengan LPUK Pedoman penyelenggaraan uji kompetensi ditetapkan oleh MTKI berdasarkan usulan dari LPUK

Fungsi Lembaga Pengembangan Uji Kompetensi Fungsi lembaga pengembangan uji kompetensi nasional untuk tenaga kesehatan : (a) pembinaan institusi pendidikan tinggi dalam upaya penyempurnaan proses pendidikan tenaga kesehatan dapat selalu terpantau, dan mendapatkan umpan balik untuk penyempurnaan proses pendidikan dalam rangka mencapai kompetensi nasional tenaga kesehatan seperti yang ditetapkan oleh MTKI/MTKP dan KKI (b) kredibilitas uji kompetensi tenaga kesehatan lebih terjamin dan mendapat kepercayaan dari para pemangku kepentingan (stakeholders) baik di tingkat nasional, regional atau global.

UU No.12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi

Kebijakan Uji Kompetensi : Sertifikat Profesi (UU PT Pasal 43 ) Ayat Batang Tubuh Penjelasan 1 Sertifikat profesi merupakan pengakuan untuk melakukan praktik profesi yang diperoleh lulusan pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK, dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab atas mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan peraturan perundang-undangan “sertifikat profesi” antara lain sertifikat pendidik yang diterbitkan oleh Perguruan Tinggi yang ditetapkan oleh Pemerintah untuk meneyelenggarakan program pengadaan tenaga pendidik sebagaimana diatur dalam undang-undang yang mengatur mengenai guru dan dosen. 2 Sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi bersama dengan Kementerian, Kementerian lain, LPNK dan/atau organisasi profesi yang bertanggung jawab terhadap mutu layanan profesi, dan/atau badan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Kebijakan Uji Kompetensi : Sertifikat Profesi (UU PT Pasal 43 ) Ayat Batang Tubuh Penjelasan 3 Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan tinggi yang tanpa- hak dilarang memberikan sertifikat profesi Tidak ada penjelasan 4 Ketentuan mengenai sertifikat profesi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dalam Peraturan Pemerintah

Kebijakan Uji Kompetensi : Sertifikat Kompetensi (UU PT Pasal 44 ) Ayat Batang Tubuh Penjelasan 1 Sertifikat kompetensi merupakan pengakuan kompetensi atas prestasi lulusan yang sesuai dengan keahlian dalam cabang ilmunya dan/atau memiliki prestasi di luar program studinya “keahlian dalam cabang ilmunya” adalah kemampuan seseorang yang diakui oleh Masyarakat karena keahlian praktis, seperti potong rambut, desain grafis, montir, dan bentuk keahlian praktis lainnya. “prestasi diluar program studinya” adalah keahlian lain yang tidak berkaitan langsung dengan program studinya, seperti Mahasiswa kedokteran yang meraih juara renang, Mahasiswa teknik mesin yang trampil dalam jurnalistik atau fotografi dan sebagainya. 2 Serifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterbitkan oleh Perguruan Tinggi bekerja sama dengan organisasi profesi, lembaga pelatihan, atau lembaga sertifikasi yang terakreditasi kepada lulusan yang lulus uji kompetensi. -

Kebijakan Uji Kompetensi : Sertifikat Kompetensi (UU PT Pasal 44 ) Ayat Batang Tubuh Penjelasan 3 Sertifikat kompetensi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat digunakan sebagai syarat untuk memperoleh pekerjaan tertentu Tidak ada penjelasan 4 Perseorangan, organisasi, atau penyelenggara pendidikan tinggi yang tanpa- hak dilarang memberikan sertifikat kompetensi 5 Ketentuan lebih lanjut mengenai sertifikat kompetensi diatur dalam Peraturan Menteri

Kebijakan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi Kesehatan dapat Diaktualisasikan dengan Baik jika terdapat Kesadaran & Kedisiplinan untuk Memenuhi Aturan & Standar Terima Kasih .. www.kemdikbud.go.id/www.dikti.go.id UNESCO Regional Meeting, Seoul, 23-24 May 2012