ORIENTASI KEARAH KAJIAN TEORI PENDIDIKAN SOSIAL BAHAN KULIAH S2 PRODI PLS UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA OLEH : ENCENG MULYANA
FAMILY NATION WORLD REGION THE CORE VALUES OF LEARNING TO BE FULLY HUMAN HUMAN PERSON AS AN INDIVIDUAL/ AS AMEMBER OF SOCIETY FAMILY NATION WORLD REGION GLOBAL SPIRITUALITY HEALTH & HARMONY WITH NATURE TRUTH & WISDOM LOVE & COMPASSION CREATIVITY & APRECIATION OF BEAUTY PEACE & JUSTICE SUSTAINABLE HUMAN DEVELOPMENT NATIONAL UNITY & GLOBAL SOLIDARITY
POLA PIKIR PENSOS DALAM KONTEKS PENCERDASAN KEHIDUPAN BANGSA LANDASAN IDEOLOGIS, LANDASAN PILOSOFIS EDUCATION FOR ALL PERATURAN PERUNDANGAN PENDIDIKAN PENDEKATAN IPTEK/IMTAQ PARTISIPASI KEMANUSIAAN KOLABORASI KERJASAMA INOVATIF DIMENSI INSAN PRINSIP : PROSES PENDIDIKAN SOSIAL KEWILAYAHAN CERDAS MANUSIA MANDIRI MASYARKAT BELAJAR EKO KELUARGA BUDAYA/TRADISI KOMPETITIF DAN PEND. JALUR : KELUARGA SEKOLAH LEMBAGA SOSIAL KEMASYARAKATAN LEMB.PEMERINTAH BAHASA DAERAH AGAMA TRANSFORMASI BUDAYA PENDEKATAN PROFESIONAL PEMBENTUKAN PRIBADI PENYIAPAN WARGA NEGARA YANG BAIK PENYIAPAN TENAGA KERJA BERKUALITAS TINGGI
PAKET BELAJAR MINIMAL MELALUI PENDIDIKAN SOSIAL (PHILIP COOMBS) 1. Tumbuh kembangnya sikap positif konstruktif terhadap diri sendiri dan orang lain. 2. Kecakapan baca tulis fungsional. 3. Bersikap ilmiah. 4. Keterampilan mencari nafkah. 5. Keterampilan berkeluarga. 6. Keterampilan berwarga negara.
WAWASAN KE ARAH PROGRAM PEMBELAJARAN PENSOS DI ERA GLOBAL DASAR IDEOLOGI UTOPIA PENDIDIKAN Untuk pembebasan dari : Kebodohan Keterbelakangan, Kemiskinan, Tindasan Penyakit Keterpurukan, Ketidakadilan Posisi fundamental dalam pembangunan pribadi dan sosial Ungkapan kasih sayang terhadap usia muda ORGANISASI BELAJAR GLOBAL ( Learning Throughout Life) KARAKTERISTIK BELAJAR GLOBAL PRINSIP Empat pilar pembelajaran Pendidikan Sepanjang Hayat Memanfaatkan ketidakpastian sebagai modal pertumbuhan Menciptakan pengetahuan baru dengan informasi objektif Merangkul perubahan Mendorong tatanan bawah Umapan balik/keterbukaan Jaringan teknologi Penyebar trust Tim kerja lintas fungsi WUJUD NUANSA PENDIDIKA Pendidikan kemajemukan Koherensi, partisipasi demokratis Nuansa ekonomi kearah pertahanan manusia MANUSIA PEMBELAJAR SEPANJANG HAYAT
Pendidikan Bukan sekedar proses pengayaan intelektual, tetapi juga menumbuhkan benih-benih adab* manusia; untuk mengecambahkan kualitas luhur kemanusiaan
ASUMSI/DALIL PENDIDIKAN SEBAGAI PIJAKAN SEORANG YANG TIDAK MENDAPAT PENDIDIKAN, BERARTI KEHILANGAN BANYAK KESEMPATAN UNTUK MENCAPAI DERAJAT HIDUP YANG MULIA. MASYARAKAT YANG TIDAK BERHASIL MENEMUKAN SISTEM PENDIDIKAN YANG TEPAT, BERARTI MEMBUAT KEHIDUPAN MASYARAKATNYA SENDIRI TANPA KEPRIBADIAN, TERLANTAR DAN TERBELAKANG. HATI ADALAH SUMBER KEBERANIAN DAN SEMANGAT INTEGRITAS DAN KOMITMEN. HATI ADALAH SUMBER ENERGI DAN PERASAAN MENDALAM MENUNTUT KITA BELAJAR MENCIPTAKAN KERJASAMA, MEMIMPIN DAN MELAYANI.
