Ns. SATRIA GOBEL, SKp, M.Kep, Sp Kom Asuhan keperawatan lansia gangguan sistem perkemihan Ns. SATRIA GOBEL, SKp, M.Kep, Sp Kom
PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SISTEM PERKEMIHAN 3 Perubahan Laju Filtrasi Glomerulus Pada Lanjut Usia 5 Perubahan Pengaturan Keseimbangan Air Pada Lanjut Usia 1 Perubahan Aliran Darah Ginjal Pada Lanjut Usia 4 Perubahan Fungsi Tubulus Pada Lanjut Usia PERUBAHAN YANG TERJADI PADA SISTEM PERKEMIHAN 2 Perubahan Fungsi Ginjal Pada Lanjut Usia
Anatomi perkemihan
PERUBAHAN DAMPAK Penebalan membrane basal Penurunan area permukaan glumelurus Penurunan panjang dan volume tubulus proksimal Filtrasi darah kurang efisien Penurunan masa otot yang tidak berlemak Peningkatan total lemak tubuh Penurunan cairan intrasel Penurunan sensasi haus Penurunan kemampuan untuk retensi urin Penurunan total cairan tubuh resiko dehidrasi Penurunan hormone yang penting untuk absorpsi kalsium dari saluran gastrointestal Peningkatan resiko osteoporosis Penurunan kapasitas kandung kemih Peningkatan volume residu Peningkatan kontraksi kandung kemih yang tidak sadari Atropi kandung kemih Peningkatan resiko inkontensia
DEFINISI Inkontinensia urin merupakan kehilangan kontrol berkemih yang bersifat sementara atau menetap. Klien tidak dapat mengontrol sfingter uretra eksterna. Merembesnya urine dapat berlangsung terus menerus atau sedikit sedikit (Potter dan Perry, 2005).
2. Inkontinensia urgensi 3. inkonteninsia overflow 2. Inkontinensia urgensi 3. inkonteninsia overflow 4. Inkontinensia fungsional 5. Inkontinensia reflex 1. Inkontinensia stress Klasifikasi
Etiologi Merupakan gangguan pengendalian serebral berupa status 1. Cerebral clouding Merupakan gangguan pengendalian serebral berupa status mental yang disifatkan dengan bingung, penurunan persepsi, kurang perhatian dan mengakibatkan disorientasi terhadap waktu, tempat, dan lain-lain. 2. Infeksi 3. Gangguan jalur dari saraf pusat (lesi korteks) 4. Lesi neuron atas 5. Lesi motor neuron bawah 6. Kerusakan jaringan Etiologi
FAKTOR PREDEPOSISI 1. USIA 2. DIEET 3. CAIRAN 4. LATIHAN FISISK 5. STRES PSIKOLOGI 6. TEMPERATUR 7. NYERI 8. SOSIOKULTURAL 9. STATUS VOLUME 10. PENYAKIT 11. PROSEDUR BEDAH 12. OBAT-OBATAN
Tanda dan Gejala 1. Ketidaknyamanan daerah pubis Tanda dan Gejala 1. Ketidaknyamanan daerah pubis 2. Distensi vesika urinaria 3. Ketidak sanggupan untuk berkemih 4. Sering berkemih, saat vesika urinaria berisi sedikit urine. ( 25-50 ml) Ketidakseimbangan jumlah urine yang dikeluarkan dengan asupannya b. Meningkatkan keresahan dan keinginan berkemih c. Adanya urine sebanyak 3000-4000 ml dalam kandung kemih.
PATOFISIOLOGI Proses berkemih normal merupakan proses dinamis yang memerlukan rangkaian koordinasi proses fisiologik berurutan yang pada dasarnya dibagi menjadi 2 fase. Pada keadaan normal selama fase pengisian tidak terjadi kebocoran urine, walaupun kandung kemih penuh atau tekanan intra-abdomen meningkat seperti sewaktu batuk, meloncat-loncat atau kencing dan peningkatan isikandung kemih memperbesar keinginan ini. Pada keadaan normal, dalam hal demikian pun tidak terjadi kebocoran di luar kesadaran. Pada fase pengosongan, isi seluruh kandung kemih dikosongkansama sekali. Orang dewasa dapat mempercepat atau memperlambat miksi menurut kehendaknyasecara sadar, tanpa dipengaruhi kuatnya rasa ingin kencing. Cara kerja kandung kemih yaitu sewaktu fase pengisian otot kandung kemih tetap kendor sehingga meskipun volume kandung kemih meningkat, tekanan di dalam kandung kemih tetap rendah. Sebaliknya otot-otot yang merupakanmekanisme penutupan selalu dalam keadaan tegang. Dengan demikian maka uretra tetap tertutup.Sewaktu miksi, tekanan di dalam kandung kemih meningkat karena kontraksi aktif otot-ototnya,sementara terjadi pengendoran mekanisme penutup di dalam uretra. Uretra membuka dan urine memancar keluar. Ada semacam kerjasama antara otot-otot kandung kemih dan uretra, baik semasafase pengisian maupun sewaktu fase pengeluaran. Pada kedua fase itu urine tidak boleh mengalir balik ke dalam ureter (refluks).Proses berkemih normal melibatkan mekanisme dikendalikan dan tanpa kendali. Sfingter uretraeksternal dan otot dasar panggul berada dibawah control volunter dan disuplai oleh saraf pudenda,sedangkan otot detrusor kandung kemih dan sfingter uretra internal berada di bawah kontrol sistemsafar otonom,yang mungkin dimodulasi oleh korteks otak.
