PEMANFAATAN LIMBAH /SAMPAH SEBAGAI BAHAN PAKAN
PENDAHULUAN Bahan baku limbah/sampah sebagai bahan pakan : Gunakan bahan tersebut sesuai dengan kondisi nutriennya. Sumber serat (daun-daunan dan sayur-sayuran) untuk memenuhi kebutuhan serat (ruminansia) Sumber protein (ampas tahu, bk. kacang, dan bk. inti sawit) untuk memenuhi kebutuhan akan protein
Kualitas bahan pakan dasar dari dihasilkannya ransum yang berkualitas Perlu bahan baku berkualitas baik untuk menghasilkan ransum berkualitas baik Untuk mengetahui kualitas evaluasi dan analisis kualitas pakan Kualitas pakan yang baik dan aman Kualitas pakan prinsip GIGO (Garbage in-Garbage out)
KENDALA PENGGUNAAN LIMBAH Teknis suplay bahan limbah tidak bisa dijamin akan kualitas dan kuantitasnya Nutrisi bahan asal limbah (tp darah, tp kepala ikan, tp bulu) jauh lebih rendah kualitasnya dibanding bukan limbah (tp ikan, bkl kedelai) Ekonomis bahan pakan asal limbah tidak bisa langsung digunakan pengolahan, pengangkutan (biaya)
No. Narna Bahan Jenis antinutrisi Penanggulangan 1 Gaplek Glikosida Pemanasan 2 Sorgum Tannin Perendaman 3 Kedele Antitripsin Permanasan 4 Kecipir 5 Bk. bj. Kapok Gosipol + mineral Fe 6 Lamtoro Mimosin 7 Biji alpukat 8 Biji mangga Tannin + HCN Pernanasan
Stategi penggunaan bahan pakan asal limbah dalam ransum Penyusunan ransum seimbang secara ilmiah : ketersediaan bahan baku komposisi kimia (nutrien) bahan batasan penggunaan dalam ransum kebutuhan temak cara penyusunan ransum seimbang
Ketersediaan bahan baku : Tersedia didaerahnya Tersedia sepanjang tahun Jumlah yang cukup Kerjasama antar beberapa pihak perkebunan, industri dan peternak Komposisi kimia (nutrien) : Harus diketahui (analisis-lab) Menentukan kualitas Mengambil keputusan dalam jenis dan persentase bahan dalam menyusun ransum seimbang
Batasan penggunaan bahan pakan (terutama untuk unggas) No Nama Bahan Batasan 1 Gaplek 10-20 2 Onggok 5 3 Sorgum 25-50 4 Ubi jalar Sagu 15-25 6 Dedak 25-40 7 Tetes 8 B. kcang tanah 12- 15 9 B. kelapa 15-20
10 Ampas tahu 5 11 Ampas kecap 12 Kulit coklat 5 - 10 13 Biji kecipir 14 Bkl inti sawit 10- 15 15 DOC apkir 8-10 16 Kepala udang 4-5 17 Limbah kodok 18 Tepung darah 19 Bulu ayam 3-5 20 Tepung ikan
Kebutuhan ternak akan nutrisi : Kebutuhan untuk hidup pokok Kebutuhan utk tumbuh, produksi, reproduksi Temak akan tumbuh, berproduksi dan bereproduksi dengan baik apabila pakan diberikan sesuai dengan kebutuhan. Sebaliknya ternak tdk akan tumbuh dan berkembang jika pakan yang diberikan hanya cukup untuk hidup pokoknya saja. Untuk itu perlu mengetahui kebutuhan riil nutrisi dari temak yang dipeliharanya.