PERMASALAHAN PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN KONDISI OBJEKTIF PERMASALAHAN PENDIDIKAN/PEMBELAJARAN PENDIDIKAN DI INDONESIA SELAMA INI CENDERUNG TERLALU MENEKANKAN ARTI PENTING DARI NILAI AKADEMIK, KECERDASAN OTAKNYA ATAU IQ SAJA, JARANG SEKALI DITEMUKAN PENDIDIKAN TENTANG KECERDASAN EMOSI YANG MENGAJARKAN TENTANG : INTEGRITAS, KEJUJURAN, KOMITMEN, VISI, KREATIFITAS, KETAHANAN MENTAL, KEBIJAKSANAAN KEADILAN, PRINSIP KEPERCAYAAN, PENGUASAAN DIRI ATAU SINERGI, CENDERUNG MENIMBULKAN KRISIS MORAL ATAU BUTA HATI AKIBAT HANYA MENGANDALKAN LOGIKA. SEMENTARA SKOR IQ ANAK AKAN SEMAKIN TINGGI, KECERDASAN EMOSI MEREKA JUSTRU MENURUN, ANAK-ANAK GENERASI SEKARANG LEBIH SERING MENGALAMI MASALAH EMOSI DIBANDING GENERASI TERDAHULUNYA, TUMBUH DALAM KESEPIAN, LEBIH MUDAH MARAH, LEBIH SULIT DIATUR, CENDERUNG CEMAS DAN AGRESIF (DANIEL GOLEMAN : 1999).
ADANYA KECENDERUNGAN UMUM BAHWA PARA SISWA HANYA TERBIASA MENGGUNAKAN SEBAGIAN KECIL SAJA DARI POTENSI ATAU KEMAMPUAN BERPIKIRNYA. DAN YANG LEBIH DIKHAWATIRKAN ADALAH SEANDAINYA MEREKA MALAS BERPIKIR DAN TERBIASA MALAS BERPIKIR SENDIRI. KECENDERUNGAN DEMIKIAN, SAMA ARTINYA DENGAN PEMANDULAN, DAN SAMA SEKALI BUKAN PENCERDASAN. BELAJAR BERANI BERPIKIR LEBIH OBJEKTIF, APALAGI BERBEDA DARI BUKU ATAU KETERANGAN GURU, BERPIKIR LOGIS ATAU KRITIS, DIALOGIS, DAN ARGUMENTATIF SECARA MANDIRI UMUMNYA MASIH MERUPAKAN BARANG LANGKA DI SEKOLAH-SEKOLAH KITA. KEDUDUKAN DAN PERANAN GURU SEBAGAI SUMBER ATAU FASILITATOR BELAJAR, DIPERSEPSI SISWA SECARA MONOPOLI DAN AMAT MENENTUKAN. TERDAPAT KECENDERUNGAN PROSES PEMBELAJARAN YANG KURANG MENDIDIK SEHINGGA MEMBAWA DAMPAK TERHADAP PENDIDIKAN MORAL ANAK YANG KURANG BERMORAL.
DASAR KONSEPSIONAL PENDIDIKAN SOSIAL DALAM KONTEKS PENDIDIKAN SEPANJANG HAYAT Pendidikan sosial sebagai model pembelajaran memberikan akses pendidikan dan belajar lebih luas kepada warga belajar. Oleh karena itu warga belajar berpeluang memiliki daya suai (adaptabiliti), daya lentur (fleksibiliti), kapasitas inovatif dan entrepreneurial, sehingga warga belajar tertantang dan memperkuat pengetahuan, kemauan ingin tahu dan motivasi sikap kreatif sehingga tumbuh budaya learning to know, learning to do, learning to be, learning life together dan belajar mewujudkan jati dirinya. Belajar sepanjang hayat sebagai asas pendidikan nonformal menjadikan warga belajar terdorong untuk belajar menguasai kompetensi tertentu supaya dapat hidup dalam situasi yang berubah-ubah dan belajar untuk hidup mandiri dan bertanggung jawab baik kepada pribadinya maupun kepada masyarakat.