1. Kateterisasi. tiga macam kateterisasi pada inkontinensia urine :. a 1. Kateterisasi tiga macam kateterisasi pada inkontinensia urine : a. Kateterisasi luar b. kateterisasi intermiten c. kateterisasi secara menetap 2.Medikasi 3. Diet PENATALAKSANAAN
1. Mengukur sisa urine setelah berkemih PEMERIKSAAN PENUNJANG 1. Mengukur sisa urine setelah berkemih 2. Tes lanjutan tersebut adalah : a) Tes laboratorium b) Tes tekanan urethra 3. Imaging 4. Laboratorium Elektrolit, ureum, creatinin, glukosa, dan kalsium 5. Catatan berkemih (voiding record) 6. Uranilisis 7. Uroflowmeter 8. Cysometry 9. Urografi ekskretori bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran ketika pasien berkemih 10. Sistometrogram dan elektromiogram. 11. USG kandung kemih, sistoskopi dan IVP
ASUHAN KEPERAWATAN Nama : Umur : Jenis kelamin : Suku bangsa : Pekerjaan : Pendidikan : Alamat : Tanggal MRS : Diagnosa medis : 1. Identitas Klien
RIWAYAT KESEHATAN B1 B2 B3 B4 B5 B6 Pemeriksaan fisik 1) Keadaan umum Pemeriksaan Sistem a. Keluhan utama : b. Riwayat penyakit sekarang c. Riwayat penyakit dahulu d. Riwayat penyakit keluarga e. Riwayat psikososial dan spiritual RIWAYAT KESEHATAN B1 B2 B3 B4 B5 B6
Biasanya pasien mengatakan sering berkemih. DO: Inkontinensia urin ANALISA DATA DATA MASALAH ETIOLOGI DS: Biasanya pasien mengatakan sering berkemih. DO: Inkontinensia urin Retensi urin Gangguan eliminasi urine Gangguan sensori motor Biasanya klien mengungkapkan perasaan yang mencerminkan perubahan pandangan tentang tubuh individu. Respon nonverbal terhadap perubahan actual pada tubuh. Perubahan actual pada fungsi danstruktur tubuk Gangguan citra tubuh Kehilangan fungsi tubuh, perubahan keterlibatan sosial
DS: Biasanya klien mengatakan gelisah. Klien mengeluhkan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup. Klien mengatakan susah tidur . DO: Klien tampak cemas. Klien tampak gelisah. Klien insomnia. Ansietas Perubahan dalam status k
Diagnosa Keperawatan Gangguan eliminasi urine b/d gangguan sensori motor. Gangguan citra tubuh b/d kehilangan fungsi tubuh, perubahan keterlibatan sosial. Ansietas b/d perubahan dalam status kesehatan.
Criteria hasil berdasarkan NOC Intervensi keperawatan berdasarkan NIC Diagnose keperawatan Criteria hasil berdasarkan NOC Intervensi keperawatan berdasarkan NIC Aktivitas NIC I Urinary contiunence Criteria Hasil: 1. Kandung kemih kosong secara penuh. 2. Tidak ada residu urine >100-200 cc. 3. Intake cairan dalam rentang normal. 4. Balance cairan seimbang. Urinary retention care . Lakukan penilaian kemih yang komprehensif berfokus pada inkontinensia(misalnya, output urin, pola berkemih, fungsikognitif) 2. Pantau penggunaan obat dengan sifat antikolinergik 3. Memantau intake dan output
II Body image Criteria Hasil: 1. Body image positif 2. Mampu mengidentifikasi kekuatan personal 3. Mendeskripsikan secara factual perubahan fungsi tubuh 4. Mempertahankan interaksi sosial Body image enhancement kaji secara verbal dan non verbal respon klien terhadap tubuhnya jelaskan tentang pengobatan dan perawatan penyakit identifikasi arti pengurangan melalui pemakaian alat bantu. Fasilitasi kontak dengan individu lain dalam kelompok lain
III Anxiety self control Criteria hasil: 1. klien mampu mengidentifikasi dan mengungkapkan gejala cemas. 2. Mengidentifikasi, mengungkapakan dan menunjukkan teknik untuk mengontrol cemas. 3. Postur tubuh, ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktifitas menunjukkan berkurangnya kecemasan. Anxiety reduction (penurunan kecemasan) Gunakan pendekatan yang menenangkan. 2. Jelaskan semua prosedur dan apa yang dirasakan selama prosedur. 3. Pahami prespektif klien terhadap situasi stress. 4. Temani pasien untuk memberikan keamanan dan mengurangi takut. 5. Dorong keluarga untuk menemani pasien