Penyusunan ransum dengan alat bantu komputer (software)
Perbaikan kualitas melalui perlakuan pengolahan Perlakuan Kimia (Alkali) : Memecah ikatan keratin bl ayam, lignin- cellulose pd bhn sumber serat Perlakuan Biologi (kapang, enzym, bakteri ) : Fermentasi kapang penghancur serat, bakteri asam laktat pd silase Perlakuan fisik/Pemanasan/Perendaman : Pemanasan biji kecipir, perendaman sorgum, panas dan tekanan pd hidrolisis bl ayam
Pemilihan pakan berkualitas melalui uji (analisis) Pakan lokal (limbah) : Kualitas nutrisi bervariasi dan relatif lebih rendah dibandingkan dengan pakan impor Sebelum membeli dan memanfaatkan bahan pakan sebaiknya mengetahui hasil terbaru uji laboratorium tentang komposisi nutrien bahan pakan Pengujian organoleptic, uji cepat, lab
Limbah Industri Kelapa Sawit Ada dua tahap pengolahan : Tahap pengolahan dari buah sawit menghslkan : Crude Palm Oil, inti klp sawit, serat kelapa sawit, dan lumpur kelapa sawit. Tahap kedua pengolahan inti klp sawit menghslkan : minyak inti sawit dan bungkil kelapa sawit Tiga jenis limbah dapat digunakan oleh ternak : bungkil klp sawit, lumpur klp sawit & serat klp sawit
Komposisi nutrien limbah sawit Bahan BK Abu PK Lemak SK Beta-N Ca P Lumpur sawit Bk. Inti sawit Serat sawit Daun sawit md Bk. Kopra 90.5 92.75 91.45 89.53 90.64 8.56 4.33 6.99 9.89 6.92 19.69 7.02 11.86 23.24 24.10 9.45 14.67 7.27 9.15 32.40 30.50 36.14 34.31 33.48 34.94 43.21 35.18 36.66 27.21 - 0.40 0.48 0.73 0.56 0.71 0.18 0.20 0.65 Angka konversi dari pengolahan ini : lumpur sawit sekitar 30%, serat sawit sekitar 20%, bungkil inti sawit 40-60% dari inti.
Variasi nutrien bk klp sawit Serat kasar dan lemak kasar, trgtung cara pengolahan dan bahan baku yang dipakai. Dibandingkan bkl kelapa, bkl inti sawit mempunyai kadar protein yang rendah. Kadar asam amino pembatas adalah methionin, sedangkan keseimbangan asam amino lain cukup baik.
Dosis penggunaan bk inti sawit 20% pada unggas dan babi 30-40% pada ruminansia. Serat kelapa sawit dapat diberikan pada ruminansia sebanyak 15-35% dari ransum.
Crude Palm Oil (CPO) Produk utama industri klp sawit CPO Sumber lemak untuk pakan broiler/layer CPO menggantikan minyak ikan dan beef tallow yang harganya yang lebih mahal Selain murah CPO dapat meningkatkan warna kuning dalam pakan sehingga menambah nilai jual karena pakan yang berwarna kuning lebih disukai peternak dibandingkan dengan warna yang pucat (warna kuning telur dan lemak kuning) CPO yang baik mempunyai kandungan lemak >99.5%, kandungan air <0.5%, kandungan free fatty acid (FFA) tidak lebih dari 5%
Penggunaan bkl inti sawit dalam ransum
Limbah Industri Coklat Limbah industri coklat adalah : Kulit buah 71% dari buah Kulit biji coklat sekitar 15% dr buah Sumber protein yang baik utk ruminansia krn tdk mudah didegradasi dalam rumen akan tetapi bhn ini mengandung zat racun Klt buah coklat mengandung PK >rendah dan SK >tinggi, digunakan terbatas pd ruminansia Klt biji coklat mengandung PK >tinggi, bisa digunakan utk semua ternak Klt biji coklat utk ungas dan babi bisa 10-24%, ruminansia bisa sekitar 30-40%.
Komposisi nutrient limbah coklat Bahan BK Abu PK Lemak SK Beta-N Ca P Kulit buah Kuluat biji 93.47 88.10 11.63 7.57 8.01 16.16 1.28 8.36 40.08 20.94 0.58 0.34 0.18 0.39
Beberapa usaha dilakukan untuk meningkatkan daya guna (daya cerna) klt coklat untuk ternak ruminansia baik melalui pengolahan secara kimia (amoniasi) maupun secara biologi (fermentasi dengan kapang).