3. Pelurusan mindset utuh pendidikan dan elaborasi konseptual filosofis pendidikan sebagaimana diamatkan UU NO 20/2003 tentang SISDIKNAS, yang berpegang kepada prinsip: pembangunan watak dan peradaban bangsa, paradigma pendidikan yang mencerdaskan bangsa, paradigma pendidikan yang demokratis dan berkeadilan, paradigma pendidikan sebagai proses pembudayaan dan pemberdayaan, paradigma pendidikan sistemik yang terbuka dan multi makna, paradigma yang memberikan keteladanan, membangun kemauan dan mengembangkan kreatifitas, paradigma pendidikan yang mengembangkan budaya dan paradigma pendidikan dengan memberdayakan masyarakat. Essensi membangun keutuhan bangsa melalui pendidikan luar sekolah dilakukan melalui upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Kecerdasan kehidupan bangsa bukan agregasi kecerdasan perorangan, karakter bangsa bukan agregasi karakter perorangan, kecerdasan dan karakter bangsa mengandung perekat kultural. Kecerdasan bangsa adalan kecerdasan kultural yang akan membangun bangsa dalam harmoni dan perdamaian dengan dukungan penguasaan IPTEKS.
5. Pendidikan adalah memanusiakan manusia, karena itu pendidikan harus dilaksanakan secara utuh berlandaskan hakekat manusia Indonesia yang terkandung dalam Pancasila dengan segala aspek kulturan kehidupannya dan bingkai utuh sistem pendidikan nasional yang digariskan dalam UU No.20/2003 tentang SISDIKNAS sebagai aspek legal di Indonesia. 6. Pendidikan adalah kemanusian yang tidak bisa dihampiri semata-mata dari pendekatan politik, ekonomi dan hukum melainkan harus dihampiri dari pendekatan perkembangan hidup manusia dan kemanusiaan. Perlu dihindari simplifikasi pemaknaan dan penyempitan proses penyelenggaraan pendidikan, yang menekankan kepada target-target kuantitatif belaka dalam format berpikir linier.
7. Dari berbagai fenomena yang ada dirasa perlu dilakukan pelurusan mindset utuh pendidikan dan elaborasi konseptual filosofis makna pendidikan sebagaimana diamanatkan oleh UU No.20/2003 dan UU No.14/2005 tentang Guru dan Dosen. 8. Upaya stategis pendidikan nonformal dan pemberdayaan masyarakat yang bisa mendorong community empowering and sustainability development, sebuah model pembangunan masyarakat yang berbasis pendidikan dan kultur setempat, didalamnya bisa ditumbuhkan dan dibelajarkan hal-hal kehidupan demokrasi, politik, kecakapan hidup, kekuatan ekonomi pedesaan untuk menekan eksploitasi ekonomi perkotaan, berbasis kearifan lokal untuk menciptakan sumber-sumber pendapatan guna membangun ketahanan hidup (sustainable livelihood) 9. Pengembangan strategi dan skenario yang sistematik dan sistemik untuk mewujudkan standar nasional pendidikan (standari isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan pembiayaan, dan penilaian pendidikan). Melakukan penjaminan mutu pendidikan .
10. Upaya untuk mengelaborasi lebih jauh konsep pembelajaran berbasis nilai dan kompetensi, paradigma operasional learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to life together. 11. Penegasan konsep dan strategi pendanaan pendidikan yang mampu menopang upaya pelayanan pendidikan yang bermutu, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, peningkatan kompetensi dan ketenagakerjaan pendidikan untuk menopang upaya peningkatan pendidikan secara berkelanjutan sehingga realisasi anggaran pendidikan terjamin efisiensi dan akuntable.
12. Pendidikan sosial hendaknya dijiwai secara utuh dan konsisten oleh kaidah-kaidah pendidikan sebagai proses mendewasakan dan memanusiakan manusia. Pendidikan harus dilandasi oleh filosofi yang jelas, bukan semata-mata persoalan sosial politik ekonomi dan hukum melainkan perkembangan manusia yang ada dalam kontek budaya sebagai sebuah sistem yang terbuka dan harus didekati dari sudut kemanusiaan, sehingga terwujudkan pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia. 13. Strategi upaya yang harus dilakukan berikutnya harus dikembangkan pemulihan keutuhan proses pembelajaran yang mendidik sebagai wahana pengembangan kehidupan demokratis, karakter dan kemandirian sebagai soft skills, serta penguasaan sains, teknologi dan seni sebagai hard skills. Pemulihan pembelajaran yang mendidik ini memerlukan revitalisasi manajemen pendidikan yang mampu merevitalisasi mainset dan profesionalisme dan para pemimpin pendidikan yang berwawasan masa depan (visioner)
TERIMAKASIH