Penggunaan Kulit Coklat dalam Ransum Bahan (%BK) Ransum Kontrol Amonia Silase Kapang Pod Coklat tdk diolah 35 Pod Coklat Amoniasi Pod Coklat Silase Pod Coklat Fermentasi Bk inti Sawit 38 29 28 Kulit bj coklat 4 13 14 Bubuk coklat 20 Premix-sapi 1 CaCO3 Urea 0.5 Garam
Penggunaan Kulit Coklat dalam Ransum Nutrien (%BK) Ransum Kontrol Amonia Silase Kapang BK (%) 89.19 89.20 90.79 90.33 Abu(%BK) 10.98 10.97 11.08 12.40 PK (%BK) 17.40 17.97 17.12 17.93 SK (%BK) 35.99 36.91 30.01 28.22 ADF (%BK) 51.71 48.29 47.88 48.84 TDN (%) 65.12 65.03 65.01 65.44 Pertambahan BB (kg/h) 0.76 1.56 0.75 1.46 1) Urea 1.5%, 2) Panerochaeta chrysosporium, Sumber : Erika (1998)
Ampas tahu Limbah dari pabrik tahu, jumlahnya bervariasi trgt dr proses pembuatan Ampas tahu yang dihasilkan sekitar 25% sampai 67% Ampas ini cukup disukai ternak Berasal dari kedele, ada anti nutrisi sama dgn kedele, konsentrasinya >sedikit, tlh mengalami pengolahan Kadar air tinggi 85-90%, mdh busuk Pengeringan sampai KA 15% Pemberian basah, sehari pakai habis Pembuatan silase ransum komplit, dicampur dgn bahan lain (TDN 65%, PK 15%, BK 40-50%)
Ampas kecap Didapat 55-60% dr bhn baku kedele Cukup disukai oleh ternak Sama dgn ampas tahu mengandung anti nutrisi, konsentrasinya >sedikit karena telah mengalami pengolahan Berkadar air tinggi 80-90% Mudah tumbuh jamur (kontaminasi) Pengeringan sampai KA 15% Pemberian basah, sehari pakai habis Pembuatan silase ransum komplit, dicampur dgn bahan lain (TDN 65%, PK 15%, BK 40-50%)
Komposisi nutrien ampas tahu dan kecap Bahan BK Abu PK Lemak SK Beta-N Ca P Ampas tahu Ampas kecap 12.81 100 12.00 0.63 4.92 2.45 20.46 2.41 18.81 3.73 31.06 1.59 12.41 0.70 5.83 3.69 28.81 0.76 6.35 4.49 35.05 4.36 36.30 0.16 1.24 0.03 0.46 0.11 0.86 0.04 0.43
Jerami Jerami terdiri dari batang dan daun setelah dipanen bijianya dari hampir semua tanaman cereal dan kacang2an Bisa juga masih sedikit menyisakan sebagian kulit biji (jagung atau kacang) tergantung dari metode pemanenan Sumber utama jerami dihasilkan dr produksi sampingan penanaman padi, jagung, barley, kacang dan ubi jalar Sangat tinggi kandungan SK dan lignin shga rendah kualitas nutrisinya Dicirikan dgn daya cerna yang rendah Tingginya kadar serat dan lignin menyebabkan penggunaan jerami sebagai pakan ruminsiapun terbatas.
Jerami padi Masih umum digunakan sebagai pakan di negara-negara Asia Kualitas nutriennya sangat rendah mengandung kadar abu sekitar 17% dgn komponen utama berupa silica Kandungan lignin berkisar 6-7% Lingnin ini masih lebih rendah dibanding dengan jerami lainya Daya cernanya rendah (40-50%), biasanya bagian batang lebih dapat dicerna dibanding bagian daunya
Jerami jagung Mempunyai kandungan nutrient lebih baik dengan daya cerna lebih tinggi dibanding dgn jerami lainya Mengandung PK sekitar 5-6% Dibeberapa negara maju digunakan sbgai pakan pengganti hijauan utk sapi perah kering kandang Setelah dipanen jagungnya, ternak bisa digembalakan ke kebun jagung atau jerami jagung diambil dengan cara pemotongan. Setelah di-potong2 bisa langsung diberikan ke ternak atau diolah untuk dijadikan silase atau utk disimpan
jerami kacang-kacangan Umumnya mengandung protein, kalsium dan magnesium lebih tinggi dibanding jerami sereal Mengandung PK sekitar 10-11% Jika dipanen dan ditangani dgn baik jerami kacang2an ini mrpkan sumber pakan berserat yang sangat berguna bagi ruminansia Karena bentuk batangnya lebih tebal dan keras dibanding jerami lainya sehingga lebih sulit untuk dikeringkan, dan berpeluang utk mudah berjamur
Jerami ubi jalar Jerami dalam bentuk segar berkisar antara 10-12.5 ton/ha Mengandung PK sekitar 3-4% Mengandung betacaroten ckp tinggi Berdasarkan penelitian pemberian jerami ubi jalar sebagai pengganti pucuk tebu pada ransum sapi perah dapat meningkatkan konsumsi ransum dan produksi susu Pada percobaan lainya penggantian rumput lapangan dengan jerami ubi jalar lebih dari 1/3 bagian dapat menurunkan kadar lemak susu
Perlakuan alkali Penambahan alkali mengakibatkan ikatan antara lignin dan polisakarida dinding sel (hemiselulosa dan selulosa) dpt di hidrolisis (dipecahkan) sehingga karbohidratnya lbh mudah dimanfaatkan oleh mikroba rumen Pertama kali pengolahan jerami dgn alkali dilakukan oleh Beckmen di Jerman tahun 1900an. Hasil pengolahan dapat meningkatkan daya cerna BK dari 40% menjadi 50-70% Akan tetapi medote ini menimbulkan masalah krna penggunaan NaOH berdosis tinggi sehingga harus dilakukan pencucian terlebih dahulu sblum jerami diberikan ke ternak Air pencucian mencemari lingkungan Metode terbaru pengolahan jerami menggunakan alkali NaOH berdosis rendah dapat dilakukan dengan cara merendam atau meyemprotkan larutan 3% NaOH (300 g/liter air) kedalam potongan jerami dgn dosis sebanyak 170 liter larutan kedalam setiap ton jerami Setelah disimpan selama 2-3 hari jerami dapat diberikan ke ternak tanpa memerlukan pencucian. pH jerami akan berkisar antara 10-11 dan dianjurkan pemberianya dicampur dgn bahan lain
Penggunaan jenis alkali lain adalah Ammonia (cair maupun gas) Penggunaan dalam bentuk Urea merupakan cara yang paling mudah Ammonia adalah jenis alkali yang kurang kuat dibanding NaOH sehingga akan bereaksi lebih lambat dengan jerami. Perendaman dengan Ammonia memerlukan waktu yang lebih lama mulai dari 1 hari bila dilakukan dgn menambah pemanasan sampai 85oC sampai dengan satu bulan apabila dilakukan pada musin dingin Di Indonesia rata2 suhu 30oC perendaman dengan Ammonia dapat dilakukan selama 1-2 minggu. Dosis penggunaan Ammonia adalah 30-35 kg untuk setiap ton jerami. Apabila menggunakan urea dapat dilakukan dgn cara melarutkan 15-20 kg urea kedalam 100 liter air kemudian dicampurkan dengan 1 ton jerami dan disimpan didalam silo (wadah) tertutup selama 1-2 minggu Setelah dibuka biasanya sebanyak 70% Ammonia akan menguap dan 30%nya akan tetap terikat didalam jerami dan akan meningkatkan protein kasar dan kecernaan jerami Penggunaan alkali baik NaOH maupun Ammonia ini dpt diterapkan pada semua jerami atau sumber serat lainya
Performan sapi dan domba yang diberi pakan jerami perlakuan Alkali Ternak NaOH Ammonia Tanpa Dengan Sapi Jumlah campuran jerami (%) 64 61 Daya cerna % 56 58 63 Komsumi kg/hr 7.2 8.1 6.8 7.8 PBB kg/hr 0.62 0.82 0.4 0.7 Domba Jumlah campuran jerami 66 65 57 52 62 0.994 1.259 1.156 1.147 PBB g/hr 39 126 73 99 Sumber : McDonald et al. 2002
Konsumsi Zat Makanan Kambing Betina PE Toharmat dkk, 2006
Rataan Produksi Susu Kambing PE Penelitian Toharmat dkk, 